128 Penari Persembahkan 'Smong Heut' untuk Aceh
A
A
A
BANDA ACEH - Sebanyak 128 penari mengkolaborasikan tiga tarian tradisi Aceh, Saman Gayo, Seudati, Rapa-i Geleng dan satu tari garapan baru dalam peringatan 10 tahun Tsunami Aceh di Banda Aceh, Jumat pagi (26/12/2014).
Tarian dengan iringan musik tradisi Aceh yang bertajuk “Smong He’ut” ini menggambarkan perjalanan masyarakat Aceh, mulai dari masa konflik, tsunami, hingga cerita bangkit dari kehancuran.
“Ini idenya kita bangun sama-sama dan coba kita narasikan dalam gerak tubuh dan pola tradisi tentang semua kisah orang Aceh. Sekarang sudah masa bangkit, jadi bukan lagi berbicara kesedihan,” kata Koreografer tari persembahan untuk Renungan 10 Tahun Tsunami, Kaka Zafana seperti dilansir acehprov.go.id.
Ke-128 penari, menurut Kaka akan berada di atas panggung selama kurang lebih 15 menit dengan materi tari seperti wamulee, cree (lagu Kande), tuboh, dan closing art dengan materi tarek pukat.
Hentakan Tari Seudati akan tampil di urutan awal disusul Saman Gayo dengan rengum-nya menceritakan kesedihan Aceh saat tsunami.
Sedangkan Rapa-i Geleng dan tari garapan baru adalah gambaran heroik orang Aceh yang mulai bangkit dari keterpurukan pascabencana.
“Semuanya kita tempatkan pada bagian masing-masing. Tiga tari tradisi Aceh itu punya filosofi yang sangat kuat, makanya kita atur sedemikian rupa,” timpal Kaka.
Untuk closing art-nya, semua penari akan menarikan materi tarek pukat sebagai simbol kekompakan menuju Aceh yang lebih baik.
“Kita masih perlu latihan panjang, karena melibatkan banyak penari. Insya Allah akan menjadi sebuah persembahan menarik nantinya,” harap Kaka.
Tarian dengan iringan musik tradisi Aceh yang bertajuk “Smong He’ut” ini menggambarkan perjalanan masyarakat Aceh, mulai dari masa konflik, tsunami, hingga cerita bangkit dari kehancuran.
“Ini idenya kita bangun sama-sama dan coba kita narasikan dalam gerak tubuh dan pola tradisi tentang semua kisah orang Aceh. Sekarang sudah masa bangkit, jadi bukan lagi berbicara kesedihan,” kata Koreografer tari persembahan untuk Renungan 10 Tahun Tsunami, Kaka Zafana seperti dilansir acehprov.go.id.
Ke-128 penari, menurut Kaka akan berada di atas panggung selama kurang lebih 15 menit dengan materi tari seperti wamulee, cree (lagu Kande), tuboh, dan closing art dengan materi tarek pukat.
Hentakan Tari Seudati akan tampil di urutan awal disusul Saman Gayo dengan rengum-nya menceritakan kesedihan Aceh saat tsunami.
Sedangkan Rapa-i Geleng dan tari garapan baru adalah gambaran heroik orang Aceh yang mulai bangkit dari keterpurukan pascabencana.
“Semuanya kita tempatkan pada bagian masing-masing. Tiga tari tradisi Aceh itu punya filosofi yang sangat kuat, makanya kita atur sedemikian rupa,” timpal Kaka.
Untuk closing art-nya, semua penari akan menarikan materi tarek pukat sebagai simbol kekompakan menuju Aceh yang lebih baik.
“Kita masih perlu latihan panjang, karena melibatkan banyak penari. Insya Allah akan menjadi sebuah persembahan menarik nantinya,” harap Kaka.
(sms)