Pedagang Diminta Tak Jual Barang Impor
A
A
A
SEMARANG - Menteri Perdagangan Rachmat Gobel meresmikan bangunan baru Pasar Bulu di Jalan MGR Soegijapranata Kota Semarang, kemarin.
Bangunan megah yang menghabiskan anggaran total senilai Rp64,22 miliar itu diharapkan bisa menjadi tempat promosi produk lokal dan mengangkat hasil bumi ke tingkat nasional maupun luar negeri. Proses revitalisasi pasar yang dibangun di atas tanah seluas 8.541 m2 dengan luas bangunan 13.733 m2 itu dilakukan secara bertahap mulai 2012 lalu.
Turut hadir dalam kegiatan peresmian Wagub Jateng Heru Sudjatmiko dan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Bersamaan dengan peresmian Pasar Bulu, sebanyak 3.161 kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dan Kecamatan se-Kota Semarang untuk tahun anggaran 2014 juga diresmikan.
Menurut Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, pembangunan Pasar Bulu dilakukan dengan konsep renovasi menjadi pasar tradisional modern. Hal ini sebagai upaya meningkatan daya tampung Pasar Bulu yang selama ini dianggap tidak memadai.
Selama ini banyak pedagang meluber ke jalanjalan dan lorong-lorong pasar. “Setelah melalui pertimbangan dan kajian bersama antara tim teknis dan berbagai pihak, selama 3 tahapan sejak tahun 2012 pembangunan Pasar Bulu mencapai total dana Rp67,8 miliar,” katanya.
Pasar Bulu sebagai pasar tradisional modern berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 13.733 m2. Dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana pendukung yang diharapkan memberikan kenyamanan bagi para pembeli maupun penjual. Seperti eskalator dan lift serta total ada 152 kios, 2002 los, 393 pancaan/dasaran terbuka.
Pasar ini terdiri dari tiga lantai yakni lantai satu untuk pedagang sembako dan pakaian, lantai dua pedagang daging, ayam potong, ikan basah dan roti serta lantai tiga untuk pedagang grosir gerabah. “Renovasi ini diharapkan menjadikan Pasar Bulu salah satu ikon wisata belanja baru bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Semarang, mengingat letaknya strategis di pusat kota dikelilingi Tugu Muda, gedung Lawang Sewu, Museum Mandala Bhakti, pusat oleh-oleh Pandanaran,” katanya.
Wali kota yang biasa disapa Hendi ini, berharap Pasar Bulu ini bisa menjadi pilot project atau percontohan pengembangan pasar tradisional modern di Jawa Tengah. Diharapkan pada minggu pertama Januari 2015, proses perpindahan pedagang ke bangunan baru Pasar Bulu juga sudah selesai. Sehingga minggu kedua aktivitas dagang di bangunan baru sudah normal kembali.
“Ada beberapa catatan yang disampaikan Pak Menteri tadi, yakni jangan jualan barang impor apalagi ilegal, terapkan labelisasi, dan ketiga barang dagangan sebisa mungkin dibuat metode SNI. Ini yang nanti akan kita pantau, termasuk tertib ukur akan kita kontrol lagi,” katanya.
Setelah meresmikan Pasar Bulu yang ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pemotongan pita di pintu masuk, Mendag Rachmat Gobel menyempatkan diri melihat kios-kios yang ada di dalam pasar, setelah itu beralih ke Kelurahan Panggung Kidul, Kecamatan Semarang Utara, untuk membuka pasar murah.
Sementara, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel memberikan apresiasi atas komitmen dan inisiatif Pemprov Jateng dan Pemkot Semarang dalam pengembangan pasar tradisional. Ke depan pemerintah pusat berencana mengembangkan 5.000 pasar yang akan dikembangkan tidak hanya sebagai pusat penyediaan bahan pokok, tapi juga sebagai penjaga stabilitas harga.
Kementerian Perdagangan turut memberikan support anggaran sebesar Rp10 miliar, melalui dana alokasi khusus (DAK) Tugas Pembantuan APBN dalam pembangunan Pasar Bulu. Pemerintah Pemprov Jateng juga memberikan bantuan anggaran. Kolaborasi pendanaan ini mengubah pasar rakyat menjadi lebih nyaman dan diharapkan menjadi poros perdagangan rakyat di Kota Semarang.
Dia berharap Pasar Bulu dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah Semarang dengan harga yang relatif lebih terjangkau. Stabilitas harga barang kebutuhan pokok masyarakat dapat terjaga, serta perputaran ekonomoi masyarakat Semarang dapat lebih berkembang.
Kementerian Perdagangan akan terus melakukan upaya mengubah citra dan modernisasi pasar rakyat dari pasar yang kumuh, bau, becek, dan tidak tertib, menjadi pasar yang bersih, tertib, nyaman, dan sejuk. Program revitalisasi ini tidak hanya membangun pasar secara fisik, tapi Kemendag juga melakukan pembinaan dan pendampingan.
Rachmat Gobel menambahkan, program revitalisasi pasar rakyat ini juga ditujukan untuk mendorong percepatan pembangunan di daerah. Pertumbuhan ekonomi di daerah akan memperkuat sektor perdagangan dan meningkatkan daya saing pasar domestik. “Hal ini sangat penting dalam menghadapi tantangan dan kompetisi global yang semakin ketat,” ujarnya.
Dia berpesan, masyarakat dan pengelola Pasar Bulu untuk menjaga dan memelihara pasar ini dengan baik. Dan jangan sampai menjual barang impor ilegal, barang tidak ada labelisasi, dan tak ber-SNI (Standart Nasional Indonesia). Demi untuk menjaga kesehatan, keselamatan, dan keamanan konsumen.
M Abduh
Bangunan megah yang menghabiskan anggaran total senilai Rp64,22 miliar itu diharapkan bisa menjadi tempat promosi produk lokal dan mengangkat hasil bumi ke tingkat nasional maupun luar negeri. Proses revitalisasi pasar yang dibangun di atas tanah seluas 8.541 m2 dengan luas bangunan 13.733 m2 itu dilakukan secara bertahap mulai 2012 lalu.
Turut hadir dalam kegiatan peresmian Wagub Jateng Heru Sudjatmiko dan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Bersamaan dengan peresmian Pasar Bulu, sebanyak 3.161 kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dan Kecamatan se-Kota Semarang untuk tahun anggaran 2014 juga diresmikan.
Menurut Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, pembangunan Pasar Bulu dilakukan dengan konsep renovasi menjadi pasar tradisional modern. Hal ini sebagai upaya meningkatan daya tampung Pasar Bulu yang selama ini dianggap tidak memadai.
Selama ini banyak pedagang meluber ke jalanjalan dan lorong-lorong pasar. “Setelah melalui pertimbangan dan kajian bersama antara tim teknis dan berbagai pihak, selama 3 tahapan sejak tahun 2012 pembangunan Pasar Bulu mencapai total dana Rp67,8 miliar,” katanya.
Pasar Bulu sebagai pasar tradisional modern berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 13.733 m2. Dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana pendukung yang diharapkan memberikan kenyamanan bagi para pembeli maupun penjual. Seperti eskalator dan lift serta total ada 152 kios, 2002 los, 393 pancaan/dasaran terbuka.
Pasar ini terdiri dari tiga lantai yakni lantai satu untuk pedagang sembako dan pakaian, lantai dua pedagang daging, ayam potong, ikan basah dan roti serta lantai tiga untuk pedagang grosir gerabah. “Renovasi ini diharapkan menjadikan Pasar Bulu salah satu ikon wisata belanja baru bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Semarang, mengingat letaknya strategis di pusat kota dikelilingi Tugu Muda, gedung Lawang Sewu, Museum Mandala Bhakti, pusat oleh-oleh Pandanaran,” katanya.
Wali kota yang biasa disapa Hendi ini, berharap Pasar Bulu ini bisa menjadi pilot project atau percontohan pengembangan pasar tradisional modern di Jawa Tengah. Diharapkan pada minggu pertama Januari 2015, proses perpindahan pedagang ke bangunan baru Pasar Bulu juga sudah selesai. Sehingga minggu kedua aktivitas dagang di bangunan baru sudah normal kembali.
“Ada beberapa catatan yang disampaikan Pak Menteri tadi, yakni jangan jualan barang impor apalagi ilegal, terapkan labelisasi, dan ketiga barang dagangan sebisa mungkin dibuat metode SNI. Ini yang nanti akan kita pantau, termasuk tertib ukur akan kita kontrol lagi,” katanya.
Setelah meresmikan Pasar Bulu yang ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pemotongan pita di pintu masuk, Mendag Rachmat Gobel menyempatkan diri melihat kios-kios yang ada di dalam pasar, setelah itu beralih ke Kelurahan Panggung Kidul, Kecamatan Semarang Utara, untuk membuka pasar murah.
Sementara, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel memberikan apresiasi atas komitmen dan inisiatif Pemprov Jateng dan Pemkot Semarang dalam pengembangan pasar tradisional. Ke depan pemerintah pusat berencana mengembangkan 5.000 pasar yang akan dikembangkan tidak hanya sebagai pusat penyediaan bahan pokok, tapi juga sebagai penjaga stabilitas harga.
Kementerian Perdagangan turut memberikan support anggaran sebesar Rp10 miliar, melalui dana alokasi khusus (DAK) Tugas Pembantuan APBN dalam pembangunan Pasar Bulu. Pemerintah Pemprov Jateng juga memberikan bantuan anggaran. Kolaborasi pendanaan ini mengubah pasar rakyat menjadi lebih nyaman dan diharapkan menjadi poros perdagangan rakyat di Kota Semarang.
Dia berharap Pasar Bulu dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah Semarang dengan harga yang relatif lebih terjangkau. Stabilitas harga barang kebutuhan pokok masyarakat dapat terjaga, serta perputaran ekonomoi masyarakat Semarang dapat lebih berkembang.
Kementerian Perdagangan akan terus melakukan upaya mengubah citra dan modernisasi pasar rakyat dari pasar yang kumuh, bau, becek, dan tidak tertib, menjadi pasar yang bersih, tertib, nyaman, dan sejuk. Program revitalisasi ini tidak hanya membangun pasar secara fisik, tapi Kemendag juga melakukan pembinaan dan pendampingan.
Rachmat Gobel menambahkan, program revitalisasi pasar rakyat ini juga ditujukan untuk mendorong percepatan pembangunan di daerah. Pertumbuhan ekonomi di daerah akan memperkuat sektor perdagangan dan meningkatkan daya saing pasar domestik. “Hal ini sangat penting dalam menghadapi tantangan dan kompetisi global yang semakin ketat,” ujarnya.
Dia berpesan, masyarakat dan pengelola Pasar Bulu untuk menjaga dan memelihara pasar ini dengan baik. Dan jangan sampai menjual barang impor ilegal, barang tidak ada labelisasi, dan tak ber-SNI (Standart Nasional Indonesia). Demi untuk menjaga kesehatan, keselamatan, dan keamanan konsumen.
M Abduh
(ftr)