22 Desa di Kabupaten Tegal Endemik DBD

Senin, 02 Februari 2015 - 11:04 WIB
22 Desa di Kabupaten Tegal Endemik DBD
22 Desa di Kabupaten Tegal Endemik DBD
A A A
SLAWI - Sebanyak 22 desa di Kabupaten Tegal dinyatakan endemik penyakit demam berdarah dengue (DBD). Masyarakat diminta untuk mewaspadai penyebaran penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti ini dengan rutin membersihkan lingkungan rumah.

Kasi Pemberantasan Penyakit Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Ari Dwi Cahyani mengungkapkan 22 desa yang dinyatakan endemik DBD itu karena selama tiga tahun berturut-turut selalu ditemukan kasus DBD. Ke-22 desa itu tersebar di 10 kecamatan di antaranya Pangkah, Tarub, Kramat, Surodadi, Talang, Slawi, Balapulang, dan Jatinegara.

“Dari hasil penyelidikan epidomologi ada 22 desa yang sudah endemik demam berdarah karena selalu muncul kasus demam berdarah selama tiga tahun terakhir,” kata Ari, kemarin. Adapun dari jumlah kasus, selama Januari terdapat 39 kasus DBD yang muncul dengan satu penderita di antaranya meninggal. Jumlah kasus itu belum termasuk penderita yang baru terkena demam berdarah fase awal. “Kalau yang belum memasuki fase DBD mungkin lebih banyak,” ucap Ari.

Ari mengatakan, pihaknya terus melakukan langkah sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di masyarakat juga pengasapan (fogging ) di 22 desa yang endemik tersebut.

Meski sudah dilakukan fogging, Ari meminta masyarakat juga ikut proaktif melakukan langkah PSN dan pencegahan penyakit dengan cara membersihkan secara rutin tempattempat yang berpotensi dijadikan tempat nyamuk berkembang biak seperti kolam, tempat penyimpanan air, hingga barang- barang yang mudah tergenang air.

Langkah tersebut lebih efektif dalam memberantas dan mencegah penyakit demam berdarah. “Fogging sifatnya hanya untuk membunuh nyamuk dewasa. Sedangkan jentiknya juga perlu diberantas dengan PSN dan melakukan 3M (mengubur, menguras dan menutup) plus (pencegahan) secara rutin. Ini yang harus dipahami masyarakat,” katanya.

Menurut Ari, kesadaran masyarakat untuk melakukan langkah PSN dan 3M plus secara rutin di lingkungan rumahnya masing-masing masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari hasil penyelidikan epidomologi yang dilakukan di wilayah-wilayah yang muncul kasus DBD sejak Desember.

Dari penyelidikan itu diketahui jumlah jentik nyamuk yang ditemukan di rumah warga mencapai 5% lebih. Sesuai standar, seharusnya jumlahnya di bawah 5%. “Hasil itu dari survei yang dilakukan di sekitar 10 rumah warga. Letaknya berada di radius 100 meter dari rumah penderita demam berdarah,” bebernya.

Kabid Pelayanan Medis RSUD Dr Soesilo Slawi, Joko Wantoro mengatakan, jumlah pasien DBD selalu mengalami lonjakan ketika memasuki musim hujan. Selama Januari, jumlahnya mencapai 49 pasien dengan satu pasien meninggal. “Rata-rata masih berusia anakanak,” katanya.

Sementara itu, Dokter Spesialis Anak RSUD Dr Soeselo Slawi, dr Fajar Danu Aji menjelaskan, mayoritas penderita DBD anak-anak dikarenakan daya tahan tubuh anak cukup lemah, dan aktivitas anak kebanyakan di sekitar rumah. Padahal, di rumah banyak genangan air akibat intensitas hujan tinggi. “Penderita yang meninggal dunia diakibatkan keluarga terlambat membawa ke puskesmas atau rumah sakit,” ujarnya.

Dia menjelaskan, gejala awal penderita DB dimulai dengan panas tinggi selama tiga hari. Setelah itu, panas akan turun, dan kebanyakan orang menganggap sudah sembuh. Padahal, saat itu kondisi kritis penderita DB.

Kondisi kritis ditandai dengan shock , pendarahan, dan rasa nyeri pada ulu hati. “Sebelum masa kritis datang, kami sarankan untuk dibawa ke puskesmas,” kata Fajar.

Farid Firdaus
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3582 seconds (0.1#10.140)