Lahirkan Banyak Pemain Berprestasi

Minggu, 28 Desember 2014 - 13:31 WIB
Lahirkan Banyak Pemain Berprestasi
Lahirkan Banyak Pemain Berprestasi
A A A
Cara penyampaiannya yang tegas sering membuat anak-anak asuhannya merasa takut dan tak ingin ikut lagi.

Namun berkat didikannya ini, para pemainnya pun selain berprestasi di tingkat lokal dan nasional, juga ada beberapa yang masuk dalam skuad tim nasional (timnas). Anna Sri Haryati, wanita paruh baya yang tinggal di Karang Tengah, Nogotirto, Gamping, Sleman, ini mengawali kariernya di dunia sepak bola dengan bergabung di klub Putri Mataram. Satu-satunya tim sepak bola di DIY sekitar tahun 1980-1990.

Kemudian dia memilih mendirikan sebuah tim sendiri, yaitu Srikandi Mataram pada awal 2000. Perempuan yang akrab dipanggil Bu Anna ini selain sebagai pelatih merangkap, juga menjadi ketua umumnya di skuad itu. Ketika di lapangan saat mendidik para pemainnya, dia tak ragu memberikan aturanaturan ketat. Kedisiplinan, seperti rajin berlatih harus dipunyai oleh setiap anak.

Ketika ada yang bermalas-malasan, konsekuensinya pun saat bermain yang bersangkutan tidak akan diturunkan. Meski risikonya nanti orang tua dari pemain tersebut mempertanyakannya dan jengkel karena tak bisa melihat anaknya bermain. Hingga sampai tak lagi ikut latihan bersama klubnya. “Dulu tim ini masih banyak pemainnya. Sekitar 30-an lebih. Tapi sekarang ya hanya beberapa. Karena kami mendidik dengan kedisiplinan dan melatih mental anak-anak juga,” kata Anna ditemui saat tengah melatih anak asuhnya di Lapangan Jetis, Yogyakarta.

Dengan ketegasannya, jumlah pemainnya pun semakin berkurang. Saat ini hanya sisa 20-an. Itu pun berkumpul kalau akan mengikuti suatu ajang. Namun pada saat hari biasa, hanya ada sekitar sepuluh pemain. Kondisi yang semakin sulit ini sering membuatnya terpaksa ingin membubarkan tim karena kekurangan personel. Namun, karena antusias sisa pemain yang tinggi, dirinya tetap bertahan.

“Anak-anak tidak mau dibubarkan. Ya mau bagaimana lagi,” ujarnya. Namun, dengan konsep seperti itu dia pun sebagai pelatih sepak bola wanita memang masih jarang atau terbilang sukses. Anak-anak asuhannya yang dibentuk ini mampu memberikan prestasi untuk tim. Seperti menjadi runner up saat kejuaraan nasional pada 2008 silam. Kemudian juga di tingkat lokal tak jarang berprestasi pada ajang porda. Tak hanya itu, skuadnya ini juga pernah menyumbangkan beberapa pemain ke timnas.

“Sudah ada dua pemain yang pernah masuk ke timnas. Saat kejurnas di September (2014) kemarin, juga ada dua yang dilirik untuk Timnas U-16,” kata sekretaris tim, Kuspriyani. Salah satu pemainnya, Leni Kartina, 19, warga asal Sentolo, Kulonprogo, memang mengakui ketegasan yang diterapkan pelatihnya itu. Bahkan, dia sendiri sempat pada 2007 silam ketika selesai mengikuti porda memilih vakum terlebih da hulu karena ada konflik. “Tapi akhirnya masalah bisa selesai dan gabung lagi,” katanya.

Di balik ketegasan Anna tersebut, namun sosok keibuannya tetap ada. Sebab dia selalu mengayomi setiap pemainnya. “Bu Anna sosok yang keras dan tegas. Tapi tetap memiliki rasa keibuan. Kami merasakannya,” tuturnya.

Selain itu, dalam melatih anakanak asuhannya juga selalu mulai dari nol. Mulai bagaimana melakukan passing, kontrol bola, atau lainnya. “Jadi kami yang awalnya benarbenar tidak bisa, diajari pelanpelan,” ucapnya.

Ridho Hidayat
Yogyakarta
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0816 seconds (0.1#10.140)