Kerusakan Hasil Pekerjaan Diwaspadai
A
A
A
UNGARAN - Tahap pertama proyek reaktivasi jalur kereta api (KA) Stasiun Tuntang (Kabupaten Semarang) - Stasiun Kedungjati (Kabupaten Grobogan) telah selesai.
Di masa pemeliharaan hasil pekerjaan mulai Januari hingga enam bulan ke depan ini, Satker Pengembangan Perkeretaapian Jateng Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan konsultan pengawas mewaspadai potensi kerusakan hasil pekerjaan akibat faktor alam.
“Faktor alam tidak bisa diprediksi. Meski sudah dikerjakan sesuai perencanaan, bukan tidak mungkin tingginya intensitas hujan membuat hasil pekerjaan bisa rusak. Inilah fungsinya masa pemeliharaan. Sebab, jika memang ada kerusakan masih menjadi tanggungan kontraktor untuk perbaikan,” ujar Arista Gunawan, Koordinator Lapangan PT Dardela, selaku konsultan pengawas proyek reaktivasi jalur KA Tuntang-Kedungjati, kemarin.
Menurut Arista, hasil pengecekan pihaknya seluruh pekerjaan tahap pertama reaktivasi telah selesai 100% sesuai waktu yang ditentukan. Secara teknis, 27 item pekerjaan juga sudah sesuai perencanaan yang disusun, baik kualitas maupun spesifikasi. Namun, dimasapemeliharaanini tetap dilakukan pengawasan lantaran sepanjang 32 km pekerjaan tersebut ada beberapa titik yang rawan longsor.
Titik-titik tersebut, lanjut dia, salah satunya ada di kawasan Tlogo, Tuntang. Sejumlah item pekerjaan jalur KA diketahui berada di area bekas lubang septic tank warga. “Yang diwaspadai adalah adanya kantong-kantong air dari bekas septic tank milik warga yang berukuran besar. Ini menjadi membahayakan lantaran setelah dilakukan pengepresan tanah untuk didapat tingkat kelandaian jalur kereta yang ideal, posisi septic tank ada di atas rel. Dengan tingginya intensitas hujan saat ini, sewaktuwaktu dinding tebing bisa jebol,” ucap dia.
Langkah antisipasi sebenarnya telah dilakukan dengan membangun retaining wall . Hanya belum semua jalur rel bertebing dipasang retaining wall . Keterbatasan anggaran dan waktu menjadi penyebabnya. Titik lain yang diwaspadai adalah di sekitar Stasiun Kedungjati. Tanah di lokasi tersebut diketahui bekas pasar dan dulunya untuk menimbun segala macam sampah sehingga tanahnya gembur.
Humas Satker Pengembangan Perkeretaapian Jateng Ditjen Perkeretaapian Kemenhub, M Yani, menyatakan, secara teknis semua hasil pekerjaan sudah cukup aman.
Agus Joko
Di masa pemeliharaan hasil pekerjaan mulai Januari hingga enam bulan ke depan ini, Satker Pengembangan Perkeretaapian Jateng Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan konsultan pengawas mewaspadai potensi kerusakan hasil pekerjaan akibat faktor alam.
“Faktor alam tidak bisa diprediksi. Meski sudah dikerjakan sesuai perencanaan, bukan tidak mungkin tingginya intensitas hujan membuat hasil pekerjaan bisa rusak. Inilah fungsinya masa pemeliharaan. Sebab, jika memang ada kerusakan masih menjadi tanggungan kontraktor untuk perbaikan,” ujar Arista Gunawan, Koordinator Lapangan PT Dardela, selaku konsultan pengawas proyek reaktivasi jalur KA Tuntang-Kedungjati, kemarin.
Menurut Arista, hasil pengecekan pihaknya seluruh pekerjaan tahap pertama reaktivasi telah selesai 100% sesuai waktu yang ditentukan. Secara teknis, 27 item pekerjaan juga sudah sesuai perencanaan yang disusun, baik kualitas maupun spesifikasi. Namun, dimasapemeliharaanini tetap dilakukan pengawasan lantaran sepanjang 32 km pekerjaan tersebut ada beberapa titik yang rawan longsor.
Titik-titik tersebut, lanjut dia, salah satunya ada di kawasan Tlogo, Tuntang. Sejumlah item pekerjaan jalur KA diketahui berada di area bekas lubang septic tank warga. “Yang diwaspadai adalah adanya kantong-kantong air dari bekas septic tank milik warga yang berukuran besar. Ini menjadi membahayakan lantaran setelah dilakukan pengepresan tanah untuk didapat tingkat kelandaian jalur kereta yang ideal, posisi septic tank ada di atas rel. Dengan tingginya intensitas hujan saat ini, sewaktuwaktu dinding tebing bisa jebol,” ucap dia.
Langkah antisipasi sebenarnya telah dilakukan dengan membangun retaining wall . Hanya belum semua jalur rel bertebing dipasang retaining wall . Keterbatasan anggaran dan waktu menjadi penyebabnya. Titik lain yang diwaspadai adalah di sekitar Stasiun Kedungjati. Tanah di lokasi tersebut diketahui bekas pasar dan dulunya untuk menimbun segala macam sampah sehingga tanahnya gembur.
Humas Satker Pengembangan Perkeretaapian Jateng Ditjen Perkeretaapian Kemenhub, M Yani, menyatakan, secara teknis semua hasil pekerjaan sudah cukup aman.
Agus Joko
(ftr)