Buruh Gendong Harus Diperhatikan
A
A
A
YOGYAKARTA - Pemkab dan pemkot di DIY diminta lebih memberi perhatian kepada buruh gendong.
Di DIY jumlah buruh gendong di pasar-pasar tradisional mencapai ratusan orang. Ketua Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) DIY Rany Widayati mengatakan, peran buruh gendong sangat besar dalam menjalankan roda per ekono mian di DIY. "Sayangnya, me reka sering diabaikan elemen lain, termasuk pemerintah," katanya di sela-sela memberikan ban tuan sosial kepada 300-an buruh gendong di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, kemarin.
Kegiatan bakti sosial KPPG ke pada buruh gendong ini dalam rangka mengajak elemen lain untuk peduli. Hal ini ber tepat an dengan Hari Ibu yang diperingati setiap 22 Desember. "Mereka adalah pekerja keras, perempuan, tulang punggung keluarga. Seharusnya mereka mendapat empati," kata Rany.
Wakil Ketua II DPRD DIY ini ju ga berharap, pengguna jasa buruh gendong juga tidak sekadar memberikan upah. "Harapannya ada empati. Tidak sekadar memberi upah sekali angkut Rp2.000," ucapnya. Ketua Paguyuban Buruh Gen dong DIY Suyatni mengungkapkan, jumlah buruh gendong di DIY sekitar 400-an. Itu belum termasuk yang belum ma suk paguyuban. "Di Pasar Beringharjo saja, anggotanya ada 150 orang," katanya.
Dia mengakui, sejauh ini belum banyak yang memberi perhatian kepada buruh gendong, termasuk dalam hal kesehatan. "Di Pasar Beringharjo memang sudah ada klinik kesehatan, tapi saat periksa tetap membayar. Harapannya itu gratis," ungkapnya.
Salah seorang buruh gendong, Wagiyem, 46, warga Tamanan, Banguntapan, Bantul mengungkapkan, dalam sehari bekerja rata-rata mendapatkan Rp30.000.
Ridwan Anshori
Di DIY jumlah buruh gendong di pasar-pasar tradisional mencapai ratusan orang. Ketua Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) DIY Rany Widayati mengatakan, peran buruh gendong sangat besar dalam menjalankan roda per ekono mian di DIY. "Sayangnya, me reka sering diabaikan elemen lain, termasuk pemerintah," katanya di sela-sela memberikan ban tuan sosial kepada 300-an buruh gendong di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, kemarin.
Kegiatan bakti sosial KPPG ke pada buruh gendong ini dalam rangka mengajak elemen lain untuk peduli. Hal ini ber tepat an dengan Hari Ibu yang diperingati setiap 22 Desember. "Mereka adalah pekerja keras, perempuan, tulang punggung keluarga. Seharusnya mereka mendapat empati," kata Rany.
Wakil Ketua II DPRD DIY ini ju ga berharap, pengguna jasa buruh gendong juga tidak sekadar memberikan upah. "Harapannya ada empati. Tidak sekadar memberi upah sekali angkut Rp2.000," ucapnya. Ketua Paguyuban Buruh Gen dong DIY Suyatni mengungkapkan, jumlah buruh gendong di DIY sekitar 400-an. Itu belum termasuk yang belum ma suk paguyuban. "Di Pasar Beringharjo saja, anggotanya ada 150 orang," katanya.
Dia mengakui, sejauh ini belum banyak yang memberi perhatian kepada buruh gendong, termasuk dalam hal kesehatan. "Di Pasar Beringharjo memang sudah ada klinik kesehatan, tapi saat periksa tetap membayar. Harapannya itu gratis," ungkapnya.
Salah seorang buruh gendong, Wagiyem, 46, warga Tamanan, Banguntapan, Bantul mengungkapkan, dalam sehari bekerja rata-rata mendapatkan Rp30.000.
Ridwan Anshori
(ftr)