PT PAI Operasikan Pabrik Ekstraksi Hasil Pertanian
A
A
A
SEMARANG - PT Petropack Agro Idustries (PAI) membangun pabrik ekstraksi bahan alami dari hasil pertanian berkapasitas 700 ton per bulan.
Untuk mendirikan pabrik baru tersebut, PT PAI menginvestasikan dananya Rp120 miliar. Pabrik yang didirikan di kawasan Industri Candi Kota Semarang tersebut diresmikan Presiden Direktur PT PAI Prihanto Ekoputro bersama Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian Panggah Susanto dan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi kemarin.
Presiden Direktur PT PAI Prihanto Ekoputro mengatakan, saat ini PT PAI telah memiliki satu mesin ekstraksi berkapasitas 2.400 liter. Selain itu, dilengkapi pula dengan dua mesin miiling berteknologi Jepang yang memungkinkan melakukan proses milling dengan suhu rendah, sehingga meminimalisasi kerusakan bahan yang dihasilkan. “Rencananya kita akan gunakan empat mesin yang akan melengkapi fasilitas pabrik untuk sistem pengeringan, Fluidizer Bed Dryer, dengan kapasitas 150 kg hingga mesin spray dry,” ucapnya.
Awal berdirinya pabrik tersebut karena melihat kondisi pasar Indonesia yang memiliki potensi besar, yang didukung dengan melimpahnya bahan baku di negeri ini. “Kondisi ini menjadi peluang yang besar, terlebih saat ini pasar tanah air yang dipenuhi produk pangan yang mengandung bahan artifisial dan pengawet,” kata Prihanto.
Untuk menjaga ketersediaan bahan baku, pihaknya memberdayakan petani di daerah Ambarawa dan Salatiga dengan menyiapkan lahan seluas 4,5 hektare (ha). “Nantinya para petani dapat menjual langsung hasil panennya kepada kita sehingga bisa membantu meningkatkan kesejahteraan para petani,” ucapnya.
Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian Panggah Susanto menilai potensi industri ekstrak bahan organik untuk makanan dan minuman belum dimanfaatkan secara maksimal. Karena itu, tidak heran bila sampai saat ini bahan baku tersebut masih banyak yang impor. “Konsumsi dalam negeri untuk produk ekstraksi masih kecil dan pasar ekspor juga terbuka sehingga potensinya sangat besar,” ucapnya.
Nilai ekspor produk agroindustri Indonesia setidaknya mencapai 34 miliar dolar per tahun. Dari sumbangan nilai produk, ekstrak organik masih cukup kecil yakni hanya 1,78 juta dolar per tahun.
Andik Sismanto
Untuk mendirikan pabrik baru tersebut, PT PAI menginvestasikan dananya Rp120 miliar. Pabrik yang didirikan di kawasan Industri Candi Kota Semarang tersebut diresmikan Presiden Direktur PT PAI Prihanto Ekoputro bersama Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian Panggah Susanto dan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi kemarin.
Presiden Direktur PT PAI Prihanto Ekoputro mengatakan, saat ini PT PAI telah memiliki satu mesin ekstraksi berkapasitas 2.400 liter. Selain itu, dilengkapi pula dengan dua mesin miiling berteknologi Jepang yang memungkinkan melakukan proses milling dengan suhu rendah, sehingga meminimalisasi kerusakan bahan yang dihasilkan. “Rencananya kita akan gunakan empat mesin yang akan melengkapi fasilitas pabrik untuk sistem pengeringan, Fluidizer Bed Dryer, dengan kapasitas 150 kg hingga mesin spray dry,” ucapnya.
Awal berdirinya pabrik tersebut karena melihat kondisi pasar Indonesia yang memiliki potensi besar, yang didukung dengan melimpahnya bahan baku di negeri ini. “Kondisi ini menjadi peluang yang besar, terlebih saat ini pasar tanah air yang dipenuhi produk pangan yang mengandung bahan artifisial dan pengawet,” kata Prihanto.
Untuk menjaga ketersediaan bahan baku, pihaknya memberdayakan petani di daerah Ambarawa dan Salatiga dengan menyiapkan lahan seluas 4,5 hektare (ha). “Nantinya para petani dapat menjual langsung hasil panennya kepada kita sehingga bisa membantu meningkatkan kesejahteraan para petani,” ucapnya.
Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian Panggah Susanto menilai potensi industri ekstrak bahan organik untuk makanan dan minuman belum dimanfaatkan secara maksimal. Karena itu, tidak heran bila sampai saat ini bahan baku tersebut masih banyak yang impor. “Konsumsi dalam negeri untuk produk ekstraksi masih kecil dan pasar ekspor juga terbuka sehingga potensinya sangat besar,” ucapnya.
Nilai ekspor produk agroindustri Indonesia setidaknya mencapai 34 miliar dolar per tahun. Dari sumbangan nilai produk, ekstrak organik masih cukup kecil yakni hanya 1,78 juta dolar per tahun.
Andik Sismanto
(ftr)