Transformasi Hobi Jadi Bisnis

Minggu, 08 Februari 2015 - 11:55 WIB
Transformasi Hobi Jadi Bisnis
Transformasi Hobi Jadi Bisnis
A A A
Sejak duduk di bangku SMA, dara manis ini sudah menasbihkan diri sebagai penggila belanja. Namun, kebiasaan itu bukan petaka bagi Aldila Dipamela. Dari kegemarannya berbelanja online, dia sukses mengubah hobi jadi bisnis yang menguntungkan. Berkat ketekunan dan keseriusannya, Dila pun sempat menyabet juara pertama wirausaha muda mandiri tingkat Jabar. Kiprahnya sebagai pengusaha tas dan sepatu seperti saat ini, bermula dari barangbarang fesyen yang kerap dikenakannya saat pergi ke sekolah. Tak berlebihan, hanya berupa aksesori kecil, jam tangan serta tas yang lazim digunakan fashionista belia. Faktanya, banyak temanteman yang tergiur untuk membeli. Mau tak mau, Dila pun mulai serius menjual ragam fesyen itu secara profesional. Selain menawarkan secara onlinedan mulut ke mulut, lulusan Informatika Universitas Siliwangi ini terpikir untuk membuka toko kecil di rumahnya. Dia pun meminta izin kepada sang mama untuk menyulap ruang tamu kediaman orang tuanya menjadi butik kecil yang memajang baju serta pernakpernik aksesori. Saya hobi banget belanja pernak-pernik, sampai akhirnya banyak orang-orang yang tertarik. Awalnya punya modal Rp500.000 untuk beli jam monol. Simpel sih, saya jual sama temen-temen hingga uangnya bergulir. Waktu itu produk yang dijual berkembang sampai akhirnya pada 2012 saya bisa meraih omzet Rp70- 80 juta per bulan, ujar Dila. Sebagai pengusaha muda, Dila terhitung cepat menjajaki beragam pasar. Perempuan yang berdomisili di Tasikmalaya itu, bahkan sudah mampu membuat produknya merambah hingga pusat ekonomi negeri ini, Jakarta. Sayangnya, pada 2011 Dila hanya berperan sebagai reseller dari aneka produk yang diproduksi pihak lain. Dila baru tersadar saat mengikuti sebuah pameran UMKM di Tasikmalaya. Ia terhenyak melihat stand-stand lain yang menjual barang hasil produksi sendiri. Bahkan, tak sedikit yang mengusung keunikan tersendiri. Dia pun mulai tergugah untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan keterampilan sendiri. Lewat pameran itu akhirnya saya terpacu untuk membuat sesuatu yang unik dan diproduksi sendiri, bukan diambil dari pihak lain. Akhirnya muncul ide untuk membuat tas dan kelom rajut. Kebetulan di Tasikmalaya kan sentranya kelom. Tapi saya waktu itu juga kembali tertantang untuk memodifikasi kelom yang sifatnya klasik menjadi item fesyen yang bisa dipakai kalangan muda, bebernya. Butuh waktu lama bagi Dila membuat konsep kelom geulis menjadi alas kaki yang fashionable. Tak dipungkiri, kelom geulis yang berbasis kayu memang sudah tergerus produk modern. Tetapi anak muda ini tak gentar melawan arus persaingan. Dia pun menyulap dua industri kreatif klasik, yakni kelom geulis dan kain rajut jadi barang fesyen apik bercita rasa modern. Debutnya diawali dari sebuah tim kecil. Dila menyerap tenaga kerja yang ahli membuat kelom geulis ukiran, serta perajin kain rajut. Akhirnya, kelom geulis versi modern pun terwujud. Selain dipasarkan di butiknya, Dila juga melakukan tes pasar dengan memajang koleksi foto kelomnya di berbagai sosial media. Tak disangka, animo khalayak begitu tinggi saat melihat kelom geulis yang disulap lebih inovatif. Sentuhan baru ini terbukti menggoda perhatian kaum hawa, khususnya bagi mereka pecinta produk etnik kontemporer. Demikian juga pada bagian heels-nya, Dila menyematkan desain ukiran dan pahat yang dikerjakan secara hand made. Bentuknya, disesuaikan dengan ciri khas Tatar Sunda. Sebut saja bentuk payung ala Tasikmalaya, kujang, burung merak dan berbagai simbol etnik Indonesia. Kalau bicara kelom geulis, memang sudah khasnyaTasikmalaya. Tapi saya ingin membuat inovasi baru yang bisa membangkitkan kejayaan kelom geulis di masa lalu. Ketika material rajut dilekatkan pada kelom, ternyata tampilannya lebih cantik dan modern, terang Aldila. Seperti layaknya kelom geulis, tampilan kayu yang digunakan juga harus terkesan estetis. Dia pun membuat kreasi baru dengan membuat heels yang dipahat asli dengan tangan. Misalnya untuk jenis hak tinggi, ia sengaja membuat ukiran menyerupai payung Tasikmalaya. Ada pula bentuk burung merak atau senjata khas sunda, kujang. Tak hanya mengoptimalkan desain pada heels, kelom yang diberi label Ryla ini juga menginovasi etnik rajut menjadi sebuah produk fesyen yang atraktif. Dila menyematkan bahan rajut jenis polyester untuk membuat sepatu penutup bagian atas. Namun, dia masih membatasi desainnya hanya pada jenis sepatu tali atau semi gladiator atau sejenis sandal dengan hak tinggi. Untuk jenis sepatu tertutup, saya belum berani memproduksi. Alasannya, bahan rajut kurang bagus untuk dibuat pump shoes atau sejenisnya, ungkap Dila. Tak disangka, produk kelom geulis rajut ini digandrungi banyak kalangan. Beberapa selebriti tanah air, kepincutjuga dengan desainnya yang ciamik. Sebut saja Merry Riana, Dian Sastro hingga Shereen Sungkar, terbukti jatuh hati dengan kelom etnik modifikasi ini. Meski jumlahnya nggak terlalu banyak, produk saya juga sudah sampai ke Roma (Italia), Australia, dan Inggris. Biasanya mereka memesan sepatu dengan desain spesial, cerita Dila. Tak usah dilihat dari penampilannya yang cenderung polos dan manja. Gadis berjilbab ini nyatanya sudah sanggup mempertontonkan sepatu buatannya di ajang bergensi Jakarta Fashion Week. Bahkan ia kerap digandeng beberapa desainer tersohor di Tanah Air.Dini budiman
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8021 seconds (0.1#10.140)