Ajak Warga Melek Internet
A
A
A
Kampoeng Cyber sempat heboh saat dikunjungi pendiri Facebook , Mark Zuckerberg, pada 2014 silam. Banyak hal kemudian terungkap setelahnya dan membuat kampung ini kian populer.
Setelah sekian tahun, untuk pertama kalinya kampung ini menerima donasi dari luar. Semua keberhasilan itu tak lepas dari kiprah pendirinya, Antonius Sasongko Wahyu Kusumo.
Kegigihan bapak satu anak yang biasa disapa Koko ini mulai menampakkan hasil memuaskan. Kini kampungnya banyak dilirik pelajar, komunitas, maupun mahasiswa untuk studi. Sabtu (17/1), KORAN SINDO menyempatkan diri menyambangi kediaman Koko di Kampeong Cyber RT 36/RW 09 Taman, Pantehan, Keraton, Yogyakarta. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana ide awal gagasan Kampoeng Cyber?
Gagasan Kampoeng Cyber sebenarnya muncul secara spontan. Saat itu, persisnya Agustus 2008, yang sudah punya koneksi internet baru di rumah saya. Saya lihat di kampung banyak sekali kegiatan dan masyarakatnya juga guyub rukun, semua terlibat dalam kegiatan itu. Kebetulan saya juga punya kamera, saya sering dokumentasikan kegiatankegiatan itu sampai akhirnya saya membuat blog.
Waktu itu yang main di blog belum banyak karena memang baru awal-awal. Nah , kegiatan-kegiatan tadi saya tulis dan saya masukkan di blog. Setelah di-publish , saya undang warga untuk memperlihatkan tulisan yang sudah terposting di blog tadi. Memang agak repot juga, tapi dari sana saya lalu kepikiran kenapa tidak membuat warga agar bisa mengakses sendiri di rumah saja dengan membuat jaringan sendiri.
Bagaimana memulainya?
Pemikiran itu kemudian dikomunikasikan dengan ketua RT setempat. Lampu hijau didapat, dan akhirnya project dicoba dengan memasang jaringan di rumah-rumah yang sudah memiliki personal computer (PC). Ternyata bisa, walaupun jumlahnya saat itu masih sangat sedikit baru lima rumah. Perlahan tapi pasti, sambil terus mengedukasi warga pentingnya internet, akhirnya warga yang terkoneksi terus bertambah banyak.
Dalam kurun waktu dua tahun, hampir semua rumah yang ada di kampung dengan total 44 KK ini terkoneksi internet. Pada 1-2 tahun pertama, koneksi internet yang dibangun di kampung ini masih sebatas digunakan untuk komunikasi antarwarga maupun menginformasikan kegiatan-kegiatan dan semua hal yang ada di kampung. Tapi sekarang, pemanfaatannya mulai diarahkan agar internet berdampak langsung bagi warga.
Didukung donor dari mana?
Semua yang dilakukan di Kampung Cyber dilakukan secara swadaya selama enam tahun. Baru setelah enam tahun ada donasi dari luar, yakni Big Cola yang diberikan pekan lalu. Donasi didapatkan setelah dilakukan survei oleh tim dari donatur yang juga sempat melihat kondisi dan menjajal fasilitas yang ada di sini. Karena sekarang ada donasi dari luar, kami menyiapkan beberapa hal dan beberapa program untuk pengembangan. Harapannya, internet ini semakin dirasakan manfaatnya oleh warga yang ada di Kampoeng Cyber.
Apa kendala yang dihadapi?
Mengimplementasikan mimpi agar semua rumah terkoneksi memang tidak mudah. Kami tidak bisa memaksa warga agar memiliki komputer PC di rumah masing-masing. Sebab, bagi warga sini komputer itu bukan barang yang murah. Tapi saya tidak patah semangat, perlahan pemahaman pentingnya internet terus diberikan kepada masyarakat, dan perlahan mereka akhirnya mau memanfaatkan internet ini. Karena sifatnya swadaya, semua dikerjakan oleh warga mulai memasang jaringan dan seterusnya. Tapi karena semangat maju bersama itu ada, akhirnya berjalan juga.
Manfaat yang bisa dirasakan masyarakat dengan Kampoeng Cyber saat ini?
Saat ini warga sudah mulai merasakan manfaat dari internet ini. Banyak hal kemudian muncul, terutama dari sisi usaha. Internet mulai dimanfaatkan untuk menopang usaha yang digeluti. Bahkan berkat internet ini pula, ada yang susah bisa membuka beberapa toko dalam kurang waktu yang relatif singkat. Walaupun saya akui tidak semuanya berjalan cepat. Ada yang berkembang cukup cepat, tapi ada juga yang lambat. Kami mendorong yang lambat agar bisa berjalan sedikit lebih cepat. Pada akhirnya semua kembali pada individu masingmasing.
Yang ingin dicapai berikutnya?
Dengan memanfaatkan dana donasi, ke depan yang ada di kampung ini akan dibuat lebih ideal. Dari sisi teknis, misalnya akan diatur lebih baik agar tidak berebut. Ke depan, saya ingin satu kampung ini semuanya sudah bisa pakai Wi- Fi. Sekarang memang sudah ada Wi-Fi di pos kamling, tapi tidak selalu hidup.
Di sana juga akan diperbaiki agar bisa digunakan untuk menyimpan server agar nanti bisa dibuatkan SMS gateway. Untuk yang ini sudah ada yang siap membantu kami. Kita juga akan pasang CCTV untuk meningkatkan keamanan, rencananya akan dipasang di tujuh titik di kampung. Program yang siap dijalankan tahun ini? Tahun ini juga akan ada pelatihan untuk industri kecil menengah.
Pelatihan akan difasilitasi Pemkot Yogyakarta untuk memberi pembekalan bagi para pelaku usaha agar bisa mengembangkan usaha dengan memaksimalkan potensi yang ada di sini. Untuk anak sekolah juga akan disiapkan pelatihan bahasa Inggris. Dulu sebenarnya pernah ada, tapi kemudian tidak ada lagi. Nanti akan dihidupkan lagi sebagai bekal bagi mereka karena sekarang operasional IT ratarata menggunakan bahasa Inggris.
Ibu-ibu juga sama. Banyak yang sudah bisa berbicara bahasa Inggris, tapi hanya sekadar tahu maksudnya saja. Melalui pelatihan itu kemampuan berbahasa Inggris mereka diharapkan bisa lebih baik lagi.
Sodik
Setelah sekian tahun, untuk pertama kalinya kampung ini menerima donasi dari luar. Semua keberhasilan itu tak lepas dari kiprah pendirinya, Antonius Sasongko Wahyu Kusumo.
Kegigihan bapak satu anak yang biasa disapa Koko ini mulai menampakkan hasil memuaskan. Kini kampungnya banyak dilirik pelajar, komunitas, maupun mahasiswa untuk studi. Sabtu (17/1), KORAN SINDO menyempatkan diri menyambangi kediaman Koko di Kampeong Cyber RT 36/RW 09 Taman, Pantehan, Keraton, Yogyakarta. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana ide awal gagasan Kampoeng Cyber?
Gagasan Kampoeng Cyber sebenarnya muncul secara spontan. Saat itu, persisnya Agustus 2008, yang sudah punya koneksi internet baru di rumah saya. Saya lihat di kampung banyak sekali kegiatan dan masyarakatnya juga guyub rukun, semua terlibat dalam kegiatan itu. Kebetulan saya juga punya kamera, saya sering dokumentasikan kegiatankegiatan itu sampai akhirnya saya membuat blog.
Waktu itu yang main di blog belum banyak karena memang baru awal-awal. Nah , kegiatan-kegiatan tadi saya tulis dan saya masukkan di blog. Setelah di-publish , saya undang warga untuk memperlihatkan tulisan yang sudah terposting di blog tadi. Memang agak repot juga, tapi dari sana saya lalu kepikiran kenapa tidak membuat warga agar bisa mengakses sendiri di rumah saja dengan membuat jaringan sendiri.
Bagaimana memulainya?
Pemikiran itu kemudian dikomunikasikan dengan ketua RT setempat. Lampu hijau didapat, dan akhirnya project dicoba dengan memasang jaringan di rumah-rumah yang sudah memiliki personal computer (PC). Ternyata bisa, walaupun jumlahnya saat itu masih sangat sedikit baru lima rumah. Perlahan tapi pasti, sambil terus mengedukasi warga pentingnya internet, akhirnya warga yang terkoneksi terus bertambah banyak.
Dalam kurun waktu dua tahun, hampir semua rumah yang ada di kampung dengan total 44 KK ini terkoneksi internet. Pada 1-2 tahun pertama, koneksi internet yang dibangun di kampung ini masih sebatas digunakan untuk komunikasi antarwarga maupun menginformasikan kegiatan-kegiatan dan semua hal yang ada di kampung. Tapi sekarang, pemanfaatannya mulai diarahkan agar internet berdampak langsung bagi warga.
Didukung donor dari mana?
Semua yang dilakukan di Kampung Cyber dilakukan secara swadaya selama enam tahun. Baru setelah enam tahun ada donasi dari luar, yakni Big Cola yang diberikan pekan lalu. Donasi didapatkan setelah dilakukan survei oleh tim dari donatur yang juga sempat melihat kondisi dan menjajal fasilitas yang ada di sini. Karena sekarang ada donasi dari luar, kami menyiapkan beberapa hal dan beberapa program untuk pengembangan. Harapannya, internet ini semakin dirasakan manfaatnya oleh warga yang ada di Kampoeng Cyber.
Apa kendala yang dihadapi?
Mengimplementasikan mimpi agar semua rumah terkoneksi memang tidak mudah. Kami tidak bisa memaksa warga agar memiliki komputer PC di rumah masing-masing. Sebab, bagi warga sini komputer itu bukan barang yang murah. Tapi saya tidak patah semangat, perlahan pemahaman pentingnya internet terus diberikan kepada masyarakat, dan perlahan mereka akhirnya mau memanfaatkan internet ini. Karena sifatnya swadaya, semua dikerjakan oleh warga mulai memasang jaringan dan seterusnya. Tapi karena semangat maju bersama itu ada, akhirnya berjalan juga.
Manfaat yang bisa dirasakan masyarakat dengan Kampoeng Cyber saat ini?
Saat ini warga sudah mulai merasakan manfaat dari internet ini. Banyak hal kemudian muncul, terutama dari sisi usaha. Internet mulai dimanfaatkan untuk menopang usaha yang digeluti. Bahkan berkat internet ini pula, ada yang susah bisa membuka beberapa toko dalam kurang waktu yang relatif singkat. Walaupun saya akui tidak semuanya berjalan cepat. Ada yang berkembang cukup cepat, tapi ada juga yang lambat. Kami mendorong yang lambat agar bisa berjalan sedikit lebih cepat. Pada akhirnya semua kembali pada individu masingmasing.
Yang ingin dicapai berikutnya?
Dengan memanfaatkan dana donasi, ke depan yang ada di kampung ini akan dibuat lebih ideal. Dari sisi teknis, misalnya akan diatur lebih baik agar tidak berebut. Ke depan, saya ingin satu kampung ini semuanya sudah bisa pakai Wi- Fi. Sekarang memang sudah ada Wi-Fi di pos kamling, tapi tidak selalu hidup.
Di sana juga akan diperbaiki agar bisa digunakan untuk menyimpan server agar nanti bisa dibuatkan SMS gateway. Untuk yang ini sudah ada yang siap membantu kami. Kita juga akan pasang CCTV untuk meningkatkan keamanan, rencananya akan dipasang di tujuh titik di kampung. Program yang siap dijalankan tahun ini? Tahun ini juga akan ada pelatihan untuk industri kecil menengah.
Pelatihan akan difasilitasi Pemkot Yogyakarta untuk memberi pembekalan bagi para pelaku usaha agar bisa mengembangkan usaha dengan memaksimalkan potensi yang ada di sini. Untuk anak sekolah juga akan disiapkan pelatihan bahasa Inggris. Dulu sebenarnya pernah ada, tapi kemudian tidak ada lagi. Nanti akan dihidupkan lagi sebagai bekal bagi mereka karena sekarang operasional IT ratarata menggunakan bahasa Inggris.
Ibu-ibu juga sama. Banyak yang sudah bisa berbicara bahasa Inggris, tapi hanya sekadar tahu maksudnya saja. Melalui pelatihan itu kemampuan berbahasa Inggris mereka diharapkan bisa lebih baik lagi.
Sodik
(ars)