iBlind, Prototipe HP Khusus Tunanetra
A
A
A
YOGYAKARTA - Berawal dari pengalaman melihat tetangga penyandang tunanetra yang kesulitan menggunakan handphone (HP), mahasiswa Fakultas Teknik UGM membuat prototipe iBlind.
Alat yang mampu mengubah huruf digital menjadi huruf braille tersebut diharapkan mampu membantu para penyandang tunanetra menggunakan alat komunikasi tanpa perlu bantuan orang lain lagi. Dia adalah Muhammad Hanif Sugiyanto, mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi UGM.
Bersama temannya Swakresna Edityomurti dari Jurusan Teknologi Jaringan Sekolah Vokasi UGM, mereka mulai mengembangkan iBlind bahkan sejak masih duduk di bangku SMA. ”Proyek iBlind ini terpikirkan saat saya harus membantu tetangga yang tunanetra karena kesulitan menghubungi anaknya dengan HP. Kami pun mulai mengembangkannya hingga saat ini sudah bisa menjadi prototipe dengan penyelesaian sekitar 40%,” ujar Hanif, kemarin.
Kepada wartawan di UGM, alumnus SMAN 6 Yogyakarta ini menuturkan, prototipe i- Blind mereka sudah mampu menerima SMS. Kalimat yang terdapat dalam SMS ditransformasikan ke bentuk huruf braille yang kemudian bisa diraba dan dibaca oleh penggunanya. iBlind terdiri dari tiga komponen yakni display, modul GSM, dan software.
Modul GSM sebagai penerima SMS, software sebagai komponen yang mengubah huruf digital menjadi braille, dan display yang menampilkan huruf braille untuk bisa dibaca. ”Karena ini baru kami kembangkan, kebisaannya memang baru menerima SMS. Kami pun belum sempat mengujicobakannya pada penyandang tunanetra. Kami berkeinginan mengembangkannya secara sempurna dulu baru diujicobakan,” kata Hanif.
Dikatakan Hanif, dengan teknologi yang mereka gunakan, pentransferan bacaan SMS hingga muncul huruf braille hanya membutuhkan waktu sepersekian detik saja. Mereka membutuhkan waktu satu bulan untuk merakit alat itu. Ke depan, mereka ingin mengembangkan prototipe tersebut hingga menjadi sebuah perangkat utuh berbentuk tablet yang bisa dibawa ke mana pun, layaknya HP biasa.
”Rencana pengembangan kami, pada tablet berukuran 8x11cm dengan ketebalan 5mm, kami ingin alat ini layaknya HP tapi khusus tunanetra. Bahkan tak hanya menerima SMS tapi juga mengirim dan bisa digunakan menelepon serta menerima telepon,” katanya. Swakresna menambahkan, pada tablet rencana pengembangan iBlind akan dipasang puluhan refreshable.
Komponen berbentuk layaknya tomboltombol kecil inilah yang nantinya akan membentuk hurufhuruf braille sehingga bisa dibaca ketika diraba. Pada papan ini nantinya bisa memunculkan 50 karakter sekali tayang.
”Jika panjang SMS lebih dari 50 karakter, tombol next bisa ditekan sehingga pesan selanjutnya bisa dibaca. Karena nanti rencananya bisa membalas SMS, kami akan mendesain tablet depan belakang. Sisi depan untuk display, sisi belakang untuk mengetik pesan balasan dalam huruf braille yang kemudian ditransformasikan ke huruf digital sebelum dikirim kembali,” katanya.
Pada 1 November 2014 lalu, iBlind telah mendapatkan medali perunggu pada kategori technology for special needs dalam kontes International Exhibition of Young Investors di Jakarta.
Ratih Keswara
Alat yang mampu mengubah huruf digital menjadi huruf braille tersebut diharapkan mampu membantu para penyandang tunanetra menggunakan alat komunikasi tanpa perlu bantuan orang lain lagi. Dia adalah Muhammad Hanif Sugiyanto, mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi UGM.
Bersama temannya Swakresna Edityomurti dari Jurusan Teknologi Jaringan Sekolah Vokasi UGM, mereka mulai mengembangkan iBlind bahkan sejak masih duduk di bangku SMA. ”Proyek iBlind ini terpikirkan saat saya harus membantu tetangga yang tunanetra karena kesulitan menghubungi anaknya dengan HP. Kami pun mulai mengembangkannya hingga saat ini sudah bisa menjadi prototipe dengan penyelesaian sekitar 40%,” ujar Hanif, kemarin.
Kepada wartawan di UGM, alumnus SMAN 6 Yogyakarta ini menuturkan, prototipe i- Blind mereka sudah mampu menerima SMS. Kalimat yang terdapat dalam SMS ditransformasikan ke bentuk huruf braille yang kemudian bisa diraba dan dibaca oleh penggunanya. iBlind terdiri dari tiga komponen yakni display, modul GSM, dan software.
Modul GSM sebagai penerima SMS, software sebagai komponen yang mengubah huruf digital menjadi braille, dan display yang menampilkan huruf braille untuk bisa dibaca. ”Karena ini baru kami kembangkan, kebisaannya memang baru menerima SMS. Kami pun belum sempat mengujicobakannya pada penyandang tunanetra. Kami berkeinginan mengembangkannya secara sempurna dulu baru diujicobakan,” kata Hanif.
Dikatakan Hanif, dengan teknologi yang mereka gunakan, pentransferan bacaan SMS hingga muncul huruf braille hanya membutuhkan waktu sepersekian detik saja. Mereka membutuhkan waktu satu bulan untuk merakit alat itu. Ke depan, mereka ingin mengembangkan prototipe tersebut hingga menjadi sebuah perangkat utuh berbentuk tablet yang bisa dibawa ke mana pun, layaknya HP biasa.
”Rencana pengembangan kami, pada tablet berukuran 8x11cm dengan ketebalan 5mm, kami ingin alat ini layaknya HP tapi khusus tunanetra. Bahkan tak hanya menerima SMS tapi juga mengirim dan bisa digunakan menelepon serta menerima telepon,” katanya. Swakresna menambahkan, pada tablet rencana pengembangan iBlind akan dipasang puluhan refreshable.
Komponen berbentuk layaknya tomboltombol kecil inilah yang nantinya akan membentuk hurufhuruf braille sehingga bisa dibaca ketika diraba. Pada papan ini nantinya bisa memunculkan 50 karakter sekali tayang.
”Jika panjang SMS lebih dari 50 karakter, tombol next bisa ditekan sehingga pesan selanjutnya bisa dibaca. Karena nanti rencananya bisa membalas SMS, kami akan mendesain tablet depan belakang. Sisi depan untuk display, sisi belakang untuk mengetik pesan balasan dalam huruf braille yang kemudian ditransformasikan ke huruf digital sebelum dikirim kembali,” katanya.
Pada 1 November 2014 lalu, iBlind telah mendapatkan medali perunggu pada kategori technology for special needs dalam kontes International Exhibition of Young Investors di Jakarta.
Ratih Keswara
(ftr)