Pasien RSUD Wonosari Membeludak
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Pasien RSUD Wonosari membeludak. Imbasnya, manajemen RSUD Wonosari terpaksa mengarahkan pasien yang membutuhkan rawat inap untuk berobat di rumah sakit lain atau puskesmas yang melayani rawat inap.
Kepala Bidang Pelayanan dan Ke perawatan RSUD Wonosari Triyani Heni Astuti menjelaskan, saat ini pihaknya memiliki 169 tempat tidur pasien. Semua sudah terisi pasien yang kebanyakan menderita penyakit musiman. Selain itu, adanya pelayanan bedah ortopedi serta bedah umum membuat banyak pasien yang menggunakan jasa RSUD untuk berobat.
“Jadi semua bed kami terisi penuh pasien saat ini. Jadi kalau ada warga yang membutuhkan rawat inap, kami sarankan ke rumah sakit lain atau di puskesmas rawat inap,” katanya kepada wartawan, kemarin.
Beberapa penyakit musiman yang menjadi langganan pasien yang harus rawat inap di antaranya adalah diare serta tifus. Selain itu juga penyakit lain seperti demam berdarah. Diakuinya, sebagian besar pasien yang kini ditangani RSUD merupakan warga kurang mampu atau pemegang kartu jaminan kesehatan (Jamkesmas).
Namun demikian, pihak rumah sakit tetap memberikan pelayanan maksimal, meski harus menunggu klaim pe ngobatan dari BPJS. Ke depan, dengan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) bagi warga atau pasien yang akan berobat dan membutuhkan rawat inap, bisa melihat keadaan semua kamar dengan videotron yang terpampang.
”Sekarang kami masih manual. Jadi ke depan jika sudah jadi SIMRS, maka pasien yang akan rawat inap bisa mengetahui ketersediaan kamar. Kalau habis ya langsung ke rumah sakit lain, semua akan terpampang,” katanya.
Terpisah, Ketua Komisi D DPRD Gunungkidul M Dody Wijaya berpendapat, transparansi manajemen RSUD menjadi hal yang penting untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Selain itu, mutu pelayanan juga menjadi hal yang sering kali menjadi sorotan publik.
”Sekarang eranya keterbukaan, kalau memang penuh, ya katakan penuh dengan argumen yang jelas pula. Masyarakat akan memahami dan akan pindah rumah sakit juga,” ulasnya. Dia berharap pola keterbukaan terus dikembangkan sehingga hal ini memacu pelayanan yang maksimal pula.
Suharjono
Kepala Bidang Pelayanan dan Ke perawatan RSUD Wonosari Triyani Heni Astuti menjelaskan, saat ini pihaknya memiliki 169 tempat tidur pasien. Semua sudah terisi pasien yang kebanyakan menderita penyakit musiman. Selain itu, adanya pelayanan bedah ortopedi serta bedah umum membuat banyak pasien yang menggunakan jasa RSUD untuk berobat.
“Jadi semua bed kami terisi penuh pasien saat ini. Jadi kalau ada warga yang membutuhkan rawat inap, kami sarankan ke rumah sakit lain atau di puskesmas rawat inap,” katanya kepada wartawan, kemarin.
Beberapa penyakit musiman yang menjadi langganan pasien yang harus rawat inap di antaranya adalah diare serta tifus. Selain itu juga penyakit lain seperti demam berdarah. Diakuinya, sebagian besar pasien yang kini ditangani RSUD merupakan warga kurang mampu atau pemegang kartu jaminan kesehatan (Jamkesmas).
Namun demikian, pihak rumah sakit tetap memberikan pelayanan maksimal, meski harus menunggu klaim pe ngobatan dari BPJS. Ke depan, dengan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) bagi warga atau pasien yang akan berobat dan membutuhkan rawat inap, bisa melihat keadaan semua kamar dengan videotron yang terpampang.
”Sekarang kami masih manual. Jadi ke depan jika sudah jadi SIMRS, maka pasien yang akan rawat inap bisa mengetahui ketersediaan kamar. Kalau habis ya langsung ke rumah sakit lain, semua akan terpampang,” katanya.
Terpisah, Ketua Komisi D DPRD Gunungkidul M Dody Wijaya berpendapat, transparansi manajemen RSUD menjadi hal yang penting untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Selain itu, mutu pelayanan juga menjadi hal yang sering kali menjadi sorotan publik.
”Sekarang eranya keterbukaan, kalau memang penuh, ya katakan penuh dengan argumen yang jelas pula. Masyarakat akan memahami dan akan pindah rumah sakit juga,” ulasnya. Dia berharap pola keterbukaan terus dikembangkan sehingga hal ini memacu pelayanan yang maksimal pula.
Suharjono
(ftr)