Melepas Merpati Putih Agar Jiwa Hendra ke Surga
A
A
A
PASURUAN - Dua ekor merpati putih dilepaskan di depan liang lahad Hendra Gunawan Syawal, 23, di kompleks pemakaman China di Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, kemarin.
Pelepasan merpati oleh kakak dan adik korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ 8501 Surabaya-Singapura ini sebagai perlambang lepasnya jiwa menuju surga. Pemakaman Hendra, warga Surabaya, ini dihadiri sejumlah keluarga dan kerabat dekatnya. Satu per satu anggota keluarga ini berdiri dan berdoa di hadapan peti jenazah.
Dua orang perwakilan maskapai AirAsia juga turut hadir memberikan penghormatan terakhir. Prosesi pemakaman penganut adat dan budaya leluhur Tionghoa ini dipimpin Hasan Balila, seorang pemuka agama Konghucu. Dengan menggunakan bahasa Mandarin, prosesi berlangsung sederhana namun tetap khidmat.
Dua orang perempuan menggunakan alat musik menyanyikan puji-pujian yang ditujukan kepada para lelu-hurnya. Sejumlah sesajian, seperti seekor ayam, telur, jajanan pasar, dan buah-buahan, disuguhkan bagi para leluhur yang mengiringi kepergian Hendra. “Kami berusaha menjaga tradisi untuk menghormati para leluhur. Tradisi ini sebagai bentuk penghormatan kepada yang sudah meninggal maupun masih hidup,” kata Hasan Balila.
Yosef Samara, ayah korban, mengaku sangat kehilangan satu- satunya anak laki-laki dari tiga bersaudara. Namun, karena takdir berkehendak lain, ia dan keluarga mengaku ikhlas melepas kepergiannya. “Kami sangat kehilangan. Tidak ada kata lain,” katanya.
Semasa hidupnya, kata Yosef, Hendra memiliki sifat mandiri, periang, dan mudah bergaul dengan teman. Ia tidak menyangka anak semata wayangnya itu pergi meninggalkan keluarga untuk selamanya. Hingga saat ini, pihak keluarga selaku ahli waris belum mendapatkan informasi mengenai santunan dari AirAsia maupun klaim asuransi kecelakaan.
Namun, ia berharap komunikasi keluarga dengan manajemen AirAsia yang selama ini berjalan baik dapat terus berlanjut. “Kami belum pernah membicarakan soal santunan dan klaim asuransi,” kata Yosef Samara.
Hampir bersamaan dengan pemakaman Hendra,puluhan siswa Taman Kanak-Kanak Aisyah Bustanul Atfal (ABA) 01 Bangkalan menggelar doa bersama atas musibah jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah (Kalteng). Doa dimunajatkan untuk para korban jatuhnya pesawat sekaligus untuk keselamatan tim Basarnas.
Para siswa TK juga membawa miniatur pesawat AirAsia. Mereka berdoa agar korban yang meninggal mendapat tempat yang layak di sisiNya, sedangkan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran dalam menerima cobaan.
Kepala TK ABA 01 Bangkalan, Sumiati mengatakan, digelarnya acara doa bersama itu untuk melatih kepekaan dan kepedulian anak-anak didiknya atas apa yang terjadi di sekitarnya. Termasuk dalam musibah yang menimpa pesawat AirAsia beberapa pekan lalu. “Kegiatan seperti ini (doa bersama) dalam melatih anak-anak untuk peduli terhadap sesama,” ujarnya. “Selain berdoa, kami juga menaruh harapan agar ke depan seluruh moda transportasi, baik darat laut dan udara lebih baik lagi,” kata Sumiati.
Hal sama dilakukan jajaran Polres Sampang yang juga menggelar doa bersama untuk korban pesawat AirAsia QZ8501. Dalam gelar doa bersama di Masjid Al-Rasyid itu, seluruh jajaran terlihat khusyuk melafalkan doa yang ditujukan kepada korban pesawat jurusan Surabaya – Singapura itu.
“Kami turut berbelasungkawa, juga ikut mendoakan semoga para korban yang hilang segera bisa ditemukan dan segera bisa dievakuasi,” ucap Kapolres Sampang AKBP Yudho Nugroho Sugianto, kemarin.
Arie Yoenianto/ Subairi
Pelepasan merpati oleh kakak dan adik korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ 8501 Surabaya-Singapura ini sebagai perlambang lepasnya jiwa menuju surga. Pemakaman Hendra, warga Surabaya, ini dihadiri sejumlah keluarga dan kerabat dekatnya. Satu per satu anggota keluarga ini berdiri dan berdoa di hadapan peti jenazah.
Dua orang perwakilan maskapai AirAsia juga turut hadir memberikan penghormatan terakhir. Prosesi pemakaman penganut adat dan budaya leluhur Tionghoa ini dipimpin Hasan Balila, seorang pemuka agama Konghucu. Dengan menggunakan bahasa Mandarin, prosesi berlangsung sederhana namun tetap khidmat.
Dua orang perempuan menggunakan alat musik menyanyikan puji-pujian yang ditujukan kepada para lelu-hurnya. Sejumlah sesajian, seperti seekor ayam, telur, jajanan pasar, dan buah-buahan, disuguhkan bagi para leluhur yang mengiringi kepergian Hendra. “Kami berusaha menjaga tradisi untuk menghormati para leluhur. Tradisi ini sebagai bentuk penghormatan kepada yang sudah meninggal maupun masih hidup,” kata Hasan Balila.
Yosef Samara, ayah korban, mengaku sangat kehilangan satu- satunya anak laki-laki dari tiga bersaudara. Namun, karena takdir berkehendak lain, ia dan keluarga mengaku ikhlas melepas kepergiannya. “Kami sangat kehilangan. Tidak ada kata lain,” katanya.
Semasa hidupnya, kata Yosef, Hendra memiliki sifat mandiri, periang, dan mudah bergaul dengan teman. Ia tidak menyangka anak semata wayangnya itu pergi meninggalkan keluarga untuk selamanya. Hingga saat ini, pihak keluarga selaku ahli waris belum mendapatkan informasi mengenai santunan dari AirAsia maupun klaim asuransi kecelakaan.
Namun, ia berharap komunikasi keluarga dengan manajemen AirAsia yang selama ini berjalan baik dapat terus berlanjut. “Kami belum pernah membicarakan soal santunan dan klaim asuransi,” kata Yosef Samara.
Hampir bersamaan dengan pemakaman Hendra,puluhan siswa Taman Kanak-Kanak Aisyah Bustanul Atfal (ABA) 01 Bangkalan menggelar doa bersama atas musibah jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah (Kalteng). Doa dimunajatkan untuk para korban jatuhnya pesawat sekaligus untuk keselamatan tim Basarnas.
Para siswa TK juga membawa miniatur pesawat AirAsia. Mereka berdoa agar korban yang meninggal mendapat tempat yang layak di sisiNya, sedangkan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran dalam menerima cobaan.
Kepala TK ABA 01 Bangkalan, Sumiati mengatakan, digelarnya acara doa bersama itu untuk melatih kepekaan dan kepedulian anak-anak didiknya atas apa yang terjadi di sekitarnya. Termasuk dalam musibah yang menimpa pesawat AirAsia beberapa pekan lalu. “Kegiatan seperti ini (doa bersama) dalam melatih anak-anak untuk peduli terhadap sesama,” ujarnya. “Selain berdoa, kami juga menaruh harapan agar ke depan seluruh moda transportasi, baik darat laut dan udara lebih baik lagi,” kata Sumiati.
Hal sama dilakukan jajaran Polres Sampang yang juga menggelar doa bersama untuk korban pesawat AirAsia QZ8501. Dalam gelar doa bersama di Masjid Al-Rasyid itu, seluruh jajaran terlihat khusyuk melafalkan doa yang ditujukan kepada korban pesawat jurusan Surabaya – Singapura itu.
“Kami turut berbelasungkawa, juga ikut mendoakan semoga para korban yang hilang segera bisa ditemukan dan segera bisa dievakuasi,” ucap Kapolres Sampang AKBP Yudho Nugroho Sugianto, kemarin.
Arie Yoenianto/ Subairi
(ftr)