40 Menit Berenang di Bawah Suhu Ekstrem
A
A
A
Sebanyak 35 warga Indonesia turut menjadi korban tenggelamnya kapal pencari ikan Oryong 501 di Laut Bering, Rusia, 2 Desember 2014. Hingga kini 16 orang sudah dipastikan tewas, 16 orang masih hilang, dan 3 orang berhasil selamat.
Salah satu anak buah kapal (ABK) yang selamat itu, yakni Wanto, 35, warga RT 4/RW 1 Desa Bandungsari, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes. Dia lolos dari maut setelah melawan ombak setinggi 6 meter dan suhu minus 21 derajat Celsius. Saat ditemui KORAN SINDO kemarin, Wanto mengaku kedua lengan tangannya masih mati rasa karena pengaruh suhu di Laut Bering, Rusia yang membuat air laut nyaris membeku.
“Saya berenang selama 40 menit mencari pertolongan kapal lain,” katanya mengungkapkan upayanya hingga bisa selamat kemarin. Kapal tenggelam karena banyaknya air yang masuk ke kapal. Air mulai masuk ke kapal sekitar pukul 12.00 waktu Rusia. Air tak bisa keluar kembali karena kondisi mesin untuk memompa air di dalam kapal berukuran 2.000 gross ton (GT) itu tidak bisa beroperasi karena tertutup timbunan ikan mentel (pollock ).
“Air yang masuk terus bertambah sehingga kapal lama-lama miring hingga akhirnya tenggelam,” papar Wanto. Saat tanda-tanda kapal akan tenggelam terlihat, suasana kapal langsung mencekam. Sebagian ABK yang tengah tidur dibangunkan. Seluruh awak kapal yang berasal dari Indonesia, Filipina, Korea Selatan, dan Rusia kemudian langsung bergegas naik ke atas geladak kapal dan berupaya memakai rompi pelampung dalam kondisi panik dan tergesa-gesa.
Nahas, belum semua ABK memakai pelampung secara sempurna, kapal yang kondisinya sudah mulai miring tiba-tiba dihantam ombak tinggi hingga seluruh awak kapal terhempas ke laut. “Setelah tercebur, ya sudah tidak tahu nasib teman-teman yang lain karena terombangambing ombak dan terpencar. Apalagi saat itu kondisinya sudah gelap walaupun masih siang,” kata sulung dari tiga bersaudara itu.
Wanto mengaku hanya bisa mendengar suara teriakan minta tolong yang bersahutsahutan dari teman-temannya sesama ABK saat tengah diombang-ambingkan ombak. Selebihnya, dia berupaya sekuat tenaga menyelamatkan diri dengan cara berenang ke arah kapal lain yang berada di sekitar lokasi.
“Waktu itu, selain Oryong, juga ada dua kapal lain yang lokasinya tak jauh yaitu kapal (Trawlers) Karolina 77 dari Korea dan kapal Zalib Zabiyaka dari Rusia. Saya kapal Karolina. Daripada teriak-teriak minta tolong dan tenaga habis, saya berupaya berenang ke arah kapal itu agar bisa ditolong,” ungkapnya.
Seperti memperoleh keajaiban, Wanto berhasil melawan ganasnya ombak dan suhu ekstrem Laut Bering dengan hanya memakai kaus lengan panjang, rompi pelampung, dan celana training. Sempat terombangambing ombak selama sekitar 40 menit, dia berhasil mencapai Kapal Trawlers Karolina 77. Sebelumnya, kapal ini sudah mendapat permintaan upaya penyelamatan dari kapten kapal Oryong yang menyadari kapal akan tenggelam.
“Sampai di dekat kapal saya sudah setengah sadar. Tangan sudah beku. Setelah itu mungkin pingsan karena tiba-tiba sudah berada di dalam kapal,” ungkap Wanto. Wanto yang sudah sejak 2000 bekerja sebagai ABK di kapal luar negeri melanjutkan, Kapal Oryong yang berangkat melaut dari Korea Selatan sejak Juli dan berencana bersandar kembali 31 Desember 2014 sebenarnya sudah diperingatkan oleh radar jika cuaca di Laut Bering tengah buruk.
Namun, kapten kapal Kim Kye Hwan memutuskan tetap jalan dan tak memedulikan ancaman ombak dan gelombang tinggi. “Kapten kapal bilang tidak apa-apa karena kapal Oryong kan kapal besar. Kalau kapal-kapal yang lain yang lebih kecil begitu ada peringatan langsung putar balik,” paparnya.
Wanto tak henti bersyukur bisa selamat dari musibah yang tak pernah disangkasangkanya itu. Setelah pulang kembali ke Tanah Air sejak Kamis (1/2), dia mengaku akan beristirahat terlebih dahulu. “Rencana bekerja di kapal lagi tetap ada asalkan kapalnya nanti benar-benar yang terjamin keselamatannya,” ujarnya.
Calon istri Wanto, Risnayani, yang mendampingi juga bersyukur calon suaminya bisa selamat. Sebelum musibah Kapal Oryong terjadi, pasangan kekasih ini sudah berencana menikah 15 Februari mendatang. “Kami sekeluarga bersyukur Mas Wanto bisa selamat,” ujarnya.?
Farid Firdaus
Brebes
Salah satu anak buah kapal (ABK) yang selamat itu, yakni Wanto, 35, warga RT 4/RW 1 Desa Bandungsari, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes. Dia lolos dari maut setelah melawan ombak setinggi 6 meter dan suhu minus 21 derajat Celsius. Saat ditemui KORAN SINDO kemarin, Wanto mengaku kedua lengan tangannya masih mati rasa karena pengaruh suhu di Laut Bering, Rusia yang membuat air laut nyaris membeku.
“Saya berenang selama 40 menit mencari pertolongan kapal lain,” katanya mengungkapkan upayanya hingga bisa selamat kemarin. Kapal tenggelam karena banyaknya air yang masuk ke kapal. Air mulai masuk ke kapal sekitar pukul 12.00 waktu Rusia. Air tak bisa keluar kembali karena kondisi mesin untuk memompa air di dalam kapal berukuran 2.000 gross ton (GT) itu tidak bisa beroperasi karena tertutup timbunan ikan mentel (pollock ).
“Air yang masuk terus bertambah sehingga kapal lama-lama miring hingga akhirnya tenggelam,” papar Wanto. Saat tanda-tanda kapal akan tenggelam terlihat, suasana kapal langsung mencekam. Sebagian ABK yang tengah tidur dibangunkan. Seluruh awak kapal yang berasal dari Indonesia, Filipina, Korea Selatan, dan Rusia kemudian langsung bergegas naik ke atas geladak kapal dan berupaya memakai rompi pelampung dalam kondisi panik dan tergesa-gesa.
Nahas, belum semua ABK memakai pelampung secara sempurna, kapal yang kondisinya sudah mulai miring tiba-tiba dihantam ombak tinggi hingga seluruh awak kapal terhempas ke laut. “Setelah tercebur, ya sudah tidak tahu nasib teman-teman yang lain karena terombangambing ombak dan terpencar. Apalagi saat itu kondisinya sudah gelap walaupun masih siang,” kata sulung dari tiga bersaudara itu.
Wanto mengaku hanya bisa mendengar suara teriakan minta tolong yang bersahutsahutan dari teman-temannya sesama ABK saat tengah diombang-ambingkan ombak. Selebihnya, dia berupaya sekuat tenaga menyelamatkan diri dengan cara berenang ke arah kapal lain yang berada di sekitar lokasi.
“Waktu itu, selain Oryong, juga ada dua kapal lain yang lokasinya tak jauh yaitu kapal (Trawlers) Karolina 77 dari Korea dan kapal Zalib Zabiyaka dari Rusia. Saya kapal Karolina. Daripada teriak-teriak minta tolong dan tenaga habis, saya berupaya berenang ke arah kapal itu agar bisa ditolong,” ungkapnya.
Seperti memperoleh keajaiban, Wanto berhasil melawan ganasnya ombak dan suhu ekstrem Laut Bering dengan hanya memakai kaus lengan panjang, rompi pelampung, dan celana training. Sempat terombangambing ombak selama sekitar 40 menit, dia berhasil mencapai Kapal Trawlers Karolina 77. Sebelumnya, kapal ini sudah mendapat permintaan upaya penyelamatan dari kapten kapal Oryong yang menyadari kapal akan tenggelam.
“Sampai di dekat kapal saya sudah setengah sadar. Tangan sudah beku. Setelah itu mungkin pingsan karena tiba-tiba sudah berada di dalam kapal,” ungkap Wanto. Wanto yang sudah sejak 2000 bekerja sebagai ABK di kapal luar negeri melanjutkan, Kapal Oryong yang berangkat melaut dari Korea Selatan sejak Juli dan berencana bersandar kembali 31 Desember 2014 sebenarnya sudah diperingatkan oleh radar jika cuaca di Laut Bering tengah buruk.
Namun, kapten kapal Kim Kye Hwan memutuskan tetap jalan dan tak memedulikan ancaman ombak dan gelombang tinggi. “Kapten kapal bilang tidak apa-apa karena kapal Oryong kan kapal besar. Kalau kapal-kapal yang lain yang lebih kecil begitu ada peringatan langsung putar balik,” paparnya.
Wanto tak henti bersyukur bisa selamat dari musibah yang tak pernah disangkasangkanya itu. Setelah pulang kembali ke Tanah Air sejak Kamis (1/2), dia mengaku akan beristirahat terlebih dahulu. “Rencana bekerja di kapal lagi tetap ada asalkan kapalnya nanti benar-benar yang terjamin keselamatannya,” ujarnya.
Calon istri Wanto, Risnayani, yang mendampingi juga bersyukur calon suaminya bisa selamat. Sebelum musibah Kapal Oryong terjadi, pasangan kekasih ini sudah berencana menikah 15 Februari mendatang. “Kami sekeluarga bersyukur Mas Wanto bisa selamat,” ujarnya.?
Farid Firdaus
Brebes
(ars)