Amankan Pulau Terluar di Nusa Tenggara
A
A
A
BANDUNG BARAT - Sebanyak 1.241 orang peserta Ekspedisi NKRI Koridor Kepulauan Nusa Tenggara 2015, yang telah mengikuti pendidikan dan pembekalan di Pusat Pendidikan Komando Pasukan Khusus (Pusdik passus) Batujajar selama satu bulan, diberangkatkan untuk memulai ekspedisi kemarin.
Proses upacara pemberangkatan yang dipimpin langsung Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Gatot Nurmantyo, secara simbolis di serahkannya bendera merah putih kepada delapan perwakilan yang mengikuti ekspedisi, yang berasal dari TNI, Polri, perguruan tinggi, peneliti, kementerian, mahasiswa serta unsur masyarakat lainnya.
Mereka akan melakukan ekspedisi di Kepulauan Nusa Tenggara selama lima bulan hingga Juni 2015. Gatot mengatakan, ekspedisi NKRI merupakan ide dari Wakil KSAD yang saat itu dijabat Letjen Suryo Prabowo dan mulai dilaksanakan pada 2011dengan melakukan ekpedisi NKRI Bukit Barisan.
Lalu tahun berikutnya dilaksanakan ekspedisi Khatulistiwa di Kalimantan, Eskpedisi Koridor Sulawesi, Ekspedisi Koridor Maluku dan Maluku Utara pada 2014 lalu. “Tahun ini merupakan kegiatan ekspedisi yang kelima kalinya,” katanya.
Gatot menyatakan, sesuai dengan Nawacita presiden yang menitikberatkan pada kemaritiman, maka ekspedisi tahun ini dilaksanakan di Nusa Tenggara. Pilihan itu didasarkan pada kepulauan Nusa Tenggara merupakan kepulauan paling baik di Indonesia. “Ekspedisi tidak hanya dilakukan di darat, pantai tapi juga dilakukan di laut, pelosok, dan perbatasan,” sebutnya.
Dalam pelaksanaan ekspedisi, lanjut Gatot telah mengalami beberapa perubahan sejak kegiatan ini dilaksanakan. Awalnya ekspedisi hanya diikuti oleh angkatan darat, tapi ekspedisi berikutnya diikuti dari unsur kepolisian, angkatan laut, angkatan udara dan unsur-unsur lainnya. Bahkan peserta wanita jumlahnya diperbanyak dalam ekspedisi kali ini.
Setiap selesai ekspedisi selalu dilakukan evaluasi dan masukan yang di tampung untuk di tindaklanjuti. Gatot berharap, dalam ekspedisi ini bisa menemukan berbagai spesies flora dan fauna baru, patok-patok perbatasan, pulau-pulau terluar dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Adanya kegiatan ini bisa dilakukan transfer teknologi tepat guna yang bisa mencari solusi untuk mendapatkan air bersih.
“Bisa saja ada teknologi untuk mengangkut air yang sangat dibutuhkan masyarakat,” urai Gatot mencontohkan. Bahkan kegiatan yang di lakukan tim ekspedisi, lanjut Gatot, tidak seluruhnya di agendakan dari awal. Namun setiap menemukan jembatan, patok perbatasan rusak juga di perbaiki.
Raden Bagja Mulyana
Proses upacara pemberangkatan yang dipimpin langsung Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Gatot Nurmantyo, secara simbolis di serahkannya bendera merah putih kepada delapan perwakilan yang mengikuti ekspedisi, yang berasal dari TNI, Polri, perguruan tinggi, peneliti, kementerian, mahasiswa serta unsur masyarakat lainnya.
Mereka akan melakukan ekspedisi di Kepulauan Nusa Tenggara selama lima bulan hingga Juni 2015. Gatot mengatakan, ekspedisi NKRI merupakan ide dari Wakil KSAD yang saat itu dijabat Letjen Suryo Prabowo dan mulai dilaksanakan pada 2011dengan melakukan ekpedisi NKRI Bukit Barisan.
Lalu tahun berikutnya dilaksanakan ekspedisi Khatulistiwa di Kalimantan, Eskpedisi Koridor Sulawesi, Ekspedisi Koridor Maluku dan Maluku Utara pada 2014 lalu. “Tahun ini merupakan kegiatan ekspedisi yang kelima kalinya,” katanya.
Gatot menyatakan, sesuai dengan Nawacita presiden yang menitikberatkan pada kemaritiman, maka ekspedisi tahun ini dilaksanakan di Nusa Tenggara. Pilihan itu didasarkan pada kepulauan Nusa Tenggara merupakan kepulauan paling baik di Indonesia. “Ekspedisi tidak hanya dilakukan di darat, pantai tapi juga dilakukan di laut, pelosok, dan perbatasan,” sebutnya.
Dalam pelaksanaan ekspedisi, lanjut Gatot telah mengalami beberapa perubahan sejak kegiatan ini dilaksanakan. Awalnya ekspedisi hanya diikuti oleh angkatan darat, tapi ekspedisi berikutnya diikuti dari unsur kepolisian, angkatan laut, angkatan udara dan unsur-unsur lainnya. Bahkan peserta wanita jumlahnya diperbanyak dalam ekspedisi kali ini.
Setiap selesai ekspedisi selalu dilakukan evaluasi dan masukan yang di tampung untuk di tindaklanjuti. Gatot berharap, dalam ekspedisi ini bisa menemukan berbagai spesies flora dan fauna baru, patok-patok perbatasan, pulau-pulau terluar dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Adanya kegiatan ini bisa dilakukan transfer teknologi tepat guna yang bisa mencari solusi untuk mendapatkan air bersih.
“Bisa saja ada teknologi untuk mengangkut air yang sangat dibutuhkan masyarakat,” urai Gatot mencontohkan. Bahkan kegiatan yang di lakukan tim ekspedisi, lanjut Gatot, tidak seluruhnya di agendakan dari awal. Namun setiap menemukan jembatan, patok perbatasan rusak juga di perbaiki.
Raden Bagja Mulyana
(ftr)