Dokter Hewan Itu, Ilmunya Lebih Banyak

Minggu, 30 November 2014 - 11:20 WIB
Dokter Hewan Itu, Ilmunya...
Dokter Hewan Itu, Ilmunya Lebih Banyak
A A A
MENJADI dokter hewan merupakan jenis profesi yang cukup unik. Tidak semua orang berkeinginan untuk memberikan pengetahuannya bagi kesehatan hewan di bumi.

Masih ada anggapan dokter hewan tidak sepopuler dokter lain, dan peluang kerja juga masih terbatas di Dinas Peternakan

Akan tetapi, bagi Baiq Yunita Arisandi, menjadi dokter hewan memberikan pengalaman dan tantangan sendiri. Bagaimana ia menjalankan profesinya sebagai dokter hewan, berikut kutipan wawancaranya bersama reporter KORAN SINDO PALEMBANG, Tasmalinda baru–baru ini.

Kenapa memilih profesi dokter hewan?

Di keluarga memang ratarata menjadi dokter, tapi semuanya dokter dengan pasien manusia. Dari sini saya berkeinginan untuk berbeda. Itulah kenapa saya memilih dokter hewan. Ditambah orang tua saya juga banyak memelihara satwa di rumah. Itu juga yang menjadi daya tarik saya untuk memilih program kuliah dokter hewan di Universitas Udayana Bali, Fakultas Kesehatan Hewan (FKH) pada tahun 1998. Baru pada tahun 2005, menamatkan kuliah dan tinggal di ibu kota, Jakarta. Tahun 2010 dinyatakan lulus tes kepegawaian di Provinsi Sumsel dan sampai sekarang menjadi staf di Dinas Peternakan Sumsel.

Mengapa tidak memilih dokter anak dan dokter yang lebih populer lainnya?

Bagi saya, profesi dokter hewan itu menyenangkan. Ilmu kedokteran hewan itu memiliki banyak tantangan. Jika dibandingkan dengan dokter pada umumnya, dokter hewan memiliki ilmu yang lebih banyak. Misalnya, pada dokterumum hanya mempelajari anatomi manusia. Sementara kami, dokter hewan mempelajari banyak anatomi hewan. Ilmu didokter hewan itu lebih beragam dan unik.

Profesi dokter hewan belum mendapatkan tempat maksimal oleh pemerintah. Paling hanya dinas tertentu seperti peternakan saja. Tanggapannya ?

Benar. Saya juga merasakan hal tersebut. Di provinsi saja, hanya ada 11 orang dokter hewan, sementara di Kota Palembang hanya empat orang. Bahkan, ada kabupaten di Sumsel yang belum memiliki dokter hewan yakni Kabupaten OKU Selatan. Kondisi ini hampir terjadi merata di Indonesia. Karena itu, memang pemerintah daerah harus memaksimalkan peran dokter hewan di setiap lini pekerjaanyang membutuhkan otoritaskesehatan hewan. Lalu, bagaimana di OKUS itu, siapa yang akan bertanggung jawab atas otoritas kesehatan hewannya (otoritaspretiers), yang hanya berhak dikeluarkan oleh dokter hewan?

Untuk Provinsi Sumsel sendiri, menurut Anda apa yang harus dilakukan hingga profesi dokter hewan lebih diberdayakan?

Untuk Sumsel yang memiliki program ketahanan pangan, dan menggalakkan peternakan, dokter hewan hendaknya makin dilibatkan. Salah satunya, Sumsel memiliki program Integrasi Sapi Sawit, yang bertujuan pada pengembangbiakkan. Tentu diperlukan kesehatan reproduksi hewan yang memerlukan pemeriksaan rutin dan itulah yang menjadi peran serta dokter hewan.

Sebenarnya di pemerintahan, dokter hewan dapat mengisi posisi apa saja?

Profesi dokter hewan itu sebenarnya luas. Seorang dokter hewan memiliki rumpun dasar pembelajaran ilmu pada lima klasifikasi hewan, diantaranya hewan ternak, hewan konservasi, hewan langka, hewan akuatik, dan hewan laboratorium. Jadi, jika di pemerintahan tentu posisinya yang berkaitan dengan kesehatan hewan. Tentu bisa dilembaga konservasi, Dinas Perikanan, keimigrasian, Dinas Kesehatandan banyak bidang lainnya yang berhubungan dengan kesehatan hewan.

Untuk bidang swasta, apa?

Jika di bidang swasta juga lebih luas. Misalnya, beberapa teman di Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel membuka klinik kesehatan hewan. Selain itu banyak yang juga yang menjadi praktisi kesehatan hewan di Jakarta, ke luar negeri dan lainnya. Selain itu, ada juga yang bergerak di perusahaan farmasi kesehatan hewan, nutrisi dan pakan hewan. Malah, banyak juga yang mengembangkan rumah dan industri peternakan, mungkin termasuk pengelolaan hasilnya.

Apakah dokter hewan memiliki spesialis?

Dokter hewan tentu memiliki spesialis. Di Kongres Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) di Palembang ini saja, terdapat delapan ruangan dengan bidang kajian spesialis yang berbeda. Mereka, di antaranya spesialis dokter hewan kuda, dokter spesialis hewan akuatik, satwa liar, spesialis bidang hewan mikro, hingga spesialis lainnya. Jadi bidang ilmunya luas, namun memang tidak semua bidang ilmu dokter hewan terdapat di Indonesia. Di negara luar, hampir banyak spesialis bidang dokter hewan mulai dikembangkan. Di sana (negara luar), peran dokter hewan, apalagi spesialis memang lebih update.

Lalu, bagaimana perkembangan peran dokter hewan di tengah masyarakat, terutama di Sumsel ?

Di Sumsel, tingkat kesadaran masyarakat memelihara hewan sangat tinggi, akan tetapi untuk masalah pemenuhan hak kesehatan hewannya yang masih rendah. Rata-rata, masyarakat berekonomi menengah ke atas yang lebih memerhatikan kesehatan hewan peliharaan (hewan kesukaannya). Selain itu, peran dokter hewan lainnya, misalnya terlibat aktif dalam beragam komunitas pencinta hewan. Di Sumsel juga sudah tumbuh banyak para pencintapencinta hewan, namun lebih banyak jenis kucing.

Bagaimana dukungan keluarga terhadap profesi Anda?

Peran keluarga sangat mendukung profesi saya. Ketiga anak saya juga pencinta hewan. Mereka mulai memahami jika memelihara hewan, harus dipenuhi kebutuhan kesehatannya. Hewan butuh divaksinasi, hewan membutuhkan makan, hewan harus disayang dan dipelihara dengan baik.

Dari awal, suami juga sudah sangat mendukung. Dalam waktu dekat, saya juga berencana untuk sekolah lagi, dengan niat mengambil bidang spesialis virulogi, yakni spesialis ilmu virus hewan.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0739 seconds (0.1#10.140)