Longsoran Batu Ancam Pemukiman Warga
A
A
A
SLEMAN - Batuan yang ada di perbukitan Bokoharjo, Prambanan, mengancam pemukiman warga Dusun Gunungharjo, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman.
Hal ini menyusul longsornya batu berdiameter 2,5 meter dari atas bukit tersebut dan menimpa rumah warga setempat. Ditengarai masih banyak batu dengan ukuran lebih besar berada di atas bukit Bokoharjo. Sebelumnya, Rabu (3/12) siang rumah Purwadi warga Gunungharjo tertimpa batu berdiameter 2,5 meter yang mengakibatkan dinding rumahnya jebol.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Juli Setiyono Dwiwasito mengatakan, batu yang longsor ini awalnya melekat dengan akar yang ada di atas perbukitan Bokoharjo, namun karena tergerus hujan, akar yang melilit batu lepas dan meluncur ke bawah. “Dari hasil survei, di atas masih ada beberapa batu sehingga cukup berbahaya,” ungkapJuli saat meninjau lokasi longsornya batu di perbukitan Bokoharjo, Prambanan, Sleman, kemarin.
Untuk mengantisipasi hal tersebut pihaknya langsung meminta warga untuk meningkatkan kewaspadaan. Sosialisasi tentang kebencanaan juga digiatkan. “Sosialisasi akan kami berikan malam ini (kemarin, red). Selain itu pada anggaran 2015, akan mengadakan kegiatan secara detail,” paparnya.
Menurut Juli, selain perbukitan Bokoharjo, ada dua perbukitan di Kecamatan Prambanan lagi yang berpotensi longsor, yaitu perbukitan Gunung Cilik Jonggalan, Madurejo dan Watukangsi, Wukirharjo. Sedangkan kecamatan lain yang berpotensi longsor lain, yaitu Kecamatan Gamping, Godean, Turi, Pakem dan Cangkringan. “Untuk itu, kami meminta warga meningkatkan kewaspadaan dan keamanan," ungkapnya.
Bupati Sleman Sri Purnomo menambahkan, karena di atas bukit masih ada beberapa batu besar dan patahan batu yang berpotensi longsor, meminta wargayangberada dibawah bukit untuk waspada dan berhati-hati. “Terutama saat hujan tiba harus selalu meningkatkan kewaspadaandan yang lebih penting pada malam hari dilakukan posko ronda,” ucapnya.
Sri Purnomo mengakui ada beberapa tempat yang berpotensi menimbulkan bencana lolos dari pengamatan, apalagi peta daerah yang rawan bencana tidak sedikit. Sehingga baru diketahui ketika bencana itu terjadi. “Untuk itu, ke depan, segala kemungkinan dan beberapa tempat yang berpotensi bahaya akan terus diamati, terutama pada musim penghujan,” ucapnya.
Warga Gunungharjo, Bokoharjo, Prambanan, Dian Puspita Sari, 26, yang rumahnya terkena batu mengatakan, sebelum batu besar itu longsor, diawali dengan suara gemuruh. Namun saat itu tidak mengira ada batu yang longsor dari atas bukit.
Suara itu diduga berasal dari suara orang yang sedang melakukan pengerjaan bangunan. Sebab di sebelah kanannya baru ada perbaikan sekolah. “Akan tetapi lama-lama suara itu semakin keras dan membentur tembok belakang rumahnya. Saat dilihat tembok belakang sudah jebol oleh batu itu,” ucap Dian.
Akibat longsornya batu itu, meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, namun menyebabkan jebolnya tembok rumah bagian belakang dengan diameter empat meter dan beberapa perabotan rumah tangga serta elektronik yang ada di dalam rumah mengalami kerusakan. Kerugian diperkirakan mencapai Rp10 juta.
Camat Prambanan, Abu Bakar sebelumnya menerangkan, untuk meminimalisasi dampak bencana, pemerintah kecamatan telah memberikan surat edaran ke pemerintah desa dan masyarakat agar lebih meningkatkan kewaspadaan.
Dari edaran itu, masyarakat dan perangkat desa yang melihat ada tanah atau bebatuan di atas bukit yang rawan jatuh diminta segera melapor. “Kami telah siapkan tim gerak cepat untuk menangani bencana, termasuk batu jatuh dengan nama Bandung Bondowoso tim itu yang dulunya bertugas menghancurkan bebatuan diatas bukit yang rawan jatuh,” ujarnya.
Dikatakan Abu Bakar, di Kecamatan Prambanan terdapat 280 kepala keluarga (KK) yang rawan terkena dampak bencana longsor bebatuan atau tanah bukit.
Priyo Setyawan/ Muji Barnugroho
Hal ini menyusul longsornya batu berdiameter 2,5 meter dari atas bukit tersebut dan menimpa rumah warga setempat. Ditengarai masih banyak batu dengan ukuran lebih besar berada di atas bukit Bokoharjo. Sebelumnya, Rabu (3/12) siang rumah Purwadi warga Gunungharjo tertimpa batu berdiameter 2,5 meter yang mengakibatkan dinding rumahnya jebol.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Juli Setiyono Dwiwasito mengatakan, batu yang longsor ini awalnya melekat dengan akar yang ada di atas perbukitan Bokoharjo, namun karena tergerus hujan, akar yang melilit batu lepas dan meluncur ke bawah. “Dari hasil survei, di atas masih ada beberapa batu sehingga cukup berbahaya,” ungkapJuli saat meninjau lokasi longsornya batu di perbukitan Bokoharjo, Prambanan, Sleman, kemarin.
Untuk mengantisipasi hal tersebut pihaknya langsung meminta warga untuk meningkatkan kewaspadaan. Sosialisasi tentang kebencanaan juga digiatkan. “Sosialisasi akan kami berikan malam ini (kemarin, red). Selain itu pada anggaran 2015, akan mengadakan kegiatan secara detail,” paparnya.
Menurut Juli, selain perbukitan Bokoharjo, ada dua perbukitan di Kecamatan Prambanan lagi yang berpotensi longsor, yaitu perbukitan Gunung Cilik Jonggalan, Madurejo dan Watukangsi, Wukirharjo. Sedangkan kecamatan lain yang berpotensi longsor lain, yaitu Kecamatan Gamping, Godean, Turi, Pakem dan Cangkringan. “Untuk itu, kami meminta warga meningkatkan kewaspadaan dan keamanan," ungkapnya.
Bupati Sleman Sri Purnomo menambahkan, karena di atas bukit masih ada beberapa batu besar dan patahan batu yang berpotensi longsor, meminta wargayangberada dibawah bukit untuk waspada dan berhati-hati. “Terutama saat hujan tiba harus selalu meningkatkan kewaspadaandan yang lebih penting pada malam hari dilakukan posko ronda,” ucapnya.
Sri Purnomo mengakui ada beberapa tempat yang berpotensi menimbulkan bencana lolos dari pengamatan, apalagi peta daerah yang rawan bencana tidak sedikit. Sehingga baru diketahui ketika bencana itu terjadi. “Untuk itu, ke depan, segala kemungkinan dan beberapa tempat yang berpotensi bahaya akan terus diamati, terutama pada musim penghujan,” ucapnya.
Warga Gunungharjo, Bokoharjo, Prambanan, Dian Puspita Sari, 26, yang rumahnya terkena batu mengatakan, sebelum batu besar itu longsor, diawali dengan suara gemuruh. Namun saat itu tidak mengira ada batu yang longsor dari atas bukit.
Suara itu diduga berasal dari suara orang yang sedang melakukan pengerjaan bangunan. Sebab di sebelah kanannya baru ada perbaikan sekolah. “Akan tetapi lama-lama suara itu semakin keras dan membentur tembok belakang rumahnya. Saat dilihat tembok belakang sudah jebol oleh batu itu,” ucap Dian.
Akibat longsornya batu itu, meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, namun menyebabkan jebolnya tembok rumah bagian belakang dengan diameter empat meter dan beberapa perabotan rumah tangga serta elektronik yang ada di dalam rumah mengalami kerusakan. Kerugian diperkirakan mencapai Rp10 juta.
Camat Prambanan, Abu Bakar sebelumnya menerangkan, untuk meminimalisasi dampak bencana, pemerintah kecamatan telah memberikan surat edaran ke pemerintah desa dan masyarakat agar lebih meningkatkan kewaspadaan.
Dari edaran itu, masyarakat dan perangkat desa yang melihat ada tanah atau bebatuan di atas bukit yang rawan jatuh diminta segera melapor. “Kami telah siapkan tim gerak cepat untuk menangani bencana, termasuk batu jatuh dengan nama Bandung Bondowoso tim itu yang dulunya bertugas menghancurkan bebatuan diatas bukit yang rawan jatuh,” ujarnya.
Dikatakan Abu Bakar, di Kecamatan Prambanan terdapat 280 kepala keluarga (KK) yang rawan terkena dampak bencana longsor bebatuan atau tanah bukit.
Priyo Setyawan/ Muji Barnugroho
(ftr)