Harimau Mati di Kebun Binatang, Pengelolaan Terancam Dipihak Ketigakan
A
A
A
PADANG - Sandy seekor harimau sumatera betina berusia 2 tahun koleksi Kebun Binatang Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat ditemukan mati di dalam kandangnya.
Penyebab kematian sementara hewan dengan nama latin panthera tigris sumatrae ini pada Minggu 11 Januari lalu diduga karena jantung harimau dibaluti cairan sehingga membuat satwa langka ini susah bernafas.
Kematian satwa yang terus terjadi di kebun binatang ini membuat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar menyarankan agar kebun binatang sebagai lembaga konservasi dikelola oleh pihak ketiga.
Kepala Resort Konservasi dari BKSDA Sumbar Vera Ciko mengatakan koleksi satwa di TMSBK akan dievaluasi dan lembaga konservasi pengelolaan kebun binatang ini bakal diserahkan ke pihak ketiga.
Saat ini kebun binatang TMSBK dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Bukittinggi.
Sementara itu harimau sumatera bernama sandy merupakan satu dari enam ekor harimau sumatera yang ada di Kebun Binatang TMSBK Bukittinggi.
Kepala Seksi Pakan dan Kesehatan Satwa Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan Kota Bukittinggi drh Effi Silfia mengungkapkan, sebelumnya Sandy telah menjalani perawatan insentif selama tiga hari karena mengalami sesak nafas.
“Saya diagnosa sementara itu pericarditis ini hasil yang sementara saya lihat, karena semuanya kita bawa ke Laboratorium di Baso. Pericarditis bisa jadi disebabkan oleh virus, apakah oleh bakteri, atau genetik dari keturunan juga bisa, kita belum bisa memastikan penyebab pastinya, “ kata dia.
Begitu diketahui mati, lanjut dia, petugas langsung melakukan bedah bangkai dari hasil pemeriksaan sementara jantung satwa langka ini dibaluti cairan. Sementara organ lain ditemukan dalam kondisi normal.
Namun hingga, Sabtu 17 Januari atau satu pekan pasca kematian pihak kebun binatang masih belum mengetahui penyebab pasti kematian Sandy.
Pengelola masih menunggu hasil laporan pemeriksaan organ yang dikirim ke Balai Penyidikan Penyakit Hewan (BPPH) Regional II di Baso, Kabupaten Agam.
Kematian satwa koleksi kebun binatang ini terus terjadi sepanjang tahun 2014 lalu. Satwa yang mati berturut-turut diantaranya jenis rusa tutul, tapir malaya atau tapir asia, orang utan serta unta punuk satu.
Penyebab kematian sementara hewan dengan nama latin panthera tigris sumatrae ini pada Minggu 11 Januari lalu diduga karena jantung harimau dibaluti cairan sehingga membuat satwa langka ini susah bernafas.
Kematian satwa yang terus terjadi di kebun binatang ini membuat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar menyarankan agar kebun binatang sebagai lembaga konservasi dikelola oleh pihak ketiga.
Kepala Resort Konservasi dari BKSDA Sumbar Vera Ciko mengatakan koleksi satwa di TMSBK akan dievaluasi dan lembaga konservasi pengelolaan kebun binatang ini bakal diserahkan ke pihak ketiga.
Saat ini kebun binatang TMSBK dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Bukittinggi.
Sementara itu harimau sumatera bernama sandy merupakan satu dari enam ekor harimau sumatera yang ada di Kebun Binatang TMSBK Bukittinggi.
Kepala Seksi Pakan dan Kesehatan Satwa Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan Kota Bukittinggi drh Effi Silfia mengungkapkan, sebelumnya Sandy telah menjalani perawatan insentif selama tiga hari karena mengalami sesak nafas.
“Saya diagnosa sementara itu pericarditis ini hasil yang sementara saya lihat, karena semuanya kita bawa ke Laboratorium di Baso. Pericarditis bisa jadi disebabkan oleh virus, apakah oleh bakteri, atau genetik dari keturunan juga bisa, kita belum bisa memastikan penyebab pastinya, “ kata dia.
Begitu diketahui mati, lanjut dia, petugas langsung melakukan bedah bangkai dari hasil pemeriksaan sementara jantung satwa langka ini dibaluti cairan. Sementara organ lain ditemukan dalam kondisi normal.
Namun hingga, Sabtu 17 Januari atau satu pekan pasca kematian pihak kebun binatang masih belum mengetahui penyebab pasti kematian Sandy.
Pengelola masih menunggu hasil laporan pemeriksaan organ yang dikirim ke Balai Penyidikan Penyakit Hewan (BPPH) Regional II di Baso, Kabupaten Agam.
Kematian satwa koleksi kebun binatang ini terus terjadi sepanjang tahun 2014 lalu. Satwa yang mati berturut-turut diantaranya jenis rusa tutul, tapir malaya atau tapir asia, orang utan serta unta punuk satu.
(sms)