Bunga Border Warnai Koleksi Desainer Baru

Bunga Border Warnai Koleksi Desainer Baru
A
A
A
YOGYAKARTA - Unsur tanaman dan bunga tampak menghiasi koleksi busana yang ditampilkan dalam mini fashion show yang digelar di Jambuluwuk Malioboro Boutique Hotel belum lama ini.
Terinspirasi dari musim hujan yang melanda Indonesia, khususnya Yogyakarta saat ini, sang desainer Rida Zahra seolah ingin menampilkan beragam tanaman yang tumbuh subur karena iklim tersebut. Lewat motif aplikasi bunga border, pemilik butik Griya Rasu’an ini mampu menciptakan suatu karya seni busana yang indah. Tentunya dengan perpaduan desain motif garis.
Tidak ketinggalan dengan material payet, bordir aplikasi, hingga kristal swarovski yang turut mempercantik gaun tersebut. ”Masukkan pula detail peplumyang kini tengah digemari kaum hawa, dan efek tumpuk-tumpuk yang genit beralas dasar kain sifon yang menggoda. Dengan busana kebaya dan dress cocktailini, saya ingin membuat wanita tetap seksi, etnik, tetapi tetap feminis dan elegan,” katanya.
Untuk diketahui, meski Rida sudah lama mendalami dunia fashion, namun dirinya secara resmi baru saja direkrut dan menjadi anggota baru Badan Pengurus Daerah (BPD) Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Peragaan busana yang dilangsungkan itu, sekaligus menjadi bukti eksistensi dirinya dalam bidang fashion.
Serta menandai bahwa BPD APPMI DIY kembali akan melakukan perekrutan anggota baru besar-besaran pada 2015 ini. Saat ini sudah ada 22 desainer yang tergabung di dalamnya.
Wakil Ketua III Pengembangan Profesi Sumber Daya Manusia (SDM) Pendidikan dan Teknologi Dandy T Hidayat mengatakan, selain ingin menghilangkan sisi eksklusivitas yang selama ini melekat pada APPMI, pihaknya juga ingin merangkul dan memberikan kesempatan secara luas kepada desainer Yogyakarta untuk turut bergabung dalam organisasi tersebut.
“Perekrutan anggota baru dilakukan dengan standar dan partisipasi sehingga memiliki eksistensi tinggi dalam organisasi. Dari satu sisi, pertama,ingin hilangkan sisi eksklusivitas. Kedua,coba tingkatkan dan buat standar baru dalam penjualan untuk member kami. (Yakni) dengan menjual (koleksi busana) per bagian dan tidak lagi satu set, sehingga pembeli bisa pilih sesuai styledan tidak dibatasi desainer.
Ketiga, bekerja sama dengan (Divisi) Pengembangan Usaha untuk buat show berprestise yang baik dan utamakan kualitas, bukan kuantitas,” urai dia. Dalam perekrutan ini, ditargetkan akan merekrut minimal 10 desainer. Sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku dalam organisasi bidang fashion ini.
Tidak ada pembatasan karya di dalamnya, namun calon anggota setidaknya harus up to datedan bisa mengikuti perkembangan fashionterkini, serta mampu terima kritikan supaya bisa berkembang ke depannya. Mengingat dunia fashion tidak hanya menyangkut karya seni saja, namun juga merupakan salah satu bidang industri yang memiliki nilai jual tinggi.
“Harus punya butik dan semua anggota masing-masing punya di rumah, itu merupakan syarat. Punya workshop, tenaga kerja, nama, label, dan pernah pameran. Serta punya kemampuan, rasa tanggung jawab dalam bidang dan profesi desainer, serta ide ke depan ke arah industri,” kata Wakil Ketua I Bidang Pengembangan Usaha, Amien Hendra Wijaya.
Siti Estuningsih
Terinspirasi dari musim hujan yang melanda Indonesia, khususnya Yogyakarta saat ini, sang desainer Rida Zahra seolah ingin menampilkan beragam tanaman yang tumbuh subur karena iklim tersebut. Lewat motif aplikasi bunga border, pemilik butik Griya Rasu’an ini mampu menciptakan suatu karya seni busana yang indah. Tentunya dengan perpaduan desain motif garis.
Tidak ketinggalan dengan material payet, bordir aplikasi, hingga kristal swarovski yang turut mempercantik gaun tersebut. ”Masukkan pula detail peplumyang kini tengah digemari kaum hawa, dan efek tumpuk-tumpuk yang genit beralas dasar kain sifon yang menggoda. Dengan busana kebaya dan dress cocktailini, saya ingin membuat wanita tetap seksi, etnik, tetapi tetap feminis dan elegan,” katanya.
Untuk diketahui, meski Rida sudah lama mendalami dunia fashion, namun dirinya secara resmi baru saja direkrut dan menjadi anggota baru Badan Pengurus Daerah (BPD) Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Peragaan busana yang dilangsungkan itu, sekaligus menjadi bukti eksistensi dirinya dalam bidang fashion.
Serta menandai bahwa BPD APPMI DIY kembali akan melakukan perekrutan anggota baru besar-besaran pada 2015 ini. Saat ini sudah ada 22 desainer yang tergabung di dalamnya.
Wakil Ketua III Pengembangan Profesi Sumber Daya Manusia (SDM) Pendidikan dan Teknologi Dandy T Hidayat mengatakan, selain ingin menghilangkan sisi eksklusivitas yang selama ini melekat pada APPMI, pihaknya juga ingin merangkul dan memberikan kesempatan secara luas kepada desainer Yogyakarta untuk turut bergabung dalam organisasi tersebut.
“Perekrutan anggota baru dilakukan dengan standar dan partisipasi sehingga memiliki eksistensi tinggi dalam organisasi. Dari satu sisi, pertama,ingin hilangkan sisi eksklusivitas. Kedua,coba tingkatkan dan buat standar baru dalam penjualan untuk member kami. (Yakni) dengan menjual (koleksi busana) per bagian dan tidak lagi satu set, sehingga pembeli bisa pilih sesuai styledan tidak dibatasi desainer.
Ketiga, bekerja sama dengan (Divisi) Pengembangan Usaha untuk buat show berprestise yang baik dan utamakan kualitas, bukan kuantitas,” urai dia. Dalam perekrutan ini, ditargetkan akan merekrut minimal 10 desainer. Sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku dalam organisasi bidang fashion ini.
Tidak ada pembatasan karya di dalamnya, namun calon anggota setidaknya harus up to datedan bisa mengikuti perkembangan fashionterkini, serta mampu terima kritikan supaya bisa berkembang ke depannya. Mengingat dunia fashion tidak hanya menyangkut karya seni saja, namun juga merupakan salah satu bidang industri yang memiliki nilai jual tinggi.
“Harus punya butik dan semua anggota masing-masing punya di rumah, itu merupakan syarat. Punya workshop, tenaga kerja, nama, label, dan pernah pameran. Serta punya kemampuan, rasa tanggung jawab dalam bidang dan profesi desainer, serta ide ke depan ke arah industri,” kata Wakil Ketua I Bidang Pengembangan Usaha, Amien Hendra Wijaya.
Siti Estuningsih
(ftr)