Terus Berprestasi Meski Minim Dukungan Pemerintah
A
A
A
MEDAN - Olahraga ekstrem seperti paintball memang belum banyak dikenal masyarakat. Kendati demikian, Medan punya tim cukup andal yang berkompetisi hingga ke tingkat Asia dan berprestasi, meskipun tidak mendapat dukungan pemerintah.
Medan Comrades dan Medan Smoker merupakan dua nama tim paintball yang sering membawa nama harum Medan, Sumatera Utara, bahkan Indonesia. Salah satu personelnya adalah Hendika Putra, mahasiswa semester akhir Program Studi (Prodi) Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).
Pemuda 22 tahun ini mengaku, kendati berkompetisi dengan biaya sendiri, kebanggaan membawa nama bangsa dan berprestasi membuat mereka sering mengesampingkan ada atau tidaknya dukungan dari pemerintah.
Dia bersama delapan rekannya, yakni Handika (Front Dorito), Reza L Habsy (Front Snake), Miftah (Back Corner), Lutfi (Back Corner Dorito), Agem (Back Corner Snake), Dani Sitompul (Front Snake), Kelbi Wong (Centre Back), dan Ihsan Siregar (Front Snake), sudah banyak meraih prestasi.
Misalnya pada Medan Open Paintball League (MOPL) 2011 di Kenanga hingga World Cup Asia di Malaysia pada 2011 lalu, dan beberapa prestasi lainnya. Ditemui KORAN SINDO MEDAN baru-baru ini, Hendika menceritakan, awalnya diajak teman satu tim basket bernama Dani Sitompul bermain paintball . Awalnya mereka hanya dapat juara dua. Tapi dari situ mereka kian giat latihan untuk main di Medan Open League (MOPL) II. Hasilnya, dapat juara satu.
“Kami terus berbenah buat tanding di Malaysia pada World Cup Asia tahun 2011, dan akhirnya dapat peringkat lima di Divisi IV di Malaysia. Dari sana berlanjut buat tim mewakili Indonesia untuk Divisi III di Malaka dan dapat juara tiga. Selanjutnya kami ikut kompetisi di Medan, dapat juara di MOPL berikutnya juara di Sumatera Open Paintball League 2014 dan di overall championship dengan nilai terbanyak,” ujarnya.
Menggeluti paintball sejak 2011, kini Hendika paham betul cara memainkan olahraga ekstrem tersebut. Pria dengan tinggi sekitar 190 cm ini mengatakan, dalam satu tim paintball biasanya terdiri dari 9 - 11 pemain. Dimana lima orang akan bermain dan sisanya sebagai cadangan.
Peraturannya, lima lawan lima, tim akan mengambil bendera lawan dan mengembalikannya ke home dengan cara membunuh lawannya lebih dulu. Sebagai olahraga ekstrem yang belum populer, Tim Medan Comrades sehari-hari berlatih di Magnum Paintball yang berada do Kantor Jasa Marga di Tanjung Mulia dengan biaya sendiri.
“Kami tim independen dengan koko (abang dalam bahasa Hokkien) Kelby Wong yang punya field. Dia sponsor mulai senjata paintball hingga peralatan lain serta uang pelatihan dia,” bebernya. Kendati olahraga ekstrem, banyak pelajaran yang dia dapat dari sini.
Di antaranya kedekatan antarpersonel serta memacu adrenalin. Selain itu, kedekatan secara psikis juga didapatkan antara satu anggota dengan yang lain. “Kepercayaan itu didapat dengan latihan sesering mungkin supaya mengetahui watak-watak personel. Saling bantu di lapangan. Kami latihan sepekan sekali. Sedangkan sebulan sebelum turnamen, latihan dua kali sepekan pada Sabtu dan Minggu. Sabtu untuk drill fisik, Minggu giliran game ,” ucapnya.
Saat ini, Medan merupakan tim paintball paling aktif di Indonesia, mengalahkan kota lain seperti Jakarta dan Bandung. Sayang, olahraga tersebut belum menjadi salah satu cabang olahraga yang didukung organisasi olahraga seperti KONI.
Bahkan sejauh ini belum ada kejuaraan paintball yang digelar di tingkat nasional, hanya event tingkat provinsi kendati yang ikut serta terkadang merupakan tim-tim dari negara lain, seperti Malaysia, Thailand, hingga dari timur tengah.
Syukri Amal
Medan Comrades dan Medan Smoker merupakan dua nama tim paintball yang sering membawa nama harum Medan, Sumatera Utara, bahkan Indonesia. Salah satu personelnya adalah Hendika Putra, mahasiswa semester akhir Program Studi (Prodi) Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).
Pemuda 22 tahun ini mengaku, kendati berkompetisi dengan biaya sendiri, kebanggaan membawa nama bangsa dan berprestasi membuat mereka sering mengesampingkan ada atau tidaknya dukungan dari pemerintah.
Dia bersama delapan rekannya, yakni Handika (Front Dorito), Reza L Habsy (Front Snake), Miftah (Back Corner), Lutfi (Back Corner Dorito), Agem (Back Corner Snake), Dani Sitompul (Front Snake), Kelbi Wong (Centre Back), dan Ihsan Siregar (Front Snake), sudah banyak meraih prestasi.
Misalnya pada Medan Open Paintball League (MOPL) 2011 di Kenanga hingga World Cup Asia di Malaysia pada 2011 lalu, dan beberapa prestasi lainnya. Ditemui KORAN SINDO MEDAN baru-baru ini, Hendika menceritakan, awalnya diajak teman satu tim basket bernama Dani Sitompul bermain paintball . Awalnya mereka hanya dapat juara dua. Tapi dari situ mereka kian giat latihan untuk main di Medan Open League (MOPL) II. Hasilnya, dapat juara satu.
“Kami terus berbenah buat tanding di Malaysia pada World Cup Asia tahun 2011, dan akhirnya dapat peringkat lima di Divisi IV di Malaysia. Dari sana berlanjut buat tim mewakili Indonesia untuk Divisi III di Malaka dan dapat juara tiga. Selanjutnya kami ikut kompetisi di Medan, dapat juara di MOPL berikutnya juara di Sumatera Open Paintball League 2014 dan di overall championship dengan nilai terbanyak,” ujarnya.
Menggeluti paintball sejak 2011, kini Hendika paham betul cara memainkan olahraga ekstrem tersebut. Pria dengan tinggi sekitar 190 cm ini mengatakan, dalam satu tim paintball biasanya terdiri dari 9 - 11 pemain. Dimana lima orang akan bermain dan sisanya sebagai cadangan.
Peraturannya, lima lawan lima, tim akan mengambil bendera lawan dan mengembalikannya ke home dengan cara membunuh lawannya lebih dulu. Sebagai olahraga ekstrem yang belum populer, Tim Medan Comrades sehari-hari berlatih di Magnum Paintball yang berada do Kantor Jasa Marga di Tanjung Mulia dengan biaya sendiri.
“Kami tim independen dengan koko (abang dalam bahasa Hokkien) Kelby Wong yang punya field. Dia sponsor mulai senjata paintball hingga peralatan lain serta uang pelatihan dia,” bebernya. Kendati olahraga ekstrem, banyak pelajaran yang dia dapat dari sini.
Di antaranya kedekatan antarpersonel serta memacu adrenalin. Selain itu, kedekatan secara psikis juga didapatkan antara satu anggota dengan yang lain. “Kepercayaan itu didapat dengan latihan sesering mungkin supaya mengetahui watak-watak personel. Saling bantu di lapangan. Kami latihan sepekan sekali. Sedangkan sebulan sebelum turnamen, latihan dua kali sepekan pada Sabtu dan Minggu. Sabtu untuk drill fisik, Minggu giliran game ,” ucapnya.
Saat ini, Medan merupakan tim paintball paling aktif di Indonesia, mengalahkan kota lain seperti Jakarta dan Bandung. Sayang, olahraga tersebut belum menjadi salah satu cabang olahraga yang didukung organisasi olahraga seperti KONI.
Bahkan sejauh ini belum ada kejuaraan paintball yang digelar di tingkat nasional, hanya event tingkat provinsi kendati yang ikut serta terkadang merupakan tim-tim dari negara lain, seperti Malaysia, Thailand, hingga dari timur tengah.
Syukri Amal
(ftr)