Banjir Lahar Mengancam, Penambang Pasir Nekat waktu

Sabtu, 13 Desember 2014 - 12:05 WIB
Banjir Lahar Mengancam, Penambang Pasir Nekat waktu
Banjir Lahar Mengancam, Penambang Pasir Nekat waktu
A A A
SLAWI - Ancaman banjir lahar material vulkanik Gunung Slamet pada musim hujan tak menyurutkan para penambang pasir dan batu di sepanjang Sungai Gung, Kabupaten Tegal.

Mereka terlihat beraktivitas menambang di Sungai Gung, Kecamatan Balapulang, tepatnya di bawah jembatan sekitar perbukitan Dukuh Siwuni. Salah satu penambang, Walip, 39, warga Karangjambu, Kecamatan Balapulang, mengaku biasanya menambang mulai dari pukul 07.00-15.00 WIB. Sepanjang itu biasanya Walip mampu mengumpulkan pasir 12 kuintal.

“Biasanya setiap hari ada 10 lebih penambang pasir yang mencari pasir dan batu di sini,” kata Walip, kemarin. Walip mengaku tahu ada ancaman banjir lahar material Gunung Slamet yang sewaktu-waktu bisa menerjang saat tengah menambang. Meski demikian, aktivitas menambang tetap dijalani karena harus memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Takut ya takut tapi namanya sudah risiko. Walaupun ada ancaman tetap jalan. Kalau di atas terlihat hujan kita siap-siap saja naik dari sungai,” ujarnya.

Walip yang sudah sekitar 20 tahun menambang mengungkapkan, pasir yang dikumpulkan dijual untuk membangun rumah di wilayah Balapulang hingga Kecamatan Bojong. “Sekali menambang dari pagi sampai sore dapat Rp100.000 kalau sudah dijual kepada warga yang mau membangun rumah,” kata dia.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sudrajat, meminta warga tidak beraktivitas di aliran sungai yang berhulu ke Gunung Slamet saat memasuki musim hujan.

Ini karena intensitas hujan yang mulai tinggi di lereng Gunung Slamet dapat membuat material vulkanik terbawa air. “Potensi lahar hujan akan terjadi jika material di puncak terbawa air hujan. Material itu bisa terbawa ke dua sungai, yaitu Sungai Gung dan Kalipedes,” katanya.

Menurut Sudrajat, hingga saat ini aktivitas Gunung Slamet masih terpantau tinggi. Terlebih status gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa itu masih siaga atau berada di level III. “Status masih siaga. Aktivitas seismik masih didominasi gempa tremor dan gempa hembusan,” katanya.

Farid Firdaus
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5372 seconds (0.1#10.140)