Muhammadiyah Dakwah lewat Ketoprak
A
A
A
YOGYAKARTA - Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta akan melakukan terobosan besar dalam menjalankan strategi dakwah.
Muhammadiyah akan melakukan pendekatan melalui dakwah kultural. Dakwah ini direalisasikan dalam pergelaran ketoprak kolosal yang akan digelar dua hari, 24–25 Desember, di Concert Hall Taman Budaya Yogya. Pergelaran yang baru pertama kali ini mengangkat judul Jumedhuling Surya Ora Tau Owah atau Raden Paku.
Pergelaran akan melibatkan pucuk pimpinan Muhammadiyah yakni Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin dan kepala daerah di DIY, seperti Bupati Bantul, Sleman, Gunungkidul, Kulonprogo, serta Wali Kota Yogya.
Tidak hanya itu, mantan Wali Kota Yogya Herry Zudianto, Rektor UMY, UAD, pengurus dan aktivis Muhammadiyah, seniman Yogyakarta dan beberapa nama beken lain, seperti Yati Pesek, Sugeng Iwak Bandeng, dan Yanti Lemu. “Pementaras dimulai pukul 20.00 WIB. Bagi yang tidak bisa masuk kita siapkan big screen di luar,” ucap Aris Madani, Ketua PDM Kota Yogya, kemarin.
Akhid Widi Rahmanto, Wakil Ketua PDM Kota Yogya, mengatakan, ketoprak tidak muncul tiba-tiba, tetapi sudah diprogramkan, walaupun dia mengakui ketoprak kolosal terbilang program nekat karena Muhammadiyah belum pernah melakukan sebelumnya. “Ini jadi eksperimen luar biasa dan kami punya semangat ini bukan yang pertama dan terakhir,” kata Akhid.
Heniy Astiyanto selaku produser mengatakan, pihaknya sangat optimistis pergelaran ketoprak kolosal akan bagus dan akan menjadi perform lain dibanding ketoprak konvensional. Ketoprak kolosal tidak saja akan menyajikan tontonan, tetapi juga tuntunan.
Brisman HS selaku sutradara menambahkan, proyek ketoprak kolosal ini memberinya tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam terkait pro kontra soal ketoprak, sedangkan dari luar sebagai jawaban atas kekeringan Muhammadiyah dalam berkesenian.
Pergelaran perdana ini akan mengangkat kisah Sunan Giri atau Raden Paku. Ketoprak mengisahkan perjalanan Raden Paku muda saat masih belajar agama. Saat dirasa cukup dewasa, dia diminta melanjutkan studi ke Mekkah. “Tapi syaratnya harus meminta izin orang tuanya, padahal beliau tidak tahu siapa orang tuanya,” tambahnya.
“Di tengah pencarian itulah banyak intrik yang terjadi, terutama dari Kerajaan Blambangan, tapi di sini juga terjadi yang mengharukan saat beliau bertemu saudara-saudaranya, termasuk eyang kakungnya yang ternyata adalah prabu dari KerajaanBlambangan,” sambungnya.
Sodik
Muhammadiyah akan melakukan pendekatan melalui dakwah kultural. Dakwah ini direalisasikan dalam pergelaran ketoprak kolosal yang akan digelar dua hari, 24–25 Desember, di Concert Hall Taman Budaya Yogya. Pergelaran yang baru pertama kali ini mengangkat judul Jumedhuling Surya Ora Tau Owah atau Raden Paku.
Pergelaran akan melibatkan pucuk pimpinan Muhammadiyah yakni Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin dan kepala daerah di DIY, seperti Bupati Bantul, Sleman, Gunungkidul, Kulonprogo, serta Wali Kota Yogya.
Tidak hanya itu, mantan Wali Kota Yogya Herry Zudianto, Rektor UMY, UAD, pengurus dan aktivis Muhammadiyah, seniman Yogyakarta dan beberapa nama beken lain, seperti Yati Pesek, Sugeng Iwak Bandeng, dan Yanti Lemu. “Pementaras dimulai pukul 20.00 WIB. Bagi yang tidak bisa masuk kita siapkan big screen di luar,” ucap Aris Madani, Ketua PDM Kota Yogya, kemarin.
Akhid Widi Rahmanto, Wakil Ketua PDM Kota Yogya, mengatakan, ketoprak tidak muncul tiba-tiba, tetapi sudah diprogramkan, walaupun dia mengakui ketoprak kolosal terbilang program nekat karena Muhammadiyah belum pernah melakukan sebelumnya. “Ini jadi eksperimen luar biasa dan kami punya semangat ini bukan yang pertama dan terakhir,” kata Akhid.
Heniy Astiyanto selaku produser mengatakan, pihaknya sangat optimistis pergelaran ketoprak kolosal akan bagus dan akan menjadi perform lain dibanding ketoprak konvensional. Ketoprak kolosal tidak saja akan menyajikan tontonan, tetapi juga tuntunan.
Brisman HS selaku sutradara menambahkan, proyek ketoprak kolosal ini memberinya tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam terkait pro kontra soal ketoprak, sedangkan dari luar sebagai jawaban atas kekeringan Muhammadiyah dalam berkesenian.
Pergelaran perdana ini akan mengangkat kisah Sunan Giri atau Raden Paku. Ketoprak mengisahkan perjalanan Raden Paku muda saat masih belajar agama. Saat dirasa cukup dewasa, dia diminta melanjutkan studi ke Mekkah. “Tapi syaratnya harus meminta izin orang tuanya, padahal beliau tidak tahu siapa orang tuanya,” tambahnya.
“Di tengah pencarian itulah banyak intrik yang terjadi, terutama dari Kerajaan Blambangan, tapi di sini juga terjadi yang mengharukan saat beliau bertemu saudara-saudaranya, termasuk eyang kakungnya yang ternyata adalah prabu dari KerajaanBlambangan,” sambungnya.
Sodik
(ftr)