Jalan Raya Matesih-Tawangmangu Terancam Putus
A
A
A
KARANGANYAR - Jalan Raya Matesih-Tawangmangu terancam putus menyusul kondisi Bukit Ganoman yang kembali mengalami pergeseran tanah. Bukit yang terletak di Dusun Ganoman, Kecamatan Koripan, Matesih, Karanganyar tersebut mengalami pergeseran tanah selebar 5 cm.
Sejak longsor beberapa waktu lalu, kondisi bukit terus dipantau. Bahkan, posko siaga bencana telah didirikan di Markas Koramil 07 Matesih.
"Puncak Bukit Ganoman yang memiliki ketinggian sekitar 16 meter, mengalami pergeseran tanah sejak satu minggu lalu," kata anggota tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar Bayu Kurniawan, kemarin.
Sejak beberapa hari terakhir, kawasan di sekitar Bukit Ganoman tidak diguyur hujan. Hal itu diprediksi sebagai salah satu pemicu rekahan tanah.
Selama ini, Bukit Ganoman sering longsor sehingga memutus akses jalan Matesih-Tawangmangu. Dengan struktur tanah bercampur pasir, sangat rentan terjadi pergeseran tanah dan longsor. Apalagi ketika suasana panas beberapa hari kemudian berubah hujan deras.
Alat pemantau telah dipasang di lokasi. "Kalau intensitas hujan tinggi, maka harus segera dicek," kata Bayu.
Selain Bukit Ganoman, BPBD juga mengawasi wilayah Girilayu yang juga rawan longsor. Sebab, ada bukit setinggi 15 meter yang di bawahnya terdapat lima kepala keluarga (KK) yang berisi puluhan orang. Selain itu, wilayah Giribangun yang baru terjadi longsor minggu lalu juga dipantau.
Komandan Rayon Militer (Danramil) 07 Matesih, Kapten (Inf) Sali mengatakan, potensi hunian yang rawan terkena bahaya longsor telah dipetakan. Di antaranya tiga rumah penduduk di bawah Kompleks Makam Astana Giribangun dan dua di atasnya.
Gerak cepat evakuasi mengandalkan informasi dari jejaring komunikasi di lapangan. "TNI bersinergi dengan tim gabungan untuk langkah sigap dalam mengantisipasi bencana. Informasi kejadian diterima dengan cepat berkat komunikasi dari masyarakat dan Babinsa," terang Sali.
Posko BPBD di Matesih merupakan pusat koordinasi bencana bidang kerawanan tanah longsor yang memantau sejumlah wilayah,di antaranya Kecamatan Jenawi, Ngargoyoso, Karangpandan, Tawangmangu, dan Jatiyoso.
Sejak longsor beberapa waktu lalu, kondisi bukit terus dipantau. Bahkan, posko siaga bencana telah didirikan di Markas Koramil 07 Matesih.
"Puncak Bukit Ganoman yang memiliki ketinggian sekitar 16 meter, mengalami pergeseran tanah sejak satu minggu lalu," kata anggota tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar Bayu Kurniawan, kemarin.
Sejak beberapa hari terakhir, kawasan di sekitar Bukit Ganoman tidak diguyur hujan. Hal itu diprediksi sebagai salah satu pemicu rekahan tanah.
Selama ini, Bukit Ganoman sering longsor sehingga memutus akses jalan Matesih-Tawangmangu. Dengan struktur tanah bercampur pasir, sangat rentan terjadi pergeseran tanah dan longsor. Apalagi ketika suasana panas beberapa hari kemudian berubah hujan deras.
Alat pemantau telah dipasang di lokasi. "Kalau intensitas hujan tinggi, maka harus segera dicek," kata Bayu.
Selain Bukit Ganoman, BPBD juga mengawasi wilayah Girilayu yang juga rawan longsor. Sebab, ada bukit setinggi 15 meter yang di bawahnya terdapat lima kepala keluarga (KK) yang berisi puluhan orang. Selain itu, wilayah Giribangun yang baru terjadi longsor minggu lalu juga dipantau.
Komandan Rayon Militer (Danramil) 07 Matesih, Kapten (Inf) Sali mengatakan, potensi hunian yang rawan terkena bahaya longsor telah dipetakan. Di antaranya tiga rumah penduduk di bawah Kompleks Makam Astana Giribangun dan dua di atasnya.
Gerak cepat evakuasi mengandalkan informasi dari jejaring komunikasi di lapangan. "TNI bersinergi dengan tim gabungan untuk langkah sigap dalam mengantisipasi bencana. Informasi kejadian diterima dengan cepat berkat komunikasi dari masyarakat dan Babinsa," terang Sali.
Posko BPBD di Matesih merupakan pusat koordinasi bencana bidang kerawanan tanah longsor yang memantau sejumlah wilayah,di antaranya Kecamatan Jenawi, Ngargoyoso, Karangpandan, Tawangmangu, dan Jatiyoso.
(zik)