Malioboro Dipadati Pejalan Kaki
A
A
A
YOGYAKARTA - Malioboro menjadi magnet para wisatawan untuk menghabiskan malam pergantian tahun. Ribuan pengunjung bahkan sudah memadati kawasan ini, sejak sekitar pukul 18.00 WIB, Rabu (31/12).
Para pengunjung terutama pejalan kaki dimanjakan sejak sore hari. Sebab, arus lalu lintas sejak akan masuk ke kawasan tersebut sudah dilakukan buka tutup. Hanya kendaraan roda dua saja yang diperbolehkan melintas. Sementara, kendaraan pribadi roda empat harus diparkir di luar kawasan, salah satunya seperti di kawasan parkir Abu Bakar Ali.
“Itu untuk parkir kendaraan pribadi roda empat. Sementara untuk bus-bus pariwisata harus agak jauh lagi. Di ring tiga lah,(Stadion) Mandala Krida atau Kridosono misalnya,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro Syarief Teguh Prabowo yang ditemui di kantornya, Rabu (31/12) malam.
Kondisi seperti ini memang hanya sampai di malam pergantian tahun saja. Sementara, saat sudah pukul 00.01 WIB Kamis (1/1), arus lalu lintas seperti pada hari-hari biasa. “Kami melihat pengalaman malam pergantian tahun lalu yang memang terlalu penuh kendaraan,” tuturnya.
Untuk hiburan, pihak UPT pun tidak memberikan penyajian secara spesial. Dari pantauan di sana, hanya ada pementasan wayang di depan halaman Dinas Pariwisata DIY, kemudian, komunitas-komunitas kecil di trotoar jalan depan Monumen Serangan Umum 1 Maret. “Tidak ada kegiatan yang sifatnya besar, hanya kelompok kecil,” ucap Teguh.
Kelompok kecil tersebut di antaranya seperti pengamen jalanan dengan memakai alat musim angklung, atau penyedia jasa berfoto bersama dengan berbagai model yang sudah disiapkan oleh penyedia jasa. Seperti, memakai kostum hantu, atau juga prajurit keraton.
Salah satu pengunjungnya, Angga Riski, 19, asal Palembang, saat ditemui kemarin mengatakan, memang sengaja datang ke Malioboro di malam pergantian tahun. Dirinya pun cukup menikmati dengan sajian wisata yang ditawarkan. “Baru datang sekali ini ke Yogyakarta. Cukup nyaman juga, bagi pejalan kaki kalau kendaraan dibatasi untuk lewat,” katanya.
Namun, ia sedikit mengeluhkan dengan tarif parkir sepeda motor yang ada. Tepatnya di trotoar jalan depan gedung Kantor Pos Besar, Titik Nol. “Mahal banget, masak lima ribu (rupiah). Seharusnya kan cukup dua atau tiga ribu saja,” ujarnya.
Keramaian di pusat Kota Yogyakarta kemarin memang terbelah. Selain pengunjung menghabiskan waktu di sepanjang Jalan Malioboro, juga di Alun-alun Utara, yang jaraknya hanya berdekatan tersebut juga ramai pengunjung. “Kan ada Pasar Malam Sekaten, jadi pengunjung tidak hanya bertumpuk di Malioboro,” ujar salah satu pedagang batik di sana, Syaiful Mukminin, 37.
Omzetnya pun cenderung menurun dibandingkan malam- malam biasa. Namun, ia meyakini akan naik secara signifikan saat siangnya di hari libur. “Besok (hari ini) pasti akan lebih ramai,” ucapnya.
Ridho Hidayat
Para pengunjung terutama pejalan kaki dimanjakan sejak sore hari. Sebab, arus lalu lintas sejak akan masuk ke kawasan tersebut sudah dilakukan buka tutup. Hanya kendaraan roda dua saja yang diperbolehkan melintas. Sementara, kendaraan pribadi roda empat harus diparkir di luar kawasan, salah satunya seperti di kawasan parkir Abu Bakar Ali.
“Itu untuk parkir kendaraan pribadi roda empat. Sementara untuk bus-bus pariwisata harus agak jauh lagi. Di ring tiga lah,(Stadion) Mandala Krida atau Kridosono misalnya,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro Syarief Teguh Prabowo yang ditemui di kantornya, Rabu (31/12) malam.
Kondisi seperti ini memang hanya sampai di malam pergantian tahun saja. Sementara, saat sudah pukul 00.01 WIB Kamis (1/1), arus lalu lintas seperti pada hari-hari biasa. “Kami melihat pengalaman malam pergantian tahun lalu yang memang terlalu penuh kendaraan,” tuturnya.
Untuk hiburan, pihak UPT pun tidak memberikan penyajian secara spesial. Dari pantauan di sana, hanya ada pementasan wayang di depan halaman Dinas Pariwisata DIY, kemudian, komunitas-komunitas kecil di trotoar jalan depan Monumen Serangan Umum 1 Maret. “Tidak ada kegiatan yang sifatnya besar, hanya kelompok kecil,” ucap Teguh.
Kelompok kecil tersebut di antaranya seperti pengamen jalanan dengan memakai alat musim angklung, atau penyedia jasa berfoto bersama dengan berbagai model yang sudah disiapkan oleh penyedia jasa. Seperti, memakai kostum hantu, atau juga prajurit keraton.
Salah satu pengunjungnya, Angga Riski, 19, asal Palembang, saat ditemui kemarin mengatakan, memang sengaja datang ke Malioboro di malam pergantian tahun. Dirinya pun cukup menikmati dengan sajian wisata yang ditawarkan. “Baru datang sekali ini ke Yogyakarta. Cukup nyaman juga, bagi pejalan kaki kalau kendaraan dibatasi untuk lewat,” katanya.
Namun, ia sedikit mengeluhkan dengan tarif parkir sepeda motor yang ada. Tepatnya di trotoar jalan depan gedung Kantor Pos Besar, Titik Nol. “Mahal banget, masak lima ribu (rupiah). Seharusnya kan cukup dua atau tiga ribu saja,” ujarnya.
Keramaian di pusat Kota Yogyakarta kemarin memang terbelah. Selain pengunjung menghabiskan waktu di sepanjang Jalan Malioboro, juga di Alun-alun Utara, yang jaraknya hanya berdekatan tersebut juga ramai pengunjung. “Kan ada Pasar Malam Sekaten, jadi pengunjung tidak hanya bertumpuk di Malioboro,” ujar salah satu pedagang batik di sana, Syaiful Mukminin, 37.
Omzetnya pun cenderung menurun dibandingkan malam- malam biasa. Namun, ia meyakini akan naik secara signifikan saat siangnya di hari libur. “Besok (hari ini) pasti akan lebih ramai,” ucapnya.
Ridho Hidayat
(ftr)