DIY Masih Berstatus Waspada DBD
A
A
A
YOGYAKARTA - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di DIY sampai Februari tercatat 316 orang.
Meski angkanya meningkat drastis, Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY masih memberlakukan status waspada DBD, belum menaikkan menjadi kejadian luar biasa (KLB). Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan (P2MK) Dinkes DIY Daryanto Chadorie mengatakan, sampai awal Februari ini penderita DBD di DIY total 316 kasus. “Lima di antaranya meninggal dunia,” katanya, kemarin.
Menurut dia, Kabupaten Bantul merupakan yang terbanyak dengan 115 kasus, dua kasus meninggal. Kemudian berturut-turut disusul Kabupaten Gunungkidul mencapai 85 orang meninggal satu orang, Kabupaten Sleman dengan 54 orang satu meninggal, Kota Yogyakarta 52 orang dan meninggal satu orang. “Kulonprogo ada 10 orang, belum ada laporan meninggal dunia,” ungkapnya.
Daryanto mengungkapkan, meski kasus DBD di DIY tergolong tinggi, namun belum ada peningkatan status. Dinkes DIY masih menetapkan waspada untuk DBD. “Sampai sekarang juga belum ada permintaan KLB,” katanya.
Dia menjelaskan, ancaman penyakit melalui nyamuk Aedes aegypti DIY tahun ini meningkat dari pada tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini merupakan siklus lima tahunan. Sosialisasi pada siklus tahunan ini juga disiasati dengan peningkatan sosialisasi. “Sosialisasi tahun ini kami tingkatkan,” katanya.
Langkah lain yang digalakkan antara lain melalui kader dan DSO (Distrik Survailance Officer) terus mendekati masyarakat, peningkatan penyebaran larvasida untuk mencegah bibit nyamuk Aedes aegypti, fogging, dan lainnya. Dinkes DIY juga memberikan kewenangan penuh kepada kabupaten/ kota segera menindaklanjuti setiap ada korban. “Jika ada korban di salah satu wilayah, langsung ditindaklanjuti dengan fogging,” kata dia.
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) DIY Herry Zudianto mengaku, sudah diberitahukan secara resmi penyakit DBD di DIY meningkat serta merupakan siklus lima tahunan. Untuk itu, PMI DIY juga meningkatkanpersediaandarahjika sewaktu-waktu ada peningkatan permintaan. “Kalau untuk darah, Insya Allahsiap. Stokdarahmasih aman,” katanya.
Menurut dia, PMI juga akif melakukan upaya pencegahan dengan mengerahkan relawannya bekerja bakti membersihkan lingkungan. Prilaku hidup sehat dengan menjaga lingkungan tetap bersih menjadi upaya pencegahan penyakit ini.
Satu Orang Meninggal
Di Sleman DBD kembali meminta korban jiwa. Satu orang warga Berbah, Sleman meninggal dunia diduga terkena DBD pada 5 Januari lalu. Warga tersebut meninggal setelah mendapatkan perawatan beberapa hari di rumah sakit. Atas kejadian itu, warga Sleman diminta meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian terhadap penyakit ini.
Apalagi Januari–Februari merupakan periode rentan terjangkitnya penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti tersebut. Data dinas kesehatan (Dinkes) setempat, pada Januari 2015 tercatat 54 kasus DBD.
Kepala Dinkes Sleman Mafilindati Nuraini mengatakan, meski secara kuantitas kasus DBD menurun, jika dibandingkan dua tahun sebelumnya. Sebab pada Januari 2014 kasus DBD mencapai 74 kasus dan 2013 ada 133 kasus. Namun tetap harus menjadi perhatian serius. Terlebih sudah ada satu warga yang menjadi korbannya. “Kami perkirakan jumlah kasus ini akan terus bertambah,” ungkapnya.
Kabid Penanggulangan Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sleman Novita Krisnaeni menambahkan, untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut, pihaknya sudah meminta petugas kesehatan di masing-masing wilayah untuk mengintensifkan sosialisasi PHBS dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M plus, yaitu menguras, menutup, dan mengubur barang-barang yang potensi untuk per-kembangan nyamuk serta penyebaran larvasida.
“Kegiatan ini yang harus terus digalakkan, termasuk kesadaran dalam menjaga kebersihan. Selain itu, bila ada anak yang mendadak panas tinggi harus segera diperiksakan ke dokter,” ucapnya.
Ridwan Anshori/ Priyo Setyawan
Meski angkanya meningkat drastis, Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY masih memberlakukan status waspada DBD, belum menaikkan menjadi kejadian luar biasa (KLB). Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan (P2MK) Dinkes DIY Daryanto Chadorie mengatakan, sampai awal Februari ini penderita DBD di DIY total 316 kasus. “Lima di antaranya meninggal dunia,” katanya, kemarin.
Menurut dia, Kabupaten Bantul merupakan yang terbanyak dengan 115 kasus, dua kasus meninggal. Kemudian berturut-turut disusul Kabupaten Gunungkidul mencapai 85 orang meninggal satu orang, Kabupaten Sleman dengan 54 orang satu meninggal, Kota Yogyakarta 52 orang dan meninggal satu orang. “Kulonprogo ada 10 orang, belum ada laporan meninggal dunia,” ungkapnya.
Daryanto mengungkapkan, meski kasus DBD di DIY tergolong tinggi, namun belum ada peningkatan status. Dinkes DIY masih menetapkan waspada untuk DBD. “Sampai sekarang juga belum ada permintaan KLB,” katanya.
Dia menjelaskan, ancaman penyakit melalui nyamuk Aedes aegypti DIY tahun ini meningkat dari pada tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini merupakan siklus lima tahunan. Sosialisasi pada siklus tahunan ini juga disiasati dengan peningkatan sosialisasi. “Sosialisasi tahun ini kami tingkatkan,” katanya.
Langkah lain yang digalakkan antara lain melalui kader dan DSO (Distrik Survailance Officer) terus mendekati masyarakat, peningkatan penyebaran larvasida untuk mencegah bibit nyamuk Aedes aegypti, fogging, dan lainnya. Dinkes DIY juga memberikan kewenangan penuh kepada kabupaten/ kota segera menindaklanjuti setiap ada korban. “Jika ada korban di salah satu wilayah, langsung ditindaklanjuti dengan fogging,” kata dia.
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) DIY Herry Zudianto mengaku, sudah diberitahukan secara resmi penyakit DBD di DIY meningkat serta merupakan siklus lima tahunan. Untuk itu, PMI DIY juga meningkatkanpersediaandarahjika sewaktu-waktu ada peningkatan permintaan. “Kalau untuk darah, Insya Allahsiap. Stokdarahmasih aman,” katanya.
Menurut dia, PMI juga akif melakukan upaya pencegahan dengan mengerahkan relawannya bekerja bakti membersihkan lingkungan. Prilaku hidup sehat dengan menjaga lingkungan tetap bersih menjadi upaya pencegahan penyakit ini.
Satu Orang Meninggal
Di Sleman DBD kembali meminta korban jiwa. Satu orang warga Berbah, Sleman meninggal dunia diduga terkena DBD pada 5 Januari lalu. Warga tersebut meninggal setelah mendapatkan perawatan beberapa hari di rumah sakit. Atas kejadian itu, warga Sleman diminta meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian terhadap penyakit ini.
Apalagi Januari–Februari merupakan periode rentan terjangkitnya penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti tersebut. Data dinas kesehatan (Dinkes) setempat, pada Januari 2015 tercatat 54 kasus DBD.
Kepala Dinkes Sleman Mafilindati Nuraini mengatakan, meski secara kuantitas kasus DBD menurun, jika dibandingkan dua tahun sebelumnya. Sebab pada Januari 2014 kasus DBD mencapai 74 kasus dan 2013 ada 133 kasus. Namun tetap harus menjadi perhatian serius. Terlebih sudah ada satu warga yang menjadi korbannya. “Kami perkirakan jumlah kasus ini akan terus bertambah,” ungkapnya.
Kabid Penanggulangan Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sleman Novita Krisnaeni menambahkan, untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut, pihaknya sudah meminta petugas kesehatan di masing-masing wilayah untuk mengintensifkan sosialisasi PHBS dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M plus, yaitu menguras, menutup, dan mengubur barang-barang yang potensi untuk per-kembangan nyamuk serta penyebaran larvasida.
“Kegiatan ini yang harus terus digalakkan, termasuk kesadaran dalam menjaga kebersihan. Selain itu, bila ada anak yang mendadak panas tinggi harus segera diperiksakan ke dokter,” ucapnya.
Ridwan Anshori/ Priyo Setyawan
(ftr)