Warga Blitar Tolak Penguburan Belasan Sapi Terduga Anthrax

Sabtu, 06 Desember 2014 - 07:23 WIB
Warga Blitar Tolak Penguburan...
Warga Blitar Tolak Penguburan Belasan Sapi Terduga Anthrax
A A A
BLITAR - Penguburan belasan ekor bangkai sapi perah yang mati mendadak di Desa Kendalrejo, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar sempat menimbulkan pro kontra.

Sejumlah warga mendesak Yudiono, pemilik sapi untuk membawa bangkai ke luar desa. Warga khawatir bangkai sapi akan menular ke sapi sehat dan manusia. Hal itu mengingat gejala klinis kematian sapi menyerupai serangan penyakit Anthrax.

“Warga sempat resah dan panik, “ ujar Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Blitar Mashudi. Selisih pendapat dan keresahan warga itu akhirnya berhasil diredam.

Mengacu pada prosedur penanganan sapi yang mati akibat Anthrax, bangkai hewan justru harus dikubur dibawah kandang.

“Akhirnya semuanya legowo untuk dikubur ditempatnya berada. Justru resikonya akan semakin luas kalau dibawa keluar,“ timpal Mashudi.

Dari 30 sapi milik Yudiono, 14 ekor diantaranya tiba tiba mati dengan gejala tidak lazim. Sejak hari raya Idul Adha lalu, kematian tersebut berlangsung beruntun.

Paling parah sekitar seminggu ini. Delapan ekor sapi tiba kaku dan ambruk. Pada bagian mulut, hidung dan kelamin sapi mengucurkan darah. Gejala kematian hewan yang mengarah pada ciri penyakit Anthrax.

Mashudi mengakui bahwa kabar kematian sapi dan kecurigaan Anthrax di Desa Kendalrejo telah meresahkan peternak di daerah lainnya.

Hal itu mengingat populasi sapi perah dan potong yang ada di Kabupaten Blitar mencapai 140.000 ekor. Padahal di sisi lain belum ada kepastian bahwa penyebab kematian adalah bakteri Anthrax.

Sebab hasil sampel darah bangkai sapi yang dibawa ke Laboratorium Balai Besar Veteriner Daerah Istimewa Yogyakarta juga belum keluar. Mashudi justru mencurigai kemungkinan penyakit lain sebagai penyebab kematian.

“Hal itu mengingat kandang sapi yang mati ini tidak layak. Sangat kotor dan tidak hiegenis. Harapan kami semoga bukan anthrax. Kendati demikian kami terus bersosialisasi kepada semua peternak untuk tidak panik dan tetap waspada, “ jelasnya.

Sebagai tindak lanjut penanganan, petugas medis peternakan langsung terjun ke lapangan untuk melakukan vaksinasi. Selain itu petugas juga membuat ruang karantina di lokasi kematian sapi dengan tujuan melokalisir sapi mati dari yang sehat. Hingga saat ini dinas

“Kami juga mengimbau kepada para peternak untuk selalu menggunakan sarung tangan saat menyentuh bangkai sapi, “ timpal Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Yuda Satya.

Sementara dampak sosial ekonomi dari kematian sapi yang diduga terjangkit anthrax, pihak koperasi unit desa (KUD) setempat tidak menerima lagi hasil produksi susu sapi perah milik Yudiono. Alasannya secara implisit disampaikan takut susu yang ada akan menularkan bakteri penyakit.

“Terpaksa semua susu harus dibuang sia sia. Apalagi sapi yang masih hidup, kini juga terlihat kurang sehat, “ tuturnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1430 seconds (0.1#10.140)