Pedagang Pasar Ikut Pakai Kebaya dan Surjan

Jum'at, 05 Desember 2014 - 10:29 WIB
Pedagang Pasar Ikut...
Pedagang Pasar Ikut Pakai Kebaya dan Surjan
A A A
YOGYAKARTA - Suasana 31 pasar tradisional yang ada di Kota Yogyakarta mulai Kamis Pahing (4/12) kemarin sedikit berubah.

Pedagang mengenakan pakaian adat khas Yogyakarta mengikuti kebijakan Wali Kota Yogyakarta bagi para PNS-nya. Meski harus bergelut dengan berbagai barang dagangan seperti sayur maupun barang kebutuhan rumah tangga lainnya, keberadaan surjan ataupun kebaya dengan kain jarik tidak mengurangi keluwesan melayani pembeli.

Justru suasana yang terbangun seperti di Pasar Talok, Baciro, kemarin menjadi meriah karena ada hiburan organ tunggal yang disiapkan untuk menghibur hari pertama pengenakan pakaian adat oleh pedagang. “ Semua pedagang nyamannyaman saja memakai kebaya atau surjan. Sejak berangkat dari rumah sudah dipakai,” kata Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Talok, Sri Sudiyanti.

Dengan pengenaan pakaian adat, nuansa tradisional semakin terbangun di pasar yang pengelolaannya di bawah kendali Dinas Pengelolaan Pasar (Dinlopas) Kota Yogyakarta tersebut. Suasana itulah yang diinginkan sehingga mampu menarik pembeli untuk datang membelanjakan uangnya.

Semangat untuk ikut nguringuri kebudayaan seperti yang diatur dalam Keputusan Wali Kota Yogyakarta nomor 173/2014 terlihat menguat setelah agenda pertama penggunaan pakaian adat di pasar tersebut. Sejumlah paguyuban pedagang berwacana untuk melakukan penyeragaman pakaian yang akan dikenakan setiap 35 hari sekali tersebut.

”Kami hanya berikan edaran berisi imbauan. Hari ini di setiap pasar hampir 90% pedagang mempergunakannya.” “Tidak ada yang mengeluh. Bahkan sudah muncul wacana di masing-masing pasar akan mem buat seragam untuk memperlihatkan kekompakan,” ucap Kepala Dinlopas Kota Yogyakarta Maryustion Tonang di sela-sela mengunjungi sejumlah pasar tradisional.

Meski harus mengeluarkan dana tambahan secara swadaya untuk pembelian pakaian seperti surjan dan kebaya dan berencana membuat seragam, para pedagang sangat mendukung kebijakan penggunaan pakaian adat. Hal tersebut diklaim semakin menunjukkan keistimewaan Yogyakarta dalam hal mampu menjaga kelestarian kebudayaan yang ada.

Maryustion menyebutkan, upaya menggugah banyak pihak untuk mau menggunakan pakaian adat tidak mudah dilakukan. Itu dipengaruhi oleh harus dilakukannya perubahan perilaku dan gaya hidup. Namun setelah dilakukan uji coba pertama di Kamis kemarin, kini semangat untuk ikut melestarikan budaya berupa pakaian adat justru semakin menguat di kalangan pedagang pasar tradisional.

”Syukur-syukur ini menjadi ikon, sehingga wisata belanja ke pasar tradisional semakin berkembang dengan baik. Yang akan merasakan dampaknya tentu adalah pedagang yang tidak lain adalah warga kami sendiri,” kata Maryustion. Jika semangat untuk ikut memiliki pasar yang dijadikan tempat berdagang semakin menguat, Maryustion berharap akan terbangun pemikiran manajemen usaha modern di diri para pedagang pasar tradisional.

Sehingga ke depan kegiatan seperti gebyar promo pasar bisa semakin dikelola secara mandiri oleh para pedagang. Jika pengelolaan usaha yang dilakukan pedagang semakin maju dan mandiri, maka intervensi pemerintah bisa dialihkan ke kebutuhan yang lain.

“Kalau pedagang sudah bisa mandiri berpromosi, maka alokasi anggaran bisa dialihkan ke kebutuhan lain seperti pembenahan fasilitas umum yang ada,” tandas Maryustion.

Maha Deva
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0723 seconds (0.1#10.140)