Longsor Cibadak Rusak Satu Rumah
A
A
A
SUKABUMI - Dua kepala keluarga (KK), terdiri enam jiwa, terpaksa harus diungsikan setelah bangunan rumahnya rusak akibat tertimbun tanah di Kampung Babakan Baru RT 02/16, Desa Sukasirna, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Rabu (5/2) malam.
Meski tidak ada korban jiwa, namun kejadian itu menyebabkan satu rumah warga lainnya terancam bencana yang sama. Hingga Kamis siang, pemerintah daerah setempat telah merencanakan upaya antisipasi longsor susulan dengan memasang dinding penyangga tebing yang terbuat dari tumpukan karung berisi material tanah dan batu di lokasi kejadian.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPPD Kabupaten Sukabumi Usman Susilo menerangkan, bencana longsor di Kampung Babakan dipicu hujan deras selama lebih dari satu jam. Tanah tebing yang sebelumnya mengalami keretakan akibat diterpa musim kering beberapa tahun silam, ambrol seketika setelah terkikis air hujan.
Gerusan tanah tebing mengenai sebagian bangunan rumah yang dihuni oleh dua kepala keluarga, yakni Jaya dan Warja. “Sementara satu rumah yang terancam adalah milik Didin. Untuk korban bencana sudah dievakuasi ke rumah warga terdekat, sementara mengantisipasi longsor susulan kami segera memasang dinding penyangga di tepian tebing dengan menggunakan karung berisi material padat,” terang Usman.
Sementara itu, sebanyak 42 rumah warga di Kampung Cengkuk, Desa Margalaksana, Kecamatan Cikakak, terancam gerakan tanah. Gejala alam tersebut mulai dirasakan warga sejak Senin silam. Kendati demikian, warga tetap memutuskan untuk tetap tinggal di rumah masing-masing.
“Warga tidak mau dievakuasi, tetapi kami sudah memasang peta untuk memudahkan warga mengungsi jika kondisi cuaca mulai memerlihatkan gejala-gejala terjadinya pergerakan tanah. Pada umumnya terjadi pada saat hujan deras atau pascahujan,” terang Usman.
Bupati Sukabumi Sukmawijaya mengatakan pada tahun ini pemerintah daerah telah mengalokasikan dana bencana hingga Rp10 miliar. Besaran dana tersebut dialokasikan berdasarkan kondisi geografis wilayah yang rawan terhadap bencana serta perkiraan potensi cuaca.
“Kami menyadari, hampir seluruh wilayah di kabupaten ini sangat rawan terkena bencana alam. Karena itulah setiap tahunnya pengalokasian dana bencana berkisar Rp10 miliar. Diharapkan warga yang juga lebih mewaspadainya gejala alam agar tidak ada korban jiwa,” tutur Sukmawijaya.
Toni Kamajaya
Meski tidak ada korban jiwa, namun kejadian itu menyebabkan satu rumah warga lainnya terancam bencana yang sama. Hingga Kamis siang, pemerintah daerah setempat telah merencanakan upaya antisipasi longsor susulan dengan memasang dinding penyangga tebing yang terbuat dari tumpukan karung berisi material tanah dan batu di lokasi kejadian.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPPD Kabupaten Sukabumi Usman Susilo menerangkan, bencana longsor di Kampung Babakan dipicu hujan deras selama lebih dari satu jam. Tanah tebing yang sebelumnya mengalami keretakan akibat diterpa musim kering beberapa tahun silam, ambrol seketika setelah terkikis air hujan.
Gerusan tanah tebing mengenai sebagian bangunan rumah yang dihuni oleh dua kepala keluarga, yakni Jaya dan Warja. “Sementara satu rumah yang terancam adalah milik Didin. Untuk korban bencana sudah dievakuasi ke rumah warga terdekat, sementara mengantisipasi longsor susulan kami segera memasang dinding penyangga di tepian tebing dengan menggunakan karung berisi material padat,” terang Usman.
Sementara itu, sebanyak 42 rumah warga di Kampung Cengkuk, Desa Margalaksana, Kecamatan Cikakak, terancam gerakan tanah. Gejala alam tersebut mulai dirasakan warga sejak Senin silam. Kendati demikian, warga tetap memutuskan untuk tetap tinggal di rumah masing-masing.
“Warga tidak mau dievakuasi, tetapi kami sudah memasang peta untuk memudahkan warga mengungsi jika kondisi cuaca mulai memerlihatkan gejala-gejala terjadinya pergerakan tanah. Pada umumnya terjadi pada saat hujan deras atau pascahujan,” terang Usman.
Bupati Sukabumi Sukmawijaya mengatakan pada tahun ini pemerintah daerah telah mengalokasikan dana bencana hingga Rp10 miliar. Besaran dana tersebut dialokasikan berdasarkan kondisi geografis wilayah yang rawan terhadap bencana serta perkiraan potensi cuaca.
“Kami menyadari, hampir seluruh wilayah di kabupaten ini sangat rawan terkena bencana alam. Karena itulah setiap tahunnya pengalokasian dana bencana berkisar Rp10 miliar. Diharapkan warga yang juga lebih mewaspadainya gejala alam agar tidak ada korban jiwa,” tutur Sukmawijaya.
Toni Kamajaya
(ftr)