Melawan Pragmatisme

Minggu, 04 Januari 2015 - 10:48 WIB
Melawan Pragmatisme
Melawan Pragmatisme
A A A
PRAGMATISME dan hedonisme menjadi tantangan bagi kaum muda saat ini. Cara berpikir cepat harus dikikis dan itu menjadi tantangan dalam pembinaan pemuda.

Bagi seorang Muhammad Budiana, sifat-sifat buruk ini jika dibiarkan bakal membentuk mental yang koruptif. Korupsi baginya saling berkelindan dengan prag matisme dan hedonisme. Sebagai Ketua Bidang Pemuda dan Olahraga Dewan Pimpinan Cabang Paguyuban Pasundan Jawa Barat, Budia na merasa prihatin dan ingin mengubah itu. Ba gaimana sepak terjang Budiana da lam membina pemuda Jawa Barat su paya memiliki mental terpuji?

Berikut pe tikan wawancara reporter KORAN SINDO Iwa Ahmad Sugriwadi Sek re tariat Paguyuban Pasundan, Jalan Sumatera Nomor 41, Kota Bandung ke marin.

Apa tantangan pemuda di Jawa Barat saat ini dalam pengamatan Anda?

Tantangan yang cukup besar dalam pem binaan kepemudaan di Jawa Barat ada lah penyakit hari ini antara lain prag matisme dan hedonisme. Cara berpikir cepat asal dapat salah satunya men jadi hantu saat ini dalam pem binaan kepemudaan di Jawa Barat dan Indonesia pada umumnya.

Kami khawatir di era gencarnya pem berantasan korupsi, budaya ins tan menjadi budaya keseharian pemuda saat ini yang menimbulkan kekhawatiran, jangan-jangan dalam ke nginan mereka meraih kekuasaan seperti di lembaga legislatif, kita sudah bisa menebak bagaimana cara mereka agar bisa cepat jadi anggota dewan misalnya. Mau bagaimana pun caranya yang penting menang.

Bagaimana mengatasinya?

Menurut saya, kepemudaan itu yang terpenting cara kita pendekatannya baik di kalangan orangtua, pembina termasuk pemerintah terhadap ak tivitas yang dilakukan terhadap kaum muda saat ini. Bukan dengan cara berhadap-hadapan tapi didekati, didalami persoalan apa saja yang di hadapi pemuda saat ini sehingga bisa dicarikan jalan keluar permasalah annya bersama dengan mereka.

Sekalipun itu, saya sendiri punya rasa optimis yang cukup besar bahwa hari ini juga kita masuk pada era kebangkit an industri kreatif yang notabene di ga gas kaum muda. Nah, jangan-jangan inilah kebangkitan kaum muda le wat industri kreatif itu. Tinggal persoalannya lewat pendekatan dari pihak pemerintah bagaimana pemerintah bisa memahami era kebangkitan industri kreatif saat ini.

Kalau dalam konteks revolusi mental bagaimana membangun karakter pemuda?

Yang saya sebutkan bahaya prag - matisme dan hedonisme tadi salah satu solusinya dengan revolusi mental itu. Akan tetapi bagi kaum muda jangan berharap terus sama pemerintah ka rena pemerintah sendiri punya keterbatasan. Yang terpenting bagaimana kaum mudanya itu berpikir untuk kaum muda itu sendiri.

Menurut saya revolusi mentalyang digagas pemerintahan Jokowi itu mulai saja dulu dari lingkungan istana, mulai saja dari lingkungan para pemimpin hari ini untuk menjadi contoh mewujudkan revolusi mental itu.

Fenomena baru yang muncul, banyaknya kasus korupsi yang dilakukan para politisi. Apa yang salah kalau dilihat dari kacamata perpolitikan kita?

Tampaknya ada disorientasi dari para politisi dan para pemimpin yang bermasalah itu. Ketika awal mereka berniat jadi pemimpin lebih banyak berpikir dan bertindak instan. Disorientasi itulah yang harus di reorientasi. Contohnya di partai saya PDI Perjuangan mengadakan sekolah politik un tuk para calon kepala daerah.

Sekolah ini dalam rangka mengeliminir pola-pola disorientasi yang terjadi hari ini, dari yang mementingkan hal-hal yang mementingkan pragmatisme dikembalikan kepada treknya yaitu menjadi pemimpin semata-mata hanya untuk mengabdi kepada masyarakat.

Bagaimana soal wacana Kemendagri menghapus dana hibah atau bantuan sosial akibat dipicu maraknya kasus korupsi dari bansos ini?

Saya sihsebenarnya tidak setuju kalau dana bansos itu dihapus. Sebab masih banyak memerlukan itu untuk kebaikan masyarakat. Tinggal bagaimana fungsi pengawasan, itu saja. Sebab kasus-kasus yang muncul dari dana bansos itu karena lemahnya fungsi kontrol.

Sebagai akademisi, apa pandangan Anda soal pendidikan berbasis budaya?

Pendidikan berbasis budaya harus terwujud secara terintegrasi, di tataran pelaksananya sudah harus siap. Jangan sampai ujung-ujungnya pen didikan berbasis budaya itu dilecehkan bangsa lain. Misalnya Indonesia dikenal sebagai adat timur yang memiliki kehalusan budi pekerti.

Kalau kita menggagas pendidikan ber basis budaya, semuanya harus memiliki kehalusan budi pekerti dulu. Sementara kita masih mensinyalir adanya praktik-praktik yang ber lawanan dengan konsep pendidikan berbasis budaya,seperti masih banyaknya fenomena bully, adanya pelanggaran moral yang dilakukan pendidik.

Jadi pendidikan berbasis budaya itu harus bisa diterima secara menyeluruh dari mulai penyelenggaran pendidikan, bagaimana kurikulmnya, bagaimana cara menyampaikannya kepada siswa dan bagaimana lingkungan di sekitar pendidikan itu. Jangan terlalu memaksakan juga, sebab kebudayaan itu harus muncul dari kesadaran bersama, bukan misalnya hanya kesadaran kepala daerahnya sosoranganan.

Konsep pendidikan politik agar ada muatan lokal sehingga bisa dijadikan sikap politik di Jawa Barat?

Berangkat dari provinsi dengan jumlah penduduk terbesar mencapai lebih dari 40 juta jiwa, tentunya ini menjadi potensi bahwa Provinsi Jabar menjadi lumbung suara dalam setiap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

Setiap ada pilpres-pemilukada,tidak pernah ada muncul kekerasan di Jawa Barat. Jadi Jawa Barat ini harus punya pe ran bagi peta politik nasional. Ba gaimana kita bisa mengambil peran seperti itu, ya ini harus kita pikirkan bersama.

Anda terpilih lagi secara aklamasi sebagai Ketua Paguyuban Pasundan DPC Kabupaten Bandung dalam konfercab tanggal 17 Desember 2014, bagaimana peranan dan keistimewaan Kabupaten Bandung sendiri bagi Paguyuban Pasundan Jawa Barat?

Dalam posisinya sebagai salah satu daerah tertua di Jawa Barat dan memiliki latar belakang sejarah sangat erat hubungannya dengan Paguyuban Pasundan, Kabupaten Bandung dengan memiliki posisi strategis dalam lingkup organisasi Paguyuban Pasundan ini.

Bagaiman perkembangan organisasi sejauh ini? Apakah sudah terbentuk 31 pengurus anak cabang (PAC) di Kabupaten Bandung?

Belum, kemarin wak tu konferensi anak cabang itu ba ru hadir 26 PAC dari total 31 ke ca matan di Ka bu paten Bandung. Ka mijuga terus upa ya kan di ting kat ranting-ranting atau desa banyak yang bisa bergabung menjadi kader Paguyuban Pasundan terutama di Kabupaten Bandung. Mereka yang dari PAC ini ber harap Pa gu yuban Pasundan bisa memberikan peranan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Paguyuban Pasundan sejak berdiri tahun 1913 sudah menjawabnya dengan mendirikan badan-badan pendidikan, sekolah-sekolah, dan badan-badan kesejahteraan untuk anggotanya pada saat itu. Pada perkembangan berikutnya yang paling eksis itu adalah lembaga pendidikan.

Sebagai organisasi tertua di Jawa Barat khususnya, apa yang membedakan Paguyuban Pasundan dengan organisai lainnya yang masih eksis sekarang ini?

Yang paling membedakan itu Paguyuban Pasundan benar-benar ikhlas berjuang membela rakyat. Hal ini sudah banyak dipraktikkan di Paguyuban Pasundan dari sejak berdiri pada 1913 melalui program-program kerja yang pro rakyat.

Ini tantangan bagi saya sebagai Ketua Paguyuban Pasundan DPC Kabupaten Bandung dan Ketua Bidang Pemuda dan Olahraga di DPD Paguyuban Pasundan Jabar harus bisa berbuat seperti itu. Harus bisa berbuat seperti yang telah dilakukan para sesepuh di Paguyuban Pasundan baik di tingkat Jawa Barat maupun secara nasional.

Kalau di bidang olahraga, apa yang jadi perhatian Anda dari Pekan Olahraga Nasional yang bakal digelar di Jawa Barat?

Kebetulan saya juga sekarang aktif sebagai pengurus KONI Jabar. Yang jelas, dari pengalaman saya sebagai pengurus KONI Jabar, menyatakan bahwa komit men untuk kemajuan pembinaan prestasi olahraga di Jawa Barat itu tampaknya belum seiring seirama antar stakeholder yang bertugas harus mem-back up, memajukan prestasi olahraga di Jawa Barat.

Tapi kalau kita berbicara alokasi anggaran untuk bidang ini, mudah-mudahan dalam waktu dekat komitmen tersebut bisa terwujud. Biasa kanbiasanya kita itu kalau waktunya sudah dekat, baru kita pikirkan. Tetapi kanini persoalannya tidak bisa diperlakukan seperti itu.

Anda mendaftar sebagai bakal calon Bupati Bandung lewat PDI Perjuangan?

Saya merasa kalau memang itu tugas partai ya saya hadapi saja, walaupun saya tidak punya uang. Saya paham, minimal untuk logistik itu harus tersedia. Ya, biarkanlah rencana pencalonan saya itu berkembang, saya ikuti saja alur partai dan pimpinan partai. Kalau sekali waktu pimpinan partai menyatakan Anda bisa maju tapi sayang Anda tidak punya logistik, lebih baik ke pinggir saja. Saya pun siap untuk minggir karena memang realitasnya seperti itu.

Dorongan lain untuk mencalonkan karena komitmen kerakyatan. Misalnya masalah klasik banjir di Kabupaten Bandung yang sudah menghabiskan banyak dana sampai triliunan rupiah tapi masalah banjir tidak tuntastuntas.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0609 seconds (0.1#10.140)