Evakuasi AirAsia, Misi Kemanusiaan Perdana KRI Usman Harun
A
A
A
SEMARANG - Operasi Search And Rescue (SAR) korban maupun bangkai pesawat AirAsia QZ8501 ini akan menjadi sejarah tersendiri bagi KRI Usman Harun. Ya, kapal perang RI itu akan melakukan misi kemanusiaan perdananya.
Kapal perang dengan panjang 89,9 meter dan lebar 12,8 meter itu sandar di Pelabuhan Tanjung Emas Kota Semarang, Senin (5/1/2015) untuk keperluan isi logistik dan bahan bakar. Kapal bernomor lambung 359 ini diberangkatkan menggantikan KRI Bung Tomo yang ditarik ke pangkalan setelah sepekan terakhir melakukan proses pencarian.
Komandan KRI Usman Harun Kolonel Laut Didong Rio Duta mengatakan, KRI Bung Tomo dan krunya sudah selayaknya istirahat setelah melaksanakan tugas berat.
"KRI Bung Tomo itu sudah 8 hari operasi (kemanusiaan AirAsia QZ8501). Para kru (KRI Bung Tomo) juga tidak sempat berlibur. Kami ditunjuk menggantikan. Untuk tugas kemanusiaan (KRI Usman Harun) pertama kali, ya ini," ungkapnya saat memberikan keterangan pers di atas KRI Banda Aceh yang juga sandar di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Senin (5/1/2015).
Kapal dengan kecepatan 30 knots itu bukan sembarangan. Pasalnya, kapal perang yang awalnya dibuat untuk Angkatan Laut Brunei Darussalam itu dilengkapi berbagai peralatan canggih. Di antaranya dilengkapi radar dan avionic sonar sistem bawah air canggih buatan Thales, Perancis.
"Ini untuk kontak bawah permukaan. Sonar ini jangkauan aktifnya sampai 64 kilo yard. Untuk jangkauan pasifnya 16 kilo yard. Ini juga dipengaruhi intensitas air laut, kepadatan kadar garam hingga suhu," lanjutnya.
Kapal yang namanya diambil dari dua tokoh pahlawan nasional yakni Usman Janatin dan Harun Tohir ini mengisi bahan bakar dan logistik di Pelabuhan Tanjung Emas Kota Semarang. Kapal ini sandar di dermaga samudera 2, sisi utara KRI Banda Aceh yang tiba belakangan.
Media Singapura sempat menyindir Pemerintah RI terkait pelibatan KRI Usman Harun pada operasi SAR ini. Ini menyangkut ketegangan yang sempat terjadi seputar kontroversi penamaan kapal itu. Saat dimintai komentar tentang itu, Didong Rio hanya tersenyum.
"Semoga operasi kemanusiaan ini berjalan dengan lancar," kata Didong.
Kapal perang dengan panjang 89,9 meter dan lebar 12,8 meter itu sandar di Pelabuhan Tanjung Emas Kota Semarang, Senin (5/1/2015) untuk keperluan isi logistik dan bahan bakar. Kapal bernomor lambung 359 ini diberangkatkan menggantikan KRI Bung Tomo yang ditarik ke pangkalan setelah sepekan terakhir melakukan proses pencarian.
Komandan KRI Usman Harun Kolonel Laut Didong Rio Duta mengatakan, KRI Bung Tomo dan krunya sudah selayaknya istirahat setelah melaksanakan tugas berat.
"KRI Bung Tomo itu sudah 8 hari operasi (kemanusiaan AirAsia QZ8501). Para kru (KRI Bung Tomo) juga tidak sempat berlibur. Kami ditunjuk menggantikan. Untuk tugas kemanusiaan (KRI Usman Harun) pertama kali, ya ini," ungkapnya saat memberikan keterangan pers di atas KRI Banda Aceh yang juga sandar di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Senin (5/1/2015).
Kapal dengan kecepatan 30 knots itu bukan sembarangan. Pasalnya, kapal perang yang awalnya dibuat untuk Angkatan Laut Brunei Darussalam itu dilengkapi berbagai peralatan canggih. Di antaranya dilengkapi radar dan avionic sonar sistem bawah air canggih buatan Thales, Perancis.
"Ini untuk kontak bawah permukaan. Sonar ini jangkauan aktifnya sampai 64 kilo yard. Untuk jangkauan pasifnya 16 kilo yard. Ini juga dipengaruhi intensitas air laut, kepadatan kadar garam hingga suhu," lanjutnya.
Kapal yang namanya diambil dari dua tokoh pahlawan nasional yakni Usman Janatin dan Harun Tohir ini mengisi bahan bakar dan logistik di Pelabuhan Tanjung Emas Kota Semarang. Kapal ini sandar di dermaga samudera 2, sisi utara KRI Banda Aceh yang tiba belakangan.
Media Singapura sempat menyindir Pemerintah RI terkait pelibatan KRI Usman Harun pada operasi SAR ini. Ini menyangkut ketegangan yang sempat terjadi seputar kontroversi penamaan kapal itu. Saat dimintai komentar tentang itu, Didong Rio hanya tersenyum.
"Semoga operasi kemanusiaan ini berjalan dengan lancar," kata Didong.
(zik)