Kuliah Harus Sesuai Minat dan Kemampuan
A
A
A
YOGYAKARTA - Pendaftaran masuk perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta sebentar lagi akan dibuka. Untuk itu, calon mahasiswa diharapkan mampu menilai minat, bakat dan kemampuannya agar tidak salah memilih program studi atau jurusan yang akan ditempuhnya.
Peran orang tua dan guru sekolah dalam membimbing siswa kelas XII yang akan melanjutkan studi ke pendidikan sangat penting. Orang tua dan guru harus bisa mengarahkan anak mereka untuk memilih pendidikan tinggi sesuai minat, ba kat, dan kemampuan mereka.
Pengamat Pendidikan DIY St Kartono mengatakan, orang tua dan guru harus memberikan inspirasi bagi masa depan anak. Inspirasi di sini maksudnya, orang tua dan guru bisa menanyakan anak kelak mau menjadi apa atau mau menekuni bidang apa atau tertarik dengan ilmu apa. “Dari situ, orang tua dan guru bisa memberi keterangan jurusan apa yang bisa membawa mereka untuk mewujudkan minat dan bakat anak," ujarnya.
Menurut Kartono, bimbingan orang tua dan guru dalam memilih jurusan/prodi pun tak hanya sampai di situ. Pemilihan perguruan tinggi (PT) yang dituju juga harus dilakukan agar anak benar-benar bisa mewujudkan cita-citanya. Memilih PT ini berkaitan dengan tingkat persaingan dan kemampuan anak.
"Di tiap PT biasanya ada jurusan favorit. Jika persaingan masuk ke sana terlalu ketat, anak tentu bisa diarahkan ke PT lain yang memiliki program studi sama. Namun jika kemampuan anak dirasa bisa bertahan dalam persaingan yang ada, tentu bisa saja dilakukan," katanya.
Tak hanya membimbing atau memberikan konseling, Kartono berharap pihak sekolah menyadari pentingnya perangkat pendamping dalam hal ini. Perangkat pendamping inilah yang akan melakukan serangkaian tes kemampuan untuk melihat potensi anak. Dengan begitu, bimbingan menentukan prodi/jurusan di PT lebih mudah.
"Dengan perangkat pendamping, anak juga bisa diajak realistis dengan kondisi dan kemampuannya. Misal, anak me - ngalami buta warna sebagian, tentu ada beberapa jurusan yang tidak bisa ia masuki karena hanya akan menghambat pendidikannya kelak," tuturnya.
Terpisah, Kepala Humas UGM Wijayanti MSc mengatakan, dalam tiap program sosialisasi yang mereka lakukan ke sekolah-sekolah, selalu disampaikan agar para siswa memilih prodi/jurusan sesuai kemampuan dan cita-cita. UGM sendiri selalu melakukan sosialisasi tersebut jelang penerimaan mahasiswa baru.
"Kami biasanya juga memberi gambaran agar para calon mahasiswa ini mampu melihat lingkungan dengan lebih luas. Misalnya dengan memaparkan kondisi Indonesia saat ini dan masa depan. Hal ini dilakukan untuk menginspirasi mereka ikut terlibat dalam pembangunan Indonesia ke depan," tuturnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Sanata Darma (USD) Yogyakarta Dr P Mutiara Andalas SJ mengatakan, dalam upaya membimbing calon mahasiswa baru mereka, USD memiliki unit Pusat Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi. Unit itulah yang memberikan konseling dan layanan pendampingan untuk melihat peminatan calon mahasiswa.
"Biasanya akan dilakukan tes terlebih dahulu. Kami menyadari ini sangat penting karena memilih prodi/jurusan yang akan ditempuh juga menjadi salah satu keputusan besar dalam hidup seseorang. Kami tidak ingin ada yang salah pilih atau menyesali pilihannya," paparnya.
Ratih Keswara
Peran orang tua dan guru sekolah dalam membimbing siswa kelas XII yang akan melanjutkan studi ke pendidikan sangat penting. Orang tua dan guru harus bisa mengarahkan anak mereka untuk memilih pendidikan tinggi sesuai minat, ba kat, dan kemampuan mereka.
Pengamat Pendidikan DIY St Kartono mengatakan, orang tua dan guru harus memberikan inspirasi bagi masa depan anak. Inspirasi di sini maksudnya, orang tua dan guru bisa menanyakan anak kelak mau menjadi apa atau mau menekuni bidang apa atau tertarik dengan ilmu apa. “Dari situ, orang tua dan guru bisa memberi keterangan jurusan apa yang bisa membawa mereka untuk mewujudkan minat dan bakat anak," ujarnya.
Menurut Kartono, bimbingan orang tua dan guru dalam memilih jurusan/prodi pun tak hanya sampai di situ. Pemilihan perguruan tinggi (PT) yang dituju juga harus dilakukan agar anak benar-benar bisa mewujudkan cita-citanya. Memilih PT ini berkaitan dengan tingkat persaingan dan kemampuan anak.
"Di tiap PT biasanya ada jurusan favorit. Jika persaingan masuk ke sana terlalu ketat, anak tentu bisa diarahkan ke PT lain yang memiliki program studi sama. Namun jika kemampuan anak dirasa bisa bertahan dalam persaingan yang ada, tentu bisa saja dilakukan," katanya.
Tak hanya membimbing atau memberikan konseling, Kartono berharap pihak sekolah menyadari pentingnya perangkat pendamping dalam hal ini. Perangkat pendamping inilah yang akan melakukan serangkaian tes kemampuan untuk melihat potensi anak. Dengan begitu, bimbingan menentukan prodi/jurusan di PT lebih mudah.
"Dengan perangkat pendamping, anak juga bisa diajak realistis dengan kondisi dan kemampuannya. Misal, anak me - ngalami buta warna sebagian, tentu ada beberapa jurusan yang tidak bisa ia masuki karena hanya akan menghambat pendidikannya kelak," tuturnya.
Terpisah, Kepala Humas UGM Wijayanti MSc mengatakan, dalam tiap program sosialisasi yang mereka lakukan ke sekolah-sekolah, selalu disampaikan agar para siswa memilih prodi/jurusan sesuai kemampuan dan cita-cita. UGM sendiri selalu melakukan sosialisasi tersebut jelang penerimaan mahasiswa baru.
"Kami biasanya juga memberi gambaran agar para calon mahasiswa ini mampu melihat lingkungan dengan lebih luas. Misalnya dengan memaparkan kondisi Indonesia saat ini dan masa depan. Hal ini dilakukan untuk menginspirasi mereka ikut terlibat dalam pembangunan Indonesia ke depan," tuturnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Sanata Darma (USD) Yogyakarta Dr P Mutiara Andalas SJ mengatakan, dalam upaya membimbing calon mahasiswa baru mereka, USD memiliki unit Pusat Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi. Unit itulah yang memberikan konseling dan layanan pendampingan untuk melihat peminatan calon mahasiswa.
"Biasanya akan dilakukan tes terlebih dahulu. Kami menyadari ini sangat penting karena memilih prodi/jurusan yang akan ditempuh juga menjadi salah satu keputusan besar dalam hidup seseorang. Kami tidak ingin ada yang salah pilih atau menyesali pilihannya," paparnya.
Ratih Keswara
(ftr)