Relief Budaya Karo Memprihatinkan

Sabtu, 07 Februari 2015 - 10:31 WIB
Relief Budaya Karo Memprihatinkan
Relief Budaya Karo Memprihatinkan
A A A
KARO - Kondisi relief budaya Karo di sebuah dinding tebing sepanjang Jalan Berastagi - Medan, tepatnya di gerbang masuk Kota Wisata Berastagi, Kabupaten Karo, tampak memprihatinkan.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo terkesan tidak peduli terhadap relief-relief yang menggambarkan kebudayaan Karo itu. Berdasarkan pengamatan KORAN SINDO MEDAN , Jumat (6/2), tebing setinggi 3 meter tempat ukiran dan pahatan yang menyimpan sejarah budaya Karo tersebut dipenuhi lumut sehingga merusak struktur dinding pilar tebing terbuat dari campuran semen dan pasir itu.

Rumput juga terlihat mulai menutupi relief di bagian atasnya. Selama ini tebing yang tak jauh dari Tugu Perjuangan Berastagi itu menjadi pemandangan khas saat melewati jalan sepanjang Jalan Berastagi - Medan. Pada pilar tebing sepanjang puluhan meter itu terukir dengan jelas relief yang menggambarkan kekayaan budaya Karo.

Di antaranya aneka buah dan sayuran hasil pertanian dataran tinggi Karo, alat-alat tradisional keperluan rumah tangga, alat upacara adat, serta alat musik tradisional. “Relief budaya itu harus segera diremajakan. Setiap saat kawasan itu selalu dilintasi masyarakat dari luar daerah karena merupakan kawasan Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum). Apa tidak malu kita, orang Karo tidak peduli terhadap budaya sendiri,” kata Pemerhati Kota Berastagi, A Sembiring, Jumat (6/2).

Dia meminta Pemkab Karo segera berkoordinasi dengan dinas terkait agar memugar kembali relief budaya itu sebelum kondisinya semakin parah. Pemerintah juga diminta serius membenahi Kota Berastagi, bukan hanya pada relief budaya. Sebab masih banyak aset Kota Berastagi sebagai daerah tujuan wisata (DTW), yang belum dioptimalkan untuk mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan ke Berastagi terkenal dengan hawa sejuk pegunungannya.

“Selama ini Kota Berastagi sangat minim pembangunan. Hal ini tentu sangat berbanding terbalik di mana Kota Berastagi yang merupakan penyumbang terbesar pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata. Sarana dan prasarana wisata kiranya lebih ditingkatkan lagi,” ujarnya.

Di tempat terpisah, salah seorang warga Berastagi, Kiki Tarigan, 26, ketika diminta tanggapan mengenai relief budaya yang mulai rusak, mengimbau pemerintah agar relief-relief itu segera diremajakan. Sebab seperti diagendakan pada pertengahan tahun ini, Pesta Mejuah - Juah, bunga dan buah akan kembali digelar.

“Kalau saja relief itu bersih dan dilestarikan, tentu begitu memasuki gerbang Kota Wisata Berastagi, para wisatawan akan lebih menikmati dan sedikit mengetahui bagaimana gambaran budaya orang Karo,” katanya.

Riza Pinem
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0843 seconds (0.1#10.140)