Kembali ke Bandung dengan Membawa Romansa 1990an
A
A
A
BANDUNG - Tadi malam, roma nsa musik era 1990’an seolah kembali. Sejenak ribuan pasang mata yang memadati Amphitheatre Trans Studio Bandung Theme Park, tersihir aksi panggung tiga pria bule asal Denmark, Jascha Richter, Mikkel Lentz dan Kare Wanscher di puja oleh fans fanatiknya dari usia remaja hingga setengah baya.
Setelah 24 tahun berkiprah di blantika musik pop dunia, awal tahun ini Michael Learns to Rock (MLTR) akhirnya singgah kembali di Indonesia. Kali ini, MLTR memilih Bandung sebagai kota pementasan. Meski tak lagi komplet sejak Soren Madsen mundur dari MLTR dan bersolo karier pada 2000 silam, tiga pentolan MLTR yang tersisa mampu memberikan chemistry kepada ribuan penonton.
Maklum, penggemar MLTR sudah sangat merindukan kedatangan band yang popularitasnya melejit lewat Sleeping Child, salah satu single di album kedua mereka Colours yang dirilis pada 1993. “Kami sangat senang ada di sini lagi. Saya bangga mendengar kalian menyanyikan lagu kami dengan sangat fasih, sekalipun sudah berlalu 24 tahun lalu,” ujar vokalis MLTR, Jascha dengan muka semringah.
Tak perlu menanti lama, sekitar pukul 19.00 WIB, Jascha dan kawan-kawan sudah bertengger di atas panggung Amphitheatre yang megah. Sebagai pembuka, MLTR mengganjar para penonton lewat single Silent Time, disusul Breaking My Heart, Complicated Heart serta Nothing To Lose.
Empat lagu yang di suguhkan MLTR, ternyata sudah cukup untuk menghangatkan suasana di awal konser. Selanjutnya penonton semakin cair dan turut menyanyi di setiap lagu yang dibawakan Jascha. Terlebih saat sang vokalis maju ke depan runaway yang tepat berada di tengah-tengah penonton festival. Sontak, suasana pun terasa akrab dan sarat muatan cinta. Selama hampir dua jam MLTR menghadiahkan para penonton dengan lagu andalan mereka. Sebut saja Out of the Blue, I’m Gonna Be Arround, 25 Minute, Paint My Love dan salah satu lagu jawara mereka Sleeping Child serta masih banyak lagi.
Bahkan, MLTR juga mempersembahkan salah satu lagu yang dibesut dari album Scan - dinavia yang terakhir mereka rilis pada 2012. Keseluruhan, konser bertjuk “A Night to Remember with Michael Learns to Rock” ini sukses memuaskan para penonton yang hadir.
Dini Budiman
Setelah 24 tahun berkiprah di blantika musik pop dunia, awal tahun ini Michael Learns to Rock (MLTR) akhirnya singgah kembali di Indonesia. Kali ini, MLTR memilih Bandung sebagai kota pementasan. Meski tak lagi komplet sejak Soren Madsen mundur dari MLTR dan bersolo karier pada 2000 silam, tiga pentolan MLTR yang tersisa mampu memberikan chemistry kepada ribuan penonton.
Maklum, penggemar MLTR sudah sangat merindukan kedatangan band yang popularitasnya melejit lewat Sleeping Child, salah satu single di album kedua mereka Colours yang dirilis pada 1993. “Kami sangat senang ada di sini lagi. Saya bangga mendengar kalian menyanyikan lagu kami dengan sangat fasih, sekalipun sudah berlalu 24 tahun lalu,” ujar vokalis MLTR, Jascha dengan muka semringah.
Tak perlu menanti lama, sekitar pukul 19.00 WIB, Jascha dan kawan-kawan sudah bertengger di atas panggung Amphitheatre yang megah. Sebagai pembuka, MLTR mengganjar para penonton lewat single Silent Time, disusul Breaking My Heart, Complicated Heart serta Nothing To Lose.
Empat lagu yang di suguhkan MLTR, ternyata sudah cukup untuk menghangatkan suasana di awal konser. Selanjutnya penonton semakin cair dan turut menyanyi di setiap lagu yang dibawakan Jascha. Terlebih saat sang vokalis maju ke depan runaway yang tepat berada di tengah-tengah penonton festival. Sontak, suasana pun terasa akrab dan sarat muatan cinta. Selama hampir dua jam MLTR menghadiahkan para penonton dengan lagu andalan mereka. Sebut saja Out of the Blue, I’m Gonna Be Arround, 25 Minute, Paint My Love dan salah satu lagu jawara mereka Sleeping Child serta masih banyak lagi.
Bahkan, MLTR juga mempersembahkan salah satu lagu yang dibesut dari album Scan - dinavia yang terakhir mereka rilis pada 2012. Keseluruhan, konser bertjuk “A Night to Remember with Michael Learns to Rock” ini sukses memuaskan para penonton yang hadir.
Dini Budiman
(ftr)