Tim Identifikasi Korban AirAsia Mulai Gunakan Data DNA
A
A
A
SURABAYA - Hari ke-13, tim Identifikasi korban pesawat AirAsia QZ 8501 mulai menggunakan data DNA sebagai data primer untuk identifikasi. Hal itu karena kondisi jenazah sudah sulit dikenali.
Kabid Dokkes Polda Jatim Kombes Pol Budiyono mengatakan, tingkat akurasi menggunakan data DNA sangat bagus. Sebelumnya, memang diwajibkan agar DNA pembanding adalah vertikal, dari anak, ayah, atau ibu.
"Kami menjawab pertanyan teman-teman wartawan seberapa akurat menggunakan DNA. Sesuai dengan statistik populasi Indonesia, perbandingannya adalah 1 dibanding 6.000 triliun," jelas Budiyono, Jumat (9/1/2015).
Dengan demikian, menggunakan DNA sangat akurat. Namun demikian data pembanding seperti ante mortem dan post mortem tetap dibutuhkan termasuk data-data penunjang.
Saat ini, Tim DVI sudah mengambil sampel DNA dari keluarga korban pesawat AirAsia QZ8501. Setidaknya, dari 162 korban, Tim DVI sudah mengambil 160 sampel DNA.
Budiyono juga berharap kesabaran dari semua pihak, terutama keluarga. Pihaknya berupaya keras mengetahui identitas jenazah secara tepat sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
"Target tim bukan kecepatan, tapi ketepatan sehingga jenazah yang teridentifikasi memang benar," pungkasnya.
Hingga saat ini, dari 41 jenazah yang dibawa ke RS Bhayangkara, sudah 27 jenazah berhasil didentifikasi. Dari jumlah itu, 25 jenazah sudah diserahkan ke pihak keluarga dengan rincian 11 perempuan dan 14 laki-laki.
Selanjutnya, di RS Bhayangkara masih ada 14 jenazah yang masih belum teridentifikasi. "Masih 14 jenazah yang menjadi PR kami."
Kabid Dokkes Polda Jatim Kombes Pol Budiyono mengatakan, tingkat akurasi menggunakan data DNA sangat bagus. Sebelumnya, memang diwajibkan agar DNA pembanding adalah vertikal, dari anak, ayah, atau ibu.
"Kami menjawab pertanyan teman-teman wartawan seberapa akurat menggunakan DNA. Sesuai dengan statistik populasi Indonesia, perbandingannya adalah 1 dibanding 6.000 triliun," jelas Budiyono, Jumat (9/1/2015).
Dengan demikian, menggunakan DNA sangat akurat. Namun demikian data pembanding seperti ante mortem dan post mortem tetap dibutuhkan termasuk data-data penunjang.
Saat ini, Tim DVI sudah mengambil sampel DNA dari keluarga korban pesawat AirAsia QZ8501. Setidaknya, dari 162 korban, Tim DVI sudah mengambil 160 sampel DNA.
Budiyono juga berharap kesabaran dari semua pihak, terutama keluarga. Pihaknya berupaya keras mengetahui identitas jenazah secara tepat sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
"Target tim bukan kecepatan, tapi ketepatan sehingga jenazah yang teridentifikasi memang benar," pungkasnya.
Hingga saat ini, dari 41 jenazah yang dibawa ke RS Bhayangkara, sudah 27 jenazah berhasil didentifikasi. Dari jumlah itu, 25 jenazah sudah diserahkan ke pihak keluarga dengan rincian 11 perempuan dan 14 laki-laki.
Selanjutnya, di RS Bhayangkara masih ada 14 jenazah yang masih belum teridentifikasi. "Masih 14 jenazah yang menjadi PR kami."
(zik)