Jalinsum Batu Jomba Jalur Tengkorak
A
A
A
SIPIROK - Kondisi Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) di Desa Batu Jomba, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), kian memprihatinkan. Hampir setiap hari di akses itu mengalami kemacetan akibat semakin rusaknya badan jalan.
Sayangnya, pemerintah pusat terkesan tidak memedulikan meski sudah berulang kali kendaraan yang melintas dari badan jalan nyaris ataupun terjatuh ke jurang. Sebelum ke-rusakan, lebar badan jalan nasional yang menghubungkan antarprovinsi di Sumatera itu sekitar delapan meter, namun saat ini hanya tersisa empat meter karena terkikis longsor.
Kondisi tersebut semakin diperparah karena setiap harinya badan jalan itu ambles, meski tidak besar namun cukup memperparah kondisi badan jalan. Ditambah lagi hampir setiap hari pengendara dari maupun menuju Kota Sipirok cukup ramai melintasi akses itu.
Asril, 39, pemilik travel jurusan Kabupaten Mandailing Natal (Madina)–Medan mengatakan, trayek mobil miliknya terpaksa harus dialihkan dari jalur lain seperti lintas tengah (Madina- Rantuprapat) atau via Sibolga.
Akibatnya, harus mengeluarkan biaya cukup besar, karena perbedaan perjalanan mencapai 100 km. “Kalau saat ini mobil banyak dialihkan via Rantuprapat untuk menghindari macet di Batu Jomba,” ungkapnya kepada KORAN SINDO MEDAN ketika ditemui di kantornya di Panyabungan, Minggu (14/12).
Lebih lanjut dia menjelaskan, apabila via Rantuprapat, biaya operasional kendaraan harus ditambah, seperti bahan bakar dan uang makan sopir, karena perbedaan jarak tempuhnya mencapai 100 km. “Mau tidak mau kami harus mengeluarkan biaya lebih besar daripada terjebak macet di Batu Jomba,” sebutnya.
Dia berharap kepada pemerintah agar secepatnya memperbaiki badan jalan itu. Sebab, apabila tidak diperbaiki, akan ada kondisi ini seperti Aek Latong yang kondisinya lebih parah lagi.
Kepala Direksi bus Antarlintas Sumatera (ALS) di Kota Padangsidimpuan, Iwan, mengancam tidak akan mau membayar pajak apabila pemerintah tidak segera memperbaiki badan jalan itu. Sebab, sudah berulang- ulang bus ALS nyaris atau masuk ke jurang di daerah itu. “Tidak ada gunanya membayar pajak, karena jalan ini tidak pernah diperbaiki oleh pemerintah,” ujarnya.
Apalagi, warga setempat pun meminta sejumlah uang kepada sopir untuk melintasi jalan itu. Warga memasang tarif Rp20.000 per bus, sedangkan untuk mobil kecil Rp10.000. Bupati Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Syahrul M Pasaribu, mengakui, kondisi badan jalan yang semakin rusak.
Menurutnya, pemerintah pusat harus segera memperbaiki badan jalan itu, karena urat nadi transportasi untuk menuju kota-kota lain yang ada di Pulau Sumatera. Dia mengaku sudah melaporkan kondisi tersebut kepada pemerintah pusat, namun belum ada juga responsnya.
Zia ul Haq Nasution
Sayangnya, pemerintah pusat terkesan tidak memedulikan meski sudah berulang kali kendaraan yang melintas dari badan jalan nyaris ataupun terjatuh ke jurang. Sebelum ke-rusakan, lebar badan jalan nasional yang menghubungkan antarprovinsi di Sumatera itu sekitar delapan meter, namun saat ini hanya tersisa empat meter karena terkikis longsor.
Kondisi tersebut semakin diperparah karena setiap harinya badan jalan itu ambles, meski tidak besar namun cukup memperparah kondisi badan jalan. Ditambah lagi hampir setiap hari pengendara dari maupun menuju Kota Sipirok cukup ramai melintasi akses itu.
Asril, 39, pemilik travel jurusan Kabupaten Mandailing Natal (Madina)–Medan mengatakan, trayek mobil miliknya terpaksa harus dialihkan dari jalur lain seperti lintas tengah (Madina- Rantuprapat) atau via Sibolga.
Akibatnya, harus mengeluarkan biaya cukup besar, karena perbedaan perjalanan mencapai 100 km. “Kalau saat ini mobil banyak dialihkan via Rantuprapat untuk menghindari macet di Batu Jomba,” ungkapnya kepada KORAN SINDO MEDAN ketika ditemui di kantornya di Panyabungan, Minggu (14/12).
Lebih lanjut dia menjelaskan, apabila via Rantuprapat, biaya operasional kendaraan harus ditambah, seperti bahan bakar dan uang makan sopir, karena perbedaan jarak tempuhnya mencapai 100 km. “Mau tidak mau kami harus mengeluarkan biaya lebih besar daripada terjebak macet di Batu Jomba,” sebutnya.
Dia berharap kepada pemerintah agar secepatnya memperbaiki badan jalan itu. Sebab, apabila tidak diperbaiki, akan ada kondisi ini seperti Aek Latong yang kondisinya lebih parah lagi.
Kepala Direksi bus Antarlintas Sumatera (ALS) di Kota Padangsidimpuan, Iwan, mengancam tidak akan mau membayar pajak apabila pemerintah tidak segera memperbaiki badan jalan itu. Sebab, sudah berulang- ulang bus ALS nyaris atau masuk ke jurang di daerah itu. “Tidak ada gunanya membayar pajak, karena jalan ini tidak pernah diperbaiki oleh pemerintah,” ujarnya.
Apalagi, warga setempat pun meminta sejumlah uang kepada sopir untuk melintasi jalan itu. Warga memasang tarif Rp20.000 per bus, sedangkan untuk mobil kecil Rp10.000. Bupati Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Syahrul M Pasaribu, mengakui, kondisi badan jalan yang semakin rusak.
Menurutnya, pemerintah pusat harus segera memperbaiki badan jalan itu, karena urat nadi transportasi untuk menuju kota-kota lain yang ada di Pulau Sumatera. Dia mengaku sudah melaporkan kondisi tersebut kepada pemerintah pusat, namun belum ada juga responsnya.
Zia ul Haq Nasution
(ftr)