Hutan Tropis Ajak Warga Cintai Alam beberapa
A
A
A
PALEMBANG - Berbagai cara dilakukan untuk mengajak masyarakat mencintai alam. Salah satunya lewat lagu.
Cara ini ditempuh grup Hutan Tropis, band lo kal Sumsel, yang beranggotakan Jemi Delvian, (vokalis/dan penulis lagu), Ipul (keyboard), Andi Ahmad (gitar), David Wibowo (bass), serta Iftah Auladi (drum). Jemi sang vokalis mengatakan, hampir seluruh lagu yang mereka rilis bercerita tentang alam terutama hutan dan lahan gambut. Lagu-lagu tersebut dia dan penyair T Wijaya ciptakan setelah melihat fenomena kabut asap yang melanda Sumsel tahun lalu.
“Masa depan bumi menjadi ter ancam. Kalau ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin anak dan cucu kita akan hidup dalam penderitaan yang sangat. Krisis pangan, dan diserang berbagai penyakit,” kata Jemi saat dijumpai KORAN SINDO PALEMBANG, kemarin. Jemi pun yakin melalui bahasa musik, kesadaran untuk menjaga lingkungan hidup akan tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Kebiasaan sebagian warga membakar lahan saat kemarau juga diharapkan bisa berkurang. “Kami berharap tahun 2015 tidak ada lagi kabut asap dan kebakaran lahan,” ungkap musisi kelahiran Pagaralam ini. Saat ini, ungkap Jemi, grup bandnya tengah menyelesaikan proses pembuatan album. Meskipun albumnya belum diluncurkan, penikmat musik sudah bisa mendengar lagu-lagu dari Hutan Tropis Band dengan mengakses https://soundcloud.com/hutantropis.
Rencananya, selain menelurkan album, Hutan Tropis akan melakukan pertunjukkan keliling di Sumatera Selatan. “Teruta ma di daerah yang paling sering mengalami kebakaran hutan dan lahan gambut. Kita pun akan melakukan dialog dengan masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup demi masa depan bumi dan manusia,” tandas Jemi.
Andi Ahmad, gitaris Hutan Tropis mempunyai cerita khusus mengenai kabut asap. Andi yang juga hypnotherapist ini mengaku, memiliki pasien yang mengalami gangguan psikis akibat kabut asap. “Salah satu pasien saya menderita phobia pada asap dan takut keluar pada malam hari. Pasien itu trauma akibat bencana kabut asap di Sumsel bulan lalu,” ungkap Andi.
Pasien Andi mengaku, pada waktu itu mengalami sesak napas yang sangat hebat hingga berpikir saat itu ia akan meninggal dunia. Kejadian itu menimbulkan trauma sehingga ketika melihat atau mencium bau asap dia menjadi ketakutan dan merasa sesak napas. “Karena peristiwa tersebut terjadi pada malam hari, dia juga tak berani keluar malam,” ujarnya.
Muhammad Uzair
Cara ini ditempuh grup Hutan Tropis, band lo kal Sumsel, yang beranggotakan Jemi Delvian, (vokalis/dan penulis lagu), Ipul (keyboard), Andi Ahmad (gitar), David Wibowo (bass), serta Iftah Auladi (drum). Jemi sang vokalis mengatakan, hampir seluruh lagu yang mereka rilis bercerita tentang alam terutama hutan dan lahan gambut. Lagu-lagu tersebut dia dan penyair T Wijaya ciptakan setelah melihat fenomena kabut asap yang melanda Sumsel tahun lalu.
“Masa depan bumi menjadi ter ancam. Kalau ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin anak dan cucu kita akan hidup dalam penderitaan yang sangat. Krisis pangan, dan diserang berbagai penyakit,” kata Jemi saat dijumpai KORAN SINDO PALEMBANG, kemarin. Jemi pun yakin melalui bahasa musik, kesadaran untuk menjaga lingkungan hidup akan tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Kebiasaan sebagian warga membakar lahan saat kemarau juga diharapkan bisa berkurang. “Kami berharap tahun 2015 tidak ada lagi kabut asap dan kebakaran lahan,” ungkap musisi kelahiran Pagaralam ini. Saat ini, ungkap Jemi, grup bandnya tengah menyelesaikan proses pembuatan album. Meskipun albumnya belum diluncurkan, penikmat musik sudah bisa mendengar lagu-lagu dari Hutan Tropis Band dengan mengakses https://soundcloud.com/hutantropis.
Rencananya, selain menelurkan album, Hutan Tropis akan melakukan pertunjukkan keliling di Sumatera Selatan. “Teruta ma di daerah yang paling sering mengalami kebakaran hutan dan lahan gambut. Kita pun akan melakukan dialog dengan masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup demi masa depan bumi dan manusia,” tandas Jemi.
Andi Ahmad, gitaris Hutan Tropis mempunyai cerita khusus mengenai kabut asap. Andi yang juga hypnotherapist ini mengaku, memiliki pasien yang mengalami gangguan psikis akibat kabut asap. “Salah satu pasien saya menderita phobia pada asap dan takut keluar pada malam hari. Pasien itu trauma akibat bencana kabut asap di Sumsel bulan lalu,” ungkap Andi.
Pasien Andi mengaku, pada waktu itu mengalami sesak napas yang sangat hebat hingga berpikir saat itu ia akan meninggal dunia. Kejadian itu menimbulkan trauma sehingga ketika melihat atau mencium bau asap dia menjadi ketakutan dan merasa sesak napas. “Karena peristiwa tersebut terjadi pada malam hari, dia juga tak berani keluar malam,” ujarnya.
Muhammad Uzair
(ftr)