Posisi Ini Pengabdian untuk Sumsel
A
A
A
ADA yang berbeda dalam jajaran direksi PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) musim ini. Manajemen perusahaan yang mengelola Sriwijaya FC (SFC), menempatkan figur wanita anggun dan supel dalam jajaran direksi.
Selama sembilan tahun berlalu, di level direksi belum terjamah sentuhan sosok feminin
Wanita yang dipercaya sebagai Direktur Marketing dan Promosi PT SOM tersebut adalah Nirmala Dewi.
Mungkin sebagian publik sepak bola Sumsel belum begitu mengenal wanita cantik ini, hingga mau terlibat mengurus sepak bola, dunia yang penuh dengan “kegilaan” dan identik dengan peran pria. Untuk mengenal pemilik paras cantik ini, berikut wawancara khusus reporter KORAN SINDO PALEMBANGMuhammad Moeslim dengan Nurmala Dewi, baru – baru ini.
Apa yang mendorong Anda berani menerima kepercayaan masuk jajaran Direksi PT SOM, karena Anda terlihat feminin dan tak begitu mengenal dunia sepak bola?
Ya awalnya tentu terkejut juga, mengapa saya bisa ditunjuk menjadi bagian dari direksi PT SOM. Apalagi harus mengurus sebuah klub sepak bola. Mungkin manajemen melihat prestasi saya sebagai Kabid Promosi di KONI Sumsel. Jadi mereka memberikan tantangan sekaligus kepercayaan kepada saya. Tapi saya punya tim favorit, yakni Manchester United (MU).
Tidak merasa risih atau menjadi kendala berada di tempat yang tentu lebih banyak pria?
Mau tidak mau memang itu aktivitas yang tentunya harus saya jalani. Bertemu dengan pemain sepak bola, suporter dan para lelaki yang hobi sepak bola. Awal bekerja memang sempat shock. Waktu itu, menonton pertandingan mendengar teriakan suporter atau pendukung yang sangat histeris sempat terkaget-kaget. Wajar dong, saya kan wanita. Jadi, mendengar kata-kata keras dan lantang jadi gemetaran. Tetapi semua harus saya lewati dan sekarang suka dengan iklim seperti itu.
Program atau terobosan apa yang telah disiapkan untuk SFC?
Program yang saya lakukan bertahap. Namun, sudah banyak yang saya ubah, agar klub lebih baik lagi. Seperti bekerja sama dengan perusahan asuransi, agar para pemain bisa terjamin. Kemudian membuat membership untuk pendukung, agar para suporter memiliki kartu member SFC.
Jadi mereka tidak terkendala untuk memberikan dukungan kepada tim. Hanya dengan kartu, mereka bisa masuk. Tidak capek lagi untuk mengantre dan harga tiket pun bisa kami diskon. Selanjutnya, beragam program lainnya yang masih digodok dan salah satunya memperkaya merchandiseSFC dengan beragam model atau pernak-perniknya.
Terkait target juara, dari bidang marketing dan promosi akan melakukan apa saja?
Mungkin ini salah satu alasan, mengapa saya ditunjuk menjadi marketing SFC. Karena memang sangat berhubungan dengan target juara itu. Kita sengaja menghadirkan pemain berlabel bintang dan berkualitas, agar target juara itu terwujud. Jadi, kita harus mempersiapkan budgetyang super besar untuk pemain juara.Nahitu semuanya menjadi tanggung jawab saya untuk mencari sponsor dan pendanaan klub.
Saya harus membangun imej klub SFC di mata sponsor dan di mata publik. Bahwa SFC klub yang memiliki aura juara dan tim bukan klub kecil. Menghadirkan pemain bintang dan berkelas memang sangat membutuhkan biaya besar. Tetapi sebaliknya, juga bisa membantu dalam promosi yang saya lakukan. Jadi, semua sponsor ketika melihat SFC, tidak ragu untuk memberikan support-nya.
Bagaimana Anda melihat figur pelatih baru, Benny “Bendol” Dollo, yang bisa memberi keyakian pada pemain bintang agar mau bergabung dengan SFC?
Semuanya memang sangat berhubungan. Selain target juara, juga harus menang di seluruh pertandingan. Di sisi marketing, saya juga bisa dapat memenangkan hati para sponsor dengan adanya para pemain tersebut. Ada Ferdinan Sinaga, Patrich Wanggai dan masih banyak lagi pemain tenar di SFC. Mereka membuat mata sponsor takjub, saya sering mendapatkan BBM (Blackberry Messenger) dari sponsor dan kolega.
Berisikan pujian, kekuatan SFC sekarang penuh dengan pemain berkualitas. Jadi tidak sulit untuk menjual SFC kepada para sponsor. Salah satu keuntungan lain, mungkin karena saya wanita, jadi untuk berhubungan dengan para sponsor agak mudah. Sebab memang sangat jarang sekali di sebuah klub sepak bola itu pengurusnya wanita.
Jadi para sponsor tidak kikuk dan sedikit freshkalau berbincang-bincang dengan wanita untuk mengobrol soal bisnis. Apa lagi SFC adalah ikon Sumsel, bekerja di sini sama seperti mengabdi untuk Sumsel. Karena apabila SFC besar, Sumsel juga ikut besar.
Selama sembilan tahun berlalu, di level direksi belum terjamah sentuhan sosok feminin
Wanita yang dipercaya sebagai Direktur Marketing dan Promosi PT SOM tersebut adalah Nirmala Dewi.
Mungkin sebagian publik sepak bola Sumsel belum begitu mengenal wanita cantik ini, hingga mau terlibat mengurus sepak bola, dunia yang penuh dengan “kegilaan” dan identik dengan peran pria. Untuk mengenal pemilik paras cantik ini, berikut wawancara khusus reporter KORAN SINDO PALEMBANGMuhammad Moeslim dengan Nurmala Dewi, baru – baru ini.
Apa yang mendorong Anda berani menerima kepercayaan masuk jajaran Direksi PT SOM, karena Anda terlihat feminin dan tak begitu mengenal dunia sepak bola?
Ya awalnya tentu terkejut juga, mengapa saya bisa ditunjuk menjadi bagian dari direksi PT SOM. Apalagi harus mengurus sebuah klub sepak bola. Mungkin manajemen melihat prestasi saya sebagai Kabid Promosi di KONI Sumsel. Jadi mereka memberikan tantangan sekaligus kepercayaan kepada saya. Tapi saya punya tim favorit, yakni Manchester United (MU).
Tidak merasa risih atau menjadi kendala berada di tempat yang tentu lebih banyak pria?
Mau tidak mau memang itu aktivitas yang tentunya harus saya jalani. Bertemu dengan pemain sepak bola, suporter dan para lelaki yang hobi sepak bola. Awal bekerja memang sempat shock. Waktu itu, menonton pertandingan mendengar teriakan suporter atau pendukung yang sangat histeris sempat terkaget-kaget. Wajar dong, saya kan wanita. Jadi, mendengar kata-kata keras dan lantang jadi gemetaran. Tetapi semua harus saya lewati dan sekarang suka dengan iklim seperti itu.
Program atau terobosan apa yang telah disiapkan untuk SFC?
Program yang saya lakukan bertahap. Namun, sudah banyak yang saya ubah, agar klub lebih baik lagi. Seperti bekerja sama dengan perusahan asuransi, agar para pemain bisa terjamin. Kemudian membuat membership untuk pendukung, agar para suporter memiliki kartu member SFC.
Jadi mereka tidak terkendala untuk memberikan dukungan kepada tim. Hanya dengan kartu, mereka bisa masuk. Tidak capek lagi untuk mengantre dan harga tiket pun bisa kami diskon. Selanjutnya, beragam program lainnya yang masih digodok dan salah satunya memperkaya merchandiseSFC dengan beragam model atau pernak-perniknya.
Terkait target juara, dari bidang marketing dan promosi akan melakukan apa saja?
Mungkin ini salah satu alasan, mengapa saya ditunjuk menjadi marketing SFC. Karena memang sangat berhubungan dengan target juara itu. Kita sengaja menghadirkan pemain berlabel bintang dan berkualitas, agar target juara itu terwujud. Jadi, kita harus mempersiapkan budgetyang super besar untuk pemain juara.Nahitu semuanya menjadi tanggung jawab saya untuk mencari sponsor dan pendanaan klub.
Saya harus membangun imej klub SFC di mata sponsor dan di mata publik. Bahwa SFC klub yang memiliki aura juara dan tim bukan klub kecil. Menghadirkan pemain bintang dan berkelas memang sangat membutuhkan biaya besar. Tetapi sebaliknya, juga bisa membantu dalam promosi yang saya lakukan. Jadi, semua sponsor ketika melihat SFC, tidak ragu untuk memberikan support-nya.
Bagaimana Anda melihat figur pelatih baru, Benny “Bendol” Dollo, yang bisa memberi keyakian pada pemain bintang agar mau bergabung dengan SFC?
Semuanya memang sangat berhubungan. Selain target juara, juga harus menang di seluruh pertandingan. Di sisi marketing, saya juga bisa dapat memenangkan hati para sponsor dengan adanya para pemain tersebut. Ada Ferdinan Sinaga, Patrich Wanggai dan masih banyak lagi pemain tenar di SFC. Mereka membuat mata sponsor takjub, saya sering mendapatkan BBM (Blackberry Messenger) dari sponsor dan kolega.
Berisikan pujian, kekuatan SFC sekarang penuh dengan pemain berkualitas. Jadi tidak sulit untuk menjual SFC kepada para sponsor. Salah satu keuntungan lain, mungkin karena saya wanita, jadi untuk berhubungan dengan para sponsor agak mudah. Sebab memang sangat jarang sekali di sebuah klub sepak bola itu pengurusnya wanita.
Jadi para sponsor tidak kikuk dan sedikit freshkalau berbincang-bincang dengan wanita untuk mengobrol soal bisnis. Apa lagi SFC adalah ikon Sumsel, bekerja di sini sama seperti mengabdi untuk Sumsel. Karena apabila SFC besar, Sumsel juga ikut besar.
(ars)