Dinkes Gencar Fogging di Wilayah Endemis
A
A
A
MUARAENIM - Mengantisipasi berkembangnya jentik nyamuk Aedes Agypty penyebab demam berdarah pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Muaraenim menggencarkan fogging, sebelum masa penularan terjadi.
Kepala Dinkes Muaraenim Yan Riyadi menyatakan, saat ini pihaknya memang sedang rutin melakukan fogging. Tempat-tempat yang menjadi sasaran fogging tersebut menurutnya adalah beberapa wilayah kecamatan yang memang menjadi endemis DBD. Beberapa kecamatan yang selama ini menjadi endemis DBD di Muaraenim, yakni Muaraenim, Tanjung Agung, Lawang Kidul, Gunung Megang, Ujan Mas, dan Gelumbang.
“Iya, memang rutin kita lakukan fogging ini, sebagai langkah kita mengantisipasi merebaknya nyamuk penyebab DBD dan Malaria,” jelasnya. Kegiatan tersebut menurutnya, rutin dilakukan di akhir dan awal tahun. Pasalnya, pada waktu-waktu inilah di wilayah Muaraenim sedang memasuki puncak musim penghujan. Maka dikhawatirkan, potensi perkembangan nyamuk mengalami peningkatan.
Untuk angka penderita DBD menurutnya, sejauh ini belum ada mencolok. Sepanjang Desember lalu menurutnya, hanya terpantau 1 atau 2 kasus saja. Berbeda dengan penyakit Malaria yang tampak menonjol saat musim kemarau panjang lalu. “Hingga saat ini untuk DBD belum ada angka kejadian yang melonjak, makanya segera kita lakukan SMP tadi, kalau Malaria saat musim kemarau lalu cukup tinggi,” jelasnya.
Kegiatan fogging sendiri menurutnya, akan dilakukan di sejumlah daerah selain di beberapa wilayah endemis saja. Jika nanti ada laporan warga yang teridentifikasi menderita DBD, pihaknya akan melakukan fogging di sekitar tempat tinggalnya dengan hingga radius 100 rumah dari rumah penderita.
“Memang seperti itu, jika ada warga yang menderita DBD, maka paling tidak 100 rumah dari rumahnya akan kita lakukan fogging, itu namanya fogging pencegahan penularan,” jelasnya. Karena dikhawatirkan, nyamuk yang sudah menggigit penderita juga menggigit warga lain. Maka, mata rantainya harus diputus sehingga angka penderita dapat diminimalisasi atau ditekan.
Memasuki musim hujan kali ini tidak sedikit warga yang mengaku khawatir akan penyebaran nyamuk penyebab malaria dan DBD. Seperti diungkapkan Sasmawati, 38, salah seorang ibu rumah tangga warga BTN Darussalam Muaraenim. Menurutnya, setelah memasuki musim hujan keberadaan nyamuk juga mengalami peningkatan.
Hanya saja menurutnya, dirinya dan warga juga tidak mengetahui dengan jelas apakah nyamuk tersebut penyebab DBD atau bukan. “Agak banyak nyamuknya, besar-besar lagi mungkin karena musim hujan ini,” sebutnya. Dikatakannya, warga sangat berharap pihak terkait rutin melakukan pengasapan atau fogging untuk memberantas nyamuk tersebut.
Karena menurutnya, jika tidak dilakukan menyeluruh dikhawatirkannya muknya tidak mati. “Kalau kita paling menyemprot dalam rumah kita saja, kalau di luar rumah tidak ada yang menyemprot,” ujarnya.
Irhamudin Sutan Parmato
Kepala Dinkes Muaraenim Yan Riyadi menyatakan, saat ini pihaknya memang sedang rutin melakukan fogging. Tempat-tempat yang menjadi sasaran fogging tersebut menurutnya adalah beberapa wilayah kecamatan yang memang menjadi endemis DBD. Beberapa kecamatan yang selama ini menjadi endemis DBD di Muaraenim, yakni Muaraenim, Tanjung Agung, Lawang Kidul, Gunung Megang, Ujan Mas, dan Gelumbang.
“Iya, memang rutin kita lakukan fogging ini, sebagai langkah kita mengantisipasi merebaknya nyamuk penyebab DBD dan Malaria,” jelasnya. Kegiatan tersebut menurutnya, rutin dilakukan di akhir dan awal tahun. Pasalnya, pada waktu-waktu inilah di wilayah Muaraenim sedang memasuki puncak musim penghujan. Maka dikhawatirkan, potensi perkembangan nyamuk mengalami peningkatan.
Untuk angka penderita DBD menurutnya, sejauh ini belum ada mencolok. Sepanjang Desember lalu menurutnya, hanya terpantau 1 atau 2 kasus saja. Berbeda dengan penyakit Malaria yang tampak menonjol saat musim kemarau panjang lalu. “Hingga saat ini untuk DBD belum ada angka kejadian yang melonjak, makanya segera kita lakukan SMP tadi, kalau Malaria saat musim kemarau lalu cukup tinggi,” jelasnya.
Kegiatan fogging sendiri menurutnya, akan dilakukan di sejumlah daerah selain di beberapa wilayah endemis saja. Jika nanti ada laporan warga yang teridentifikasi menderita DBD, pihaknya akan melakukan fogging di sekitar tempat tinggalnya dengan hingga radius 100 rumah dari rumah penderita.
“Memang seperti itu, jika ada warga yang menderita DBD, maka paling tidak 100 rumah dari rumahnya akan kita lakukan fogging, itu namanya fogging pencegahan penularan,” jelasnya. Karena dikhawatirkan, nyamuk yang sudah menggigit penderita juga menggigit warga lain. Maka, mata rantainya harus diputus sehingga angka penderita dapat diminimalisasi atau ditekan.
Memasuki musim hujan kali ini tidak sedikit warga yang mengaku khawatir akan penyebaran nyamuk penyebab malaria dan DBD. Seperti diungkapkan Sasmawati, 38, salah seorang ibu rumah tangga warga BTN Darussalam Muaraenim. Menurutnya, setelah memasuki musim hujan keberadaan nyamuk juga mengalami peningkatan.
Hanya saja menurutnya, dirinya dan warga juga tidak mengetahui dengan jelas apakah nyamuk tersebut penyebab DBD atau bukan. “Agak banyak nyamuknya, besar-besar lagi mungkin karena musim hujan ini,” sebutnya. Dikatakannya, warga sangat berharap pihak terkait rutin melakukan pengasapan atau fogging untuk memberantas nyamuk tersebut.
Karena menurutnya, jika tidak dilakukan menyeluruh dikhawatirkannya muknya tidak mati. “Kalau kita paling menyemprot dalam rumah kita saja, kalau di luar rumah tidak ada yang menyemprot,” ujarnya.
Irhamudin Sutan Parmato
(ftr)