Sosok Kakak Pengayom Keluarga dan Rekannya
A
A
A
SALATIGA - Suasana duka masih menyelimuti keluarga Fatkhun Nadjib AS, 50, pria kelahiran Salatiga yang meninggal dunia setelah tersambar mobil di jalur paling kiri Tol Cikampek pada Sabtu (29/11) malam.
Keluarga offroader senior berambut gondrong itu, masih memendam kesedihan. Bagi keluarga, putra pertama dari lima bersaudara pendiri Pondok Pesantren An Nida Ledok, Argomulyo, Almarhum KH Ali Asad ini adalah sosok kakak yang ngayomi bagi keempat adiknya. Bahkan, adik-adik pria yang akrab dipanggil Pakde Nadjib ini sudah dianggap sebagai pengganti ayahnya.
Karena itu, mereka akan terus mengenang kakaknya. “Bagi kami, Mas Nadjib adalah sosok kakak pengayom keluarga. Bahkan, beliau dikenal rela berkorban untuk teman-temannya. Kebaikannya akan terus kami kenang sampai akhir hayat,” ucap adik perempuan Nadjib, Fatmawati, 39, saat ditemui KORAN SINDO di rumahnya di Ledok, Argomulyo, Salatiga, kemarin.
Kejadian yang menimpa kakaknya tersebut membuat keluarga dan rekan-rekannya di Salatiga terkejut. Sebab, sepekan sebelum kejadian Nadjib pulang ke Salatiga. Seperti biasa, dia menyambangi beberapa rekan masa mudanya sesama penggemar offroad . “Sepekan sebelum kejadian, beliau pulang ke Salatiga. Katanya kangen sama ibu,” ungkapnya.
Di mata keluarga, Nadjib dianggap sebagai pengganti sang ayah yang sudah lebih dahulu meninggal pada 2003. Nadjib tipikal orang yang pemberani dan rela berkorban demi keluarga dan rekannya.
Sebelum meninggal, Nadjib sempat berseloroh kepada Fatmawati jika suatu saat meninggal dunia, minta bunga tabur makamnya diganti potongan-potongan ban mobilnya. “Itu wasiat terakhirnya. Sebelumnya, saya tidak mengira jika itu wasiat terakhirnya,” papar Fatmawati.
Hal yang sama diungkapkan oleh sahabat Nadjib dari Bogor, Dian Suwono, 49. Dian menilai Nadjib merupakan sosok bapak bagi para sahabatnya sesama perantau di Jakarta.
Angga Rosa
Keluarga offroader senior berambut gondrong itu, masih memendam kesedihan. Bagi keluarga, putra pertama dari lima bersaudara pendiri Pondok Pesantren An Nida Ledok, Argomulyo, Almarhum KH Ali Asad ini adalah sosok kakak yang ngayomi bagi keempat adiknya. Bahkan, adik-adik pria yang akrab dipanggil Pakde Nadjib ini sudah dianggap sebagai pengganti ayahnya.
Karena itu, mereka akan terus mengenang kakaknya. “Bagi kami, Mas Nadjib adalah sosok kakak pengayom keluarga. Bahkan, beliau dikenal rela berkorban untuk teman-temannya. Kebaikannya akan terus kami kenang sampai akhir hayat,” ucap adik perempuan Nadjib, Fatmawati, 39, saat ditemui KORAN SINDO di rumahnya di Ledok, Argomulyo, Salatiga, kemarin.
Kejadian yang menimpa kakaknya tersebut membuat keluarga dan rekan-rekannya di Salatiga terkejut. Sebab, sepekan sebelum kejadian Nadjib pulang ke Salatiga. Seperti biasa, dia menyambangi beberapa rekan masa mudanya sesama penggemar offroad . “Sepekan sebelum kejadian, beliau pulang ke Salatiga. Katanya kangen sama ibu,” ungkapnya.
Di mata keluarga, Nadjib dianggap sebagai pengganti sang ayah yang sudah lebih dahulu meninggal pada 2003. Nadjib tipikal orang yang pemberani dan rela berkorban demi keluarga dan rekannya.
Sebelum meninggal, Nadjib sempat berseloroh kepada Fatmawati jika suatu saat meninggal dunia, minta bunga tabur makamnya diganti potongan-potongan ban mobilnya. “Itu wasiat terakhirnya. Sebelumnya, saya tidak mengira jika itu wasiat terakhirnya,” papar Fatmawati.
Hal yang sama diungkapkan oleh sahabat Nadjib dari Bogor, Dian Suwono, 49. Dian menilai Nadjib merupakan sosok bapak bagi para sahabatnya sesama perantau di Jakarta.
Angga Rosa
(ftr)