Si Kepok Kuning Dikonteskan dan Dilelang
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Rangkaian pisang kepok kuning kemarin berjajar di halaman sisi utara Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. Para pemilih yang berjumlah puluhan pun tersenyum senyum melihat hasil panen pisang merek dan dipajang di kantor tersebut.
Bagi pemilik pisang yang besar dan sudah menguning, rasa bangga pun dirasakan. Ini lantaran di depan mata dia akan menjadi pemenang kontes buah pisang kepok yang digelar DTPH Gunungkidul. Usai pembukaan berlangsung, beberapa juri segera mendekati puluhan pisang yang sudah diberikan nomor di setiap tandannya. Satu per satu diteliti kualitas buah yang dihasilkan dari tanaman pisang tersebut.
“Mudah-mudahan pisang saya menjadi juaranya,” ucap Sugeng salah satu peserta kontes pisang kepok dari Kecamatan Nglipar. Dia pun mengaku bangga bisa ikut kontes pisang dari hasil kebunnya sendiri. Upaya pemupukan yang baik menjadi salah satu kunci sukses menanam pisang. Selain bisa menghasilkan buah yang banyak dan besar, harganya juga lumayan bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga. “Kalau lumayan besar yabisa Rp100.000, bahkan lebih kalau dibeli tengkulak,” tuturnya di sela-sela kontes, kemarin.
Meski tanaman pisang merupakan tanaman tambahan, namun potensi pisang di Gunungkidul cukup besar. Sangat wajar hingga saat ini Gunungkidul termasuk penyuplai terbesar pisang di DIY dan Jawa Tengah. Kepala DTPH Gunungkidul Azman Latif mengatakan, berdasarkan data di dinasnya, pada 2013 lalu, produksi buah pisang di Gunungkidul mencapai 378.467 tandan.
Pada 2014 ini, jumlahnya diprediksi naik karena memasuki musim penghujan. “Ini karena pisang mudah tumbuh di 18 kecamatan di Gunungkidul, jika perawatan tanaman ini dilakukan dengan benar, sebenarnya menawarkan untung yang berlipat,” ungkapnya. Meski demikian, belum banyak petani di Gunungkidul yang fokus untuk membudidayakan tanaman pisang.
Umumnya, petani di Gunungkidul menanam pisang hanya sebagai pekerjaan sampingan. Itu saja perawatannya tidak dilakukan dengan benar dan hanya sekadar dibiarkan. “Keinginan petani Gunungkidul untuk ngopeni pisang secara benar, apalagi merawatnya, masih sangat minim. Padahal tanaman pisang ini hasilnya sangat banyak jika dibandingkan dengan tanaman hortikultura lainnya,” ungkapnya.
Ketua Panitia kontes pisang DTPH 2014 Yuni Hartini mengatakan, upaya mengadakan kontes pisang ini dilakukan untuk memacu semangat petani menanam pisang. Banyaknya areal lingkungan rumah yang belum dimanfaatkan maksimal menjadi salah satu alasan mendorong upaya gemar menanam pisang ini. ”Karena sebenarnya memang memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak ruang terbuka di sekitar pekarangan rumah,” ucapnya.
Indikator penilaian yang diterapkan dalam kontes ini di antaranya jumlah sisir per tandan, keseragaman ukuran, keseragaman bentuk, tingkat ketuaan buah, dan kemulusan kulit. Pemilik pisang terbaik akan diberikan penghargaan berupa uang pembinaan.“Nanti bagi pisang yang menyabet juara, baik satu, dua, maupun tiga, akan dilelang secara terbuka di sini juga. Dengan demikian, ada tambahan hasil bagi petani pemenang,” tandasnya.
Suharjono
Bagi pemilik pisang yang besar dan sudah menguning, rasa bangga pun dirasakan. Ini lantaran di depan mata dia akan menjadi pemenang kontes buah pisang kepok yang digelar DTPH Gunungkidul. Usai pembukaan berlangsung, beberapa juri segera mendekati puluhan pisang yang sudah diberikan nomor di setiap tandannya. Satu per satu diteliti kualitas buah yang dihasilkan dari tanaman pisang tersebut.
“Mudah-mudahan pisang saya menjadi juaranya,” ucap Sugeng salah satu peserta kontes pisang kepok dari Kecamatan Nglipar. Dia pun mengaku bangga bisa ikut kontes pisang dari hasil kebunnya sendiri. Upaya pemupukan yang baik menjadi salah satu kunci sukses menanam pisang. Selain bisa menghasilkan buah yang banyak dan besar, harganya juga lumayan bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga. “Kalau lumayan besar yabisa Rp100.000, bahkan lebih kalau dibeli tengkulak,” tuturnya di sela-sela kontes, kemarin.
Meski tanaman pisang merupakan tanaman tambahan, namun potensi pisang di Gunungkidul cukup besar. Sangat wajar hingga saat ini Gunungkidul termasuk penyuplai terbesar pisang di DIY dan Jawa Tengah. Kepala DTPH Gunungkidul Azman Latif mengatakan, berdasarkan data di dinasnya, pada 2013 lalu, produksi buah pisang di Gunungkidul mencapai 378.467 tandan.
Pada 2014 ini, jumlahnya diprediksi naik karena memasuki musim penghujan. “Ini karena pisang mudah tumbuh di 18 kecamatan di Gunungkidul, jika perawatan tanaman ini dilakukan dengan benar, sebenarnya menawarkan untung yang berlipat,” ungkapnya. Meski demikian, belum banyak petani di Gunungkidul yang fokus untuk membudidayakan tanaman pisang.
Umumnya, petani di Gunungkidul menanam pisang hanya sebagai pekerjaan sampingan. Itu saja perawatannya tidak dilakukan dengan benar dan hanya sekadar dibiarkan. “Keinginan petani Gunungkidul untuk ngopeni pisang secara benar, apalagi merawatnya, masih sangat minim. Padahal tanaman pisang ini hasilnya sangat banyak jika dibandingkan dengan tanaman hortikultura lainnya,” ungkapnya.
Ketua Panitia kontes pisang DTPH 2014 Yuni Hartini mengatakan, upaya mengadakan kontes pisang ini dilakukan untuk memacu semangat petani menanam pisang. Banyaknya areal lingkungan rumah yang belum dimanfaatkan maksimal menjadi salah satu alasan mendorong upaya gemar menanam pisang ini. ”Karena sebenarnya memang memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak ruang terbuka di sekitar pekarangan rumah,” ucapnya.
Indikator penilaian yang diterapkan dalam kontes ini di antaranya jumlah sisir per tandan, keseragaman ukuran, keseragaman bentuk, tingkat ketuaan buah, dan kemulusan kulit. Pemilik pisang terbaik akan diberikan penghargaan berupa uang pembinaan.“Nanti bagi pisang yang menyabet juara, baik satu, dua, maupun tiga, akan dilelang secara terbuka di sini juga. Dengan demikian, ada tambahan hasil bagi petani pemenang,” tandasnya.
Suharjono
(ftr)