Ombak Pantai Selatan Capai 5 Meter
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menginformasikan gelombang di perairan selatan DIY mencapai 2–5 meter. Karena itu, wisatawan yang mengunjungi pantai diminta lebih berhati-hati.
Begitu juga dengan para nelayan. Kondisi ini akan berlangsung hingga akhir Januari mendatang lantaran ada gangguan cuaca di perairan Australia. Keganasan ombak laut selatan sendiri kemarin kembali memakan korban. Seorang mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang berwisata di Pantai Siung digulung ombak besar.
Hingga kemarin petang, Tim SAR dibantu kepolisian masih terus melakukan pencarian korban yang diketahui berenang terlalu ke tengah tersebut. Upaya pencarian dilakukan dengan menggunakan kapal jungkung melibatkan personel SAR Pantai Sadeng.
Kapolsek Tepus AKP Yulianto mengungkapkan, peristiwa yang menyebabkan hilangnya Muh Agniya Rasyada Putra, 20, warga Teluk Dalam Banjarmasin, Kalimantan Selatan berawal ketika para mahasiswa UNY menikmati akhir pekan dengan bermain di Pantai Siung. Keindahan salah satu pantai yang juga memiliki trek panjat tebing terbaik se-Asia Tenggara ini menjadikan tempat ini semakin ramai dikunjungi wisatawan.
Sayang, dalam beberapa hari terakhir ombak di laut selatan, termasuk di pantai yang terletak di Desa Purwodadi ini tidak bersahabat. “Saat berenang, dia tergulung ombak yang cukup besar,” ungkapnya, kemarin.
Menurut penuturan rekanrekan korban yang ikut bermain di pantai, lanjut Yulianto, Muh Agniya Rasyada Putra sebenarnya bisa berenang. Hanya karakter pantai selatan yang identik dengan ombak besar membuat korban sulit mengatasi ombak di laut. “Korban terseret ke tengah dan hingga kini masih dalam pencarian.”
SAR Pantai Baron Ekstra Waspada
Terpisah, gelombang yang mencapai 3–4 meter di perairan selatan Gunungkidul memaksa SAR Pantai Baron melakukan penjagaan ekstra ketat. Selama dua hari libur akhir pekan, semua personel SAR berjaga di hampir semua kawasan wisata pantai mengingat banyaknya wisatawan yang berkunjung.
Sekretaris SAR Pantai Baron Surisdiyanto mengungkapkan, pihaknya terus meminta wisatawan waspada dan melarang mereka mandi di laut. Akan tetapi pihaknya sering kali kewalahan lantaran wisatawan tetap nekat berenang di laut. “Kami terus pantau wisatawan dan memberikan peringatan lewat pengeras suara. Karena memang ombak sedang tidak bersahabat,” katanya.
Di Kulonprogo, ketinggian ombak empat meter membuat nelayan menambatkan perahunya. Sejak lima hari terakhir, mereka memilih beralih profesi sembari menunggu gelombang laut mereda. “Ombaknya cukup besar, cukup berisiko kalau mau masuk (melaut),” ucap Ngadiyo, nelayan di Pantai Bugel, Panjatan, kemarin.
Menurut dia, ombak besar terjadi sejak lima hari belakangan. Para nelayan hanya bisa pasrah dan tidak melaut. Banyak di antara mereka beralih profesi mulai dari menggarap lahan, jadi buruh bangunan lepas hingga menjadi pemulung sampah plastik di sepanjang pantai. “Setiap ombak besar, kami ganti pekerjaan. Mau bagaimana lagi?” ujarnya.
Pascaombak besar, sejumlah perahu nelayan hanya ditambatkan di bibir pantai. Sesekali mereka datang ke pantai untuk melihat kondisi ombak. Di antara nelayan ada yang memilih membenahi jaring. “Sebenarnya ini musim lobster, kami tunggu gelombang mereda dulu,” ucap Sumij, nelayan lainnya.
Staf Data dan Informasi BMKG DIY Indah Retno Wulan mengatakan, ombak besar di pantai selatan Jawa terjadi karena angin tekanan rendah bertiup di selatan Australia. Akibatnya, aliran angin membuat ombak cukup besar dengan ketinggian 3–4 meter dari kondisi normal. “Kecepatan angin antara 30 sampai 80 kilometer per jam, nelayan dan wisatawan harus hati-hati karena ombak tinggi,” ujarnya.
Kondisi ini diperkirakan akan bertahan sampai tiga hari ke depan. Sementara itu, Sekretaris Komisi C DPRD DIY Agus Subagyo yang mengunjungi Pantai Bugel berharap ada program pemberdayaan kepada para nelayan di selatan DIY. Kondisi ombak besar menjadi hambatan bagi mereka untuk mencari ikan.
Ketika ombak besar, mereka beralih profesi dengan berbagai latar belakang kemampuan. “Mereka ini harus diberdayakan agar ekonomi mereka bisa bertahan,” ujar politikus Partai Golkar ini.
Suharjono/ Kuntadi
Begitu juga dengan para nelayan. Kondisi ini akan berlangsung hingga akhir Januari mendatang lantaran ada gangguan cuaca di perairan Australia. Keganasan ombak laut selatan sendiri kemarin kembali memakan korban. Seorang mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang berwisata di Pantai Siung digulung ombak besar.
Hingga kemarin petang, Tim SAR dibantu kepolisian masih terus melakukan pencarian korban yang diketahui berenang terlalu ke tengah tersebut. Upaya pencarian dilakukan dengan menggunakan kapal jungkung melibatkan personel SAR Pantai Sadeng.
Kapolsek Tepus AKP Yulianto mengungkapkan, peristiwa yang menyebabkan hilangnya Muh Agniya Rasyada Putra, 20, warga Teluk Dalam Banjarmasin, Kalimantan Selatan berawal ketika para mahasiswa UNY menikmati akhir pekan dengan bermain di Pantai Siung. Keindahan salah satu pantai yang juga memiliki trek panjat tebing terbaik se-Asia Tenggara ini menjadikan tempat ini semakin ramai dikunjungi wisatawan.
Sayang, dalam beberapa hari terakhir ombak di laut selatan, termasuk di pantai yang terletak di Desa Purwodadi ini tidak bersahabat. “Saat berenang, dia tergulung ombak yang cukup besar,” ungkapnya, kemarin.
Menurut penuturan rekanrekan korban yang ikut bermain di pantai, lanjut Yulianto, Muh Agniya Rasyada Putra sebenarnya bisa berenang. Hanya karakter pantai selatan yang identik dengan ombak besar membuat korban sulit mengatasi ombak di laut. “Korban terseret ke tengah dan hingga kini masih dalam pencarian.”
SAR Pantai Baron Ekstra Waspada
Terpisah, gelombang yang mencapai 3–4 meter di perairan selatan Gunungkidul memaksa SAR Pantai Baron melakukan penjagaan ekstra ketat. Selama dua hari libur akhir pekan, semua personel SAR berjaga di hampir semua kawasan wisata pantai mengingat banyaknya wisatawan yang berkunjung.
Sekretaris SAR Pantai Baron Surisdiyanto mengungkapkan, pihaknya terus meminta wisatawan waspada dan melarang mereka mandi di laut. Akan tetapi pihaknya sering kali kewalahan lantaran wisatawan tetap nekat berenang di laut. “Kami terus pantau wisatawan dan memberikan peringatan lewat pengeras suara. Karena memang ombak sedang tidak bersahabat,” katanya.
Di Kulonprogo, ketinggian ombak empat meter membuat nelayan menambatkan perahunya. Sejak lima hari terakhir, mereka memilih beralih profesi sembari menunggu gelombang laut mereda. “Ombaknya cukup besar, cukup berisiko kalau mau masuk (melaut),” ucap Ngadiyo, nelayan di Pantai Bugel, Panjatan, kemarin.
Menurut dia, ombak besar terjadi sejak lima hari belakangan. Para nelayan hanya bisa pasrah dan tidak melaut. Banyak di antara mereka beralih profesi mulai dari menggarap lahan, jadi buruh bangunan lepas hingga menjadi pemulung sampah plastik di sepanjang pantai. “Setiap ombak besar, kami ganti pekerjaan. Mau bagaimana lagi?” ujarnya.
Pascaombak besar, sejumlah perahu nelayan hanya ditambatkan di bibir pantai. Sesekali mereka datang ke pantai untuk melihat kondisi ombak. Di antara nelayan ada yang memilih membenahi jaring. “Sebenarnya ini musim lobster, kami tunggu gelombang mereda dulu,” ucap Sumij, nelayan lainnya.
Staf Data dan Informasi BMKG DIY Indah Retno Wulan mengatakan, ombak besar di pantai selatan Jawa terjadi karena angin tekanan rendah bertiup di selatan Australia. Akibatnya, aliran angin membuat ombak cukup besar dengan ketinggian 3–4 meter dari kondisi normal. “Kecepatan angin antara 30 sampai 80 kilometer per jam, nelayan dan wisatawan harus hati-hati karena ombak tinggi,” ujarnya.
Kondisi ini diperkirakan akan bertahan sampai tiga hari ke depan. Sementara itu, Sekretaris Komisi C DPRD DIY Agus Subagyo yang mengunjungi Pantai Bugel berharap ada program pemberdayaan kepada para nelayan di selatan DIY. Kondisi ombak besar menjadi hambatan bagi mereka untuk mencari ikan.
Ketika ombak besar, mereka beralih profesi dengan berbagai latar belakang kemampuan. “Mereka ini harus diberdayakan agar ekonomi mereka bisa bertahan,” ujar politikus Partai Golkar ini.
Suharjono/ Kuntadi
(ftr)