Rumah Khusus untuk ADHA Segera Dibangun
A
A
A
MEDAN - Pemerintah Kota (Pemko) Medan berjanji membangun rumah aman untuk anak dengan HIV/AIDS (ADHA). Rumah ini juga dapat sebagai rumah aman untuk anak- anak lain, seperti anak korban kekerasan.
Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin, mengatakan, rumah aman itu bertujuan memberi perlindungan pada anak-anak dengan HIV/AIDS yang selama ini kurang mendapat perhatian dari berbagai pihak, terutama bagi ADHA yang sudah yatim piatu. “Dengan berada di rumah aman, anak-anak ini nantinya tetap dapat terjamin tumbuh kembangnya, pendidikan, juga kesehatannya,” ungkap Eldin saat menerima audiensi Forum Peduli ADHA di rumah dinas wali kota, kemarin.
Saat ini, Pemko Medan masih mencari formula atau regulasi yang tepat untuk rumah aman itu. Karena itu, konsep rumah aman bagi ADHA ini akan dibahas dalam seminar yang akan digelar Forum Peduli ADHA bekerja sama dengan Pemko Medan. Seminar bertajuk “Kita Harus Ada untuk ADHA” direncanakan digelar di Hotel Garuda Plaza Medan pada 11 Desember mendatang.
“Dari forum ini memang kita berharap (ada formula) untuk bisa membangun rumah aman bagi ADHA. Kita akan mengkaji seperti apa regulasinya. Untuk pendanaannya, jika tidak memungkinkan dari dana pemerintah, akan kita upayakan dari para donatur, dan pemko siap memfasilitasinya,” ungkap Eldin.
Dalam audiensi itu turut hadir lembaga lainnya yang tergabung dalam Forum Peduli ADHA, yakni Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI), FP5A Sumut, Forwakes, Medan Plus, dan KPAID. Sementara wali kota didampingi Kadis Kesehatan, Usma Polita Nasution; dan Asisten Kesejahteraan Masyarakat (Askesmas), Erwin Lubis.
Ketua Panitia Pelaksana, Saurma MGP Siahaan, mengatakan, forum ini muncul sebagai bentuk keprihatinan terhadap meninggalnya seorang ADHA, yakni NL. “NL merupakan ADHA yatim piatu yang harus memiliki pengalaman miris dalam memperjuangkan hidupnya bersama kakaknya, hingga akhirnya meninggal dengan kondisi sakit parah,” ujar Saurma.
Berangkat dari pengalaman inilah, pihaknya menilai ada banyak hal yang sebenarnya dapat dilakukan agar kasus serupa pada NL tidak dialami anak lainnya. “Di sinilah kami berharap ada koordinasi dengan instansi terkait, sehingga kami bisa berbuat dan mengantisipasi kasuskasus seperti ini ke depannya. Jadi, perlindungan terhadap ADHA di Medan bisa dilakukan dengan maksimal,” ujar Saurma.
Ketua FJPI Medan yang juga Sekretaris Forum Peduli ADHA, Khairiah Lubis, menambahkan, dengan forum ini nantinya diharapkan dapat memenuhi hakhak anak terutama ADHA. Hal ini berangkat dari pengalaman NL yang sudah bersama dengan mereka selama empat tahun.
“NL ini tidak memiliki rumah tinggal. Sepeninggal ibu dan bapaknya, keluarganya juga kurang memperhatikan mereka. Akhirnya, hidupnya berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan kondisi ini tentunya tidak baik terhadap dirinya yang sudah terinfeksi virus HIV/AIDS,” ungkap Khairiah.
Lia Anggia Nasution
Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin, mengatakan, rumah aman itu bertujuan memberi perlindungan pada anak-anak dengan HIV/AIDS yang selama ini kurang mendapat perhatian dari berbagai pihak, terutama bagi ADHA yang sudah yatim piatu. “Dengan berada di rumah aman, anak-anak ini nantinya tetap dapat terjamin tumbuh kembangnya, pendidikan, juga kesehatannya,” ungkap Eldin saat menerima audiensi Forum Peduli ADHA di rumah dinas wali kota, kemarin.
Saat ini, Pemko Medan masih mencari formula atau regulasi yang tepat untuk rumah aman itu. Karena itu, konsep rumah aman bagi ADHA ini akan dibahas dalam seminar yang akan digelar Forum Peduli ADHA bekerja sama dengan Pemko Medan. Seminar bertajuk “Kita Harus Ada untuk ADHA” direncanakan digelar di Hotel Garuda Plaza Medan pada 11 Desember mendatang.
“Dari forum ini memang kita berharap (ada formula) untuk bisa membangun rumah aman bagi ADHA. Kita akan mengkaji seperti apa regulasinya. Untuk pendanaannya, jika tidak memungkinkan dari dana pemerintah, akan kita upayakan dari para donatur, dan pemko siap memfasilitasinya,” ungkap Eldin.
Dalam audiensi itu turut hadir lembaga lainnya yang tergabung dalam Forum Peduli ADHA, yakni Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI), FP5A Sumut, Forwakes, Medan Plus, dan KPAID. Sementara wali kota didampingi Kadis Kesehatan, Usma Polita Nasution; dan Asisten Kesejahteraan Masyarakat (Askesmas), Erwin Lubis.
Ketua Panitia Pelaksana, Saurma MGP Siahaan, mengatakan, forum ini muncul sebagai bentuk keprihatinan terhadap meninggalnya seorang ADHA, yakni NL. “NL merupakan ADHA yatim piatu yang harus memiliki pengalaman miris dalam memperjuangkan hidupnya bersama kakaknya, hingga akhirnya meninggal dengan kondisi sakit parah,” ujar Saurma.
Berangkat dari pengalaman inilah, pihaknya menilai ada banyak hal yang sebenarnya dapat dilakukan agar kasus serupa pada NL tidak dialami anak lainnya. “Di sinilah kami berharap ada koordinasi dengan instansi terkait, sehingga kami bisa berbuat dan mengantisipasi kasuskasus seperti ini ke depannya. Jadi, perlindungan terhadap ADHA di Medan bisa dilakukan dengan maksimal,” ujar Saurma.
Ketua FJPI Medan yang juga Sekretaris Forum Peduli ADHA, Khairiah Lubis, menambahkan, dengan forum ini nantinya diharapkan dapat memenuhi hakhak anak terutama ADHA. Hal ini berangkat dari pengalaman NL yang sudah bersama dengan mereka selama empat tahun.
“NL ini tidak memiliki rumah tinggal. Sepeninggal ibu dan bapaknya, keluarganya juga kurang memperhatikan mereka. Akhirnya, hidupnya berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan kondisi ini tentunya tidak baik terhadap dirinya yang sudah terinfeksi virus HIV/AIDS,” ungkap Khairiah.
Lia Anggia Nasution
(ftr)