Angka Kematian Ibu di DIY Masih Tinggi

Kamis, 22 Januari 2015 - 06:22 WIB
Angka Kematian Ibu di...
Angka Kematian Ibu di DIY Masih Tinggi
A A A
YOGYAKARTA - Angka kematian ibu di DIY belum mengalami penurunan signifikan. Masih tingginya angka kematian ibu saat melahirkan tersebut, mayoritas disebakan karena keterlambatan rujukan.

"Tercatat, 60% kasus kematian ibu umumnya disebabkan keterlambatan rujukan. Karenanya, upaya menurunkan angka kematian ibu ini tidak hanya menjadi urusan Dinas Kesehatan saja," kata Peneliti Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran UGM Prof dr Laksono Trsinantoro, Rabu (22/1/2015).

Dalam Dikusi Trend Kematian Ibu di DIY di kampus setempat, Laksono mengungkapkan, berdasarkan data Dinkes DIY, angka kematian ibu mencapai 40 kasus pada 2014, dari sebelumnya 46 kasus di 2013.

Namun sayangnya, angka di 2013 tersebut sama dengan angka kematian ibu pada 2012. Angka kematian ibu yang mengalami penurunan ada di Kota Yogyakarta, Kabupaten Kulonprogo, dan Gunungkidul.

"Tahun 2014, di Yogyakarta hanya terdapat dua kasus kematian ibu dari tahun sebelumnya ada sembilan kasus. Kulonprogo terdapat lima kasus, sedangkan Gunungkidul tujuh kasus," imbuhnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan DIY Inni Hikmatin pun menyebutkan banyaknya kasus keterlambatan rujukan dari puskesmas atau bidan ke rumah sakit yang sudah dirujuk pemerintah yang dianggap handal dalam menangani kasus ibu melahirkan berisiko.

"Dari 40 kasus yang terjadi di 2014, 34 kasus kematian terjadi di rumah sakit, dan tiga lainnya terjadi di rumah," jelasnya.

Ditambahkan dia, kematian ibu melahirkan biasanya dikarenakan adanya penyakit komplikasi yang diderita sang ibu, terjadi pendarahan, penyakit jantung, syok, emboli, TB paru, dan asma atau hyperthyroid.

"Masa kematian ibu pun biasanya terjadi pada saat nifas dan masa kehamilan," katanya.

Sementaar itu, Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo mengakui tidak mudah menurunkan angka kematian ibu meski jumlah dokter spesialis kandungan di DIY juga makin bertambah. Menurutnya, jumlah dokter obsgyn (kandungan) saat ini di DIY menjadi dua kali lipat dibanding 10 tahun lalu.

"Pada 2005, ada 46 dokter spesialis kandungan, tapi sekarang bertambah menjadi 96 orang. Namun, dukungan kepala daerah dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dengan melibatkan dokter spesialis kandungan sangat membantu," ujarnya.

Berdasarkan pengalamannya, keberhasilannya menurunkan kasus kematian ibu di Kulonprogo menjadi hanya tiga kasus di tahun 2012, salah satunya dengan cara menyiapkan dokter spesialis kandungan siaga 24 jam.

Namun, keberhasilan upaya menurunkan angka kematian ibu juga harus didukung dengan keberhasilan mengurangi angka kawin usia muda dan menyukseskan program keluarga berencana.

"Variabel yang paling dekat dengan faktor kematian ibu juga bergantung keberhasilan pemakaian alat kontrasepsi dan angka usia kawin muda," tegasnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1444 seconds (0.1#10.140)