Yang Muda Tak Kalah Sukses dengan yang Tua
A
A
A
SURABAYA - Yang muda tidak kalah sukses dengan yang tua. Pepatah ini berlaku bagi 13 mahasiswa lintas fakultas dan jurusan Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya.
Setelah menjalankan sejumlah usaha di banyak bidang, mahasiswa yang juga pengusaha itu memantik perhatian Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UMK). Kementerian ini akhirnya menggelontorkan hibah untuk pelaku wirausaha pemula itu. Nilainya tidak tanggung-tanggung, yakni Rp222 juta.
Penggelontoran dana ini bukan saja menjadi “napas” baru, namun juga modal memperbesar usaha yang telah dirintis. Fikriyannur, mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Informatika adalah salah seorang mahasiswa Unitomo yang kemarin berhak atas hibah Rp19,5 juta. Selama ini, Fikri sudah menjalankan usaha penggemukan domba di Dusun Krajan, RT 03/03, Kelurahan Krai, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang.
“Dalam menjalankan bisnis ini, saya terinspirasi calon mertua. Bahkan calon mertua juga menjadi mitra usaha,” kata Fikri dalam presentasi usaha di hadapan Rektor Unitomo Bachrul Amiq serta pihak rektorat lainnya.
Karena kepolosan Fikri, ruang Proklamasi di gedung rektorat kampus kerakyatan dan kebangsaan itu pun meriah. Lagi-lagi Fikri menyebut calon mertuanya yang juga membantu pemasaran domba-domba yang telah digemukkan menggunakan metode pakan tepat guna. “Awalnya saya melihat mertua, eh, calon mertua yang memiliki empat ekor domba,” tutur mahasiswa berkulit gelap ini.
Setelah domba digemukkan dan dijual jelang Idul Adha, ternyata keuntungannya mencapai 100%. Dari pengalaman yang dilihat, Fikri memutuskan membeli empat ekor domba dari calon mertua. “Untuk pola makan tepat guna kami, yaitu menggunakan ampas tahu. Kebetulan saudara di Lumajang ada yang memiliki usaha pembuatan tahu,” tuturnya.
Ampas tahu dibelinya seharga Rp2.500/kg. Ampas tahu itu merupakan bagian komposisi pakan. “Bahan lainnya ada rumput, tumpil atau bonggol jagung yang selalu dibuang saat musim hujan, serta sari tetes tebu. Bahan yang ada selanjutnya dicampur aduk. Meski sudah jadi, pakan buatan tidak bisa langsung diberikan ke ternak yang digemukkan.
Saat masih kenyang, domba tidak mau makanan buatan ini. “Ada caranya, biarkan domba itu kelaparan dan akhirnya mau memakan. Makanan diberikan sekali sehari saat waktu asar, dan malamnya sedikit rumput,” ungkapnya.
Domba yang digemukkan harus dibuat tidak banyak bergerak. Caranya, kandang panggung harus disekat. Tiap sekat berukuran 1,5 x 1,2 meter diisi empat ekor. Dengan pemberian pakan dan kandang sempit, domba cepat gemuk. Tiap tiga bulan sekali bisa dipanen. Zaenal Arifin, mahasiswa lain yang juga mendapatkan hibah.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Unitomo ini berhak atas dana cuma-cuma Rp13 juta. Dengan tampilan mengenakan topi koboi dan bercelana pendek ala Bob Sadino, Zainal mempresentasikan usaha sablon kreatifnya.
Soeprayitno
Setelah menjalankan sejumlah usaha di banyak bidang, mahasiswa yang juga pengusaha itu memantik perhatian Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UMK). Kementerian ini akhirnya menggelontorkan hibah untuk pelaku wirausaha pemula itu. Nilainya tidak tanggung-tanggung, yakni Rp222 juta.
Penggelontoran dana ini bukan saja menjadi “napas” baru, namun juga modal memperbesar usaha yang telah dirintis. Fikriyannur, mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Informatika adalah salah seorang mahasiswa Unitomo yang kemarin berhak atas hibah Rp19,5 juta. Selama ini, Fikri sudah menjalankan usaha penggemukan domba di Dusun Krajan, RT 03/03, Kelurahan Krai, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang.
“Dalam menjalankan bisnis ini, saya terinspirasi calon mertua. Bahkan calon mertua juga menjadi mitra usaha,” kata Fikri dalam presentasi usaha di hadapan Rektor Unitomo Bachrul Amiq serta pihak rektorat lainnya.
Karena kepolosan Fikri, ruang Proklamasi di gedung rektorat kampus kerakyatan dan kebangsaan itu pun meriah. Lagi-lagi Fikri menyebut calon mertuanya yang juga membantu pemasaran domba-domba yang telah digemukkan menggunakan metode pakan tepat guna. “Awalnya saya melihat mertua, eh, calon mertua yang memiliki empat ekor domba,” tutur mahasiswa berkulit gelap ini.
Setelah domba digemukkan dan dijual jelang Idul Adha, ternyata keuntungannya mencapai 100%. Dari pengalaman yang dilihat, Fikri memutuskan membeli empat ekor domba dari calon mertua. “Untuk pola makan tepat guna kami, yaitu menggunakan ampas tahu. Kebetulan saudara di Lumajang ada yang memiliki usaha pembuatan tahu,” tuturnya.
Ampas tahu dibelinya seharga Rp2.500/kg. Ampas tahu itu merupakan bagian komposisi pakan. “Bahan lainnya ada rumput, tumpil atau bonggol jagung yang selalu dibuang saat musim hujan, serta sari tetes tebu. Bahan yang ada selanjutnya dicampur aduk. Meski sudah jadi, pakan buatan tidak bisa langsung diberikan ke ternak yang digemukkan.
Saat masih kenyang, domba tidak mau makanan buatan ini. “Ada caranya, biarkan domba itu kelaparan dan akhirnya mau memakan. Makanan diberikan sekali sehari saat waktu asar, dan malamnya sedikit rumput,” ungkapnya.
Domba yang digemukkan harus dibuat tidak banyak bergerak. Caranya, kandang panggung harus disekat. Tiap sekat berukuran 1,5 x 1,2 meter diisi empat ekor. Dengan pemberian pakan dan kandang sempit, domba cepat gemuk. Tiap tiga bulan sekali bisa dipanen. Zaenal Arifin, mahasiswa lain yang juga mendapatkan hibah.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Unitomo ini berhak atas dana cuma-cuma Rp13 juta. Dengan tampilan mengenakan topi koboi dan bercelana pendek ala Bob Sadino, Zainal mempresentasikan usaha sablon kreatifnya.
Soeprayitno
(ftr)