Ekspor Jateng Tumbuh 5,77%
A
A
A
SEMARANG - Nilai ekspor Jawa Tengah sepanjang 2014 mengalami kenaikan sekitar 5,77% dibandingkan 2013.
Nilai ekspor pada 2014 mencapai USD5.633,67 juta, sedangkan 2013 mencapai USD5.326,58 juta. Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari mengatakan ekspor Jawa Tengah ke negara Amerika Serikat periode Januari-Desember 2014 mencapai angka terbesar disusul ekspor ke China dan Jepang.
Nilai ekspor ke tiga negara tersebut masing-masing mencapai USD1.258,94 juta, USD 627,31 juta, dan USD518,43 juta dengan kontribusi 42,68% terhadap total ekspor Jawa Tengah periode Januari-Desember 2014. “Tekstil dan barang tekstil, kayu dan barang dari kayu, serta bermacam barang hasil pabrik merupakan tiga kelompok komoditas utama yang mempunyai nilai ekspor tertinggi,” paparnya.
Sementara itu, nilai impor Jateng secara kumulatif Januari-Desember 2014 mencapai USD5.801,10juta, naik0,16% dari impor kumulatif Januari-Desember 2013 (USD 15.776,01 juta).
Negara pemasok barang impor terbesar ke Jawa Tengah periode Januari-Desember 2014 adalah Arab Saudi, China, dan Nigeria dengan nilai impor masing-masing USD4.421,96 juta, USD2.417,60 juta, dan USD1.914,77 juta. “Pangsa pasar ketiga negara mencapai 55,40% terhadap total impor ke Jawa Tengah periode Januari-Desember 2014,” ujarnya.
Disebutkan Jam Jam, produk mineral, mesin dan pesawat mekanik, serta tekstil dan barang tekstil merupakan tiga kelompok komoditas yang mempunyai nilai impor tertinggi dengan peranan masing-masing sebesar 63,52%, 12,04%, dan 8,12% terhadap total impor Jawa Tengah periode Januari- Desember 2014.
Deputi Kepala BI Wilayah Jateng Marlison Hakim menyatakan ekspor Jateng masih terfokus pada tiga negara, yakni Amerika, Jepang, dan China. Untuk meningkatkan ekspor di Jateng diperlukan memperluas pasar ekspor. “Untuk perluasan pasar ekspor perlu pemberian insentif ekspor serta peningkatan promosi produk daerah melalui berbagai pameran di dalam maupun luar negeri,” ungkapnya.
Peningkatan ekspor didukung dari peningkatan kapasitas produksi hasil investasi sektor swasta. Berdasarkan survei pada pelaku usaha terdapat beberapa pabrik industri nonmigas yang selesai di akhir 2014 dan mulai beroperasi di 2015, di antaranya pabrik tekstil dan produk tekstil. Industri migas diperkirakan juga tumbuh meningkat dengan dukungan investasi sebelumnya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengaku ekspor Jateng memang paling besar di tiga negara, yakni Amerika, Jepang, dan China. Hanya, saat ini para pengusaha sudah mulai membuka pasar di negara-negara lain seperti EropaTimur, Afrika, dan Amerika Selatan.
“Di Eropa Timur kami sudah mulai masuk tapi memang kapasitasnya masih kecil. Negara-negara lain juga terus dijajaki sebagai pasar ekspor,” ujarnya. Menurut Frans Kongi, dengan pertumbuhan industri di Jateng yang makin banyak, ekspor Jateng akan terus mengalami peningkatan.
Andik Sismanto
Nilai ekspor pada 2014 mencapai USD5.633,67 juta, sedangkan 2013 mencapai USD5.326,58 juta. Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari mengatakan ekspor Jawa Tengah ke negara Amerika Serikat periode Januari-Desember 2014 mencapai angka terbesar disusul ekspor ke China dan Jepang.
Nilai ekspor ke tiga negara tersebut masing-masing mencapai USD1.258,94 juta, USD 627,31 juta, dan USD518,43 juta dengan kontribusi 42,68% terhadap total ekspor Jawa Tengah periode Januari-Desember 2014. “Tekstil dan barang tekstil, kayu dan barang dari kayu, serta bermacam barang hasil pabrik merupakan tiga kelompok komoditas utama yang mempunyai nilai ekspor tertinggi,” paparnya.
Sementara itu, nilai impor Jateng secara kumulatif Januari-Desember 2014 mencapai USD5.801,10juta, naik0,16% dari impor kumulatif Januari-Desember 2013 (USD 15.776,01 juta).
Negara pemasok barang impor terbesar ke Jawa Tengah periode Januari-Desember 2014 adalah Arab Saudi, China, dan Nigeria dengan nilai impor masing-masing USD4.421,96 juta, USD2.417,60 juta, dan USD1.914,77 juta. “Pangsa pasar ketiga negara mencapai 55,40% terhadap total impor ke Jawa Tengah periode Januari-Desember 2014,” ujarnya.
Disebutkan Jam Jam, produk mineral, mesin dan pesawat mekanik, serta tekstil dan barang tekstil merupakan tiga kelompok komoditas yang mempunyai nilai impor tertinggi dengan peranan masing-masing sebesar 63,52%, 12,04%, dan 8,12% terhadap total impor Jawa Tengah periode Januari- Desember 2014.
Deputi Kepala BI Wilayah Jateng Marlison Hakim menyatakan ekspor Jateng masih terfokus pada tiga negara, yakni Amerika, Jepang, dan China. Untuk meningkatkan ekspor di Jateng diperlukan memperluas pasar ekspor. “Untuk perluasan pasar ekspor perlu pemberian insentif ekspor serta peningkatan promosi produk daerah melalui berbagai pameran di dalam maupun luar negeri,” ungkapnya.
Peningkatan ekspor didukung dari peningkatan kapasitas produksi hasil investasi sektor swasta. Berdasarkan survei pada pelaku usaha terdapat beberapa pabrik industri nonmigas yang selesai di akhir 2014 dan mulai beroperasi di 2015, di antaranya pabrik tekstil dan produk tekstil. Industri migas diperkirakan juga tumbuh meningkat dengan dukungan investasi sebelumnya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengaku ekspor Jateng memang paling besar di tiga negara, yakni Amerika, Jepang, dan China. Hanya, saat ini para pengusaha sudah mulai membuka pasar di negara-negara lain seperti EropaTimur, Afrika, dan Amerika Selatan.
“Di Eropa Timur kami sudah mulai masuk tapi memang kapasitasnya masih kecil. Negara-negara lain juga terus dijajaki sebagai pasar ekspor,” ujarnya. Menurut Frans Kongi, dengan pertumbuhan industri di Jateng yang makin banyak, ekspor Jateng akan terus mengalami peningkatan.
Andik Sismanto
(ftr)