Bank Belum Minati Sektor Kelautan
A
A
A
TEGAL - Penyaluran kredit perbankan untuk sektor kelautan dan perikanan di wilayah eks Karesidenan Pekalongan masih minim. Padahal potensi di sektor ini belum tergarap maksimal.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tegal Bandoe Widiarto mengungkapkan, penyaluran kredit perbankan ke sektor kelautan dan perikanan di kabupaten dan kota di wilayah eks Karsidenan Pekalongan hanya 0,73%. “Penyaluran kredit perbankan di sektor ini sejauh ini memang masih sangat minim,” ujarnya kemarin.
Peta penyaluran kredit perbankan di sektor pertanian, yang di dalamnya termasuk kelautan, kehutanan, pertambangan, dan perikanan ini total hanya sebesar 2,35%. Hal ini berbeda dengan peta penyaluran kredit di sektor lain seperti di industri pengolahan yang mencapai 8,37%. Kemudian, sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 37,45%, dan penerima bukan lapangan usaha yang mencapai 41,46%.
“Harus diakui kalau perbankan Indonesia lebih memilih pembiayaan yang risikonya rendah,” katanya. Minimnya penyaluran kredit ini cukup disayangkan jika melihat besarnya potensi yang dimiliki sektor kelautan dan perikanan. Potensi di sektor ini seharusnya bisa dimanfaatkan oleh perbankan untuk turut serta mendorong pembangunan industri kelautan dan perikanan. “Selama ini hilirisasi hasil laut pun masih terganjal ekonomi biaya tinggi meski sektor ini memiliki potensi mendorong pertumbuhan ekonomi yang cukup besar,” papar Bandoe.
Pertumbuhan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan, serta berbasis pertanian dan perkebunan saat ini bisa menjadi harapan di tengah-tengah melambatnya kondisi perekonomian dunia. Terlebih, Indonesia memiliki wilayah perairan dan kelautan yang luas, salah satunya di wilayah eks Karesidenan Pekalongan. “Tapi saat ini kredit produktif di sektor kelautan dan perikanan, hampir di seluruh Indonesia masih minim, kebanyakan masih (kredit) konsumsi,” paparnya.
Dengan kondisi tersebut, Bandoe menegaskan Bank Indonesia akan terus mendorong perbankan di eks Karesidenan Pekalongan agar memberikan akses kredit di sektor kelautan dan perikanan. Dengan demikian, penyaluran kredit di sektor ini terus tumbuh.
“Diharapkan nanti potensi lainnya seperti industri pariwisata bahari, perkapalan, jasa transportasi laut nasional, dan industri kecil di daerah pesisir sebagai pemasok industri kelautanperikanan juga akan terdorong,” ucapnya. Tak hanya penyaluran kredit yang masih minim, pertumbuhan ekonomi di sektor kelautan dan perikanan juga masih lambat. Pertumbuhannya tidak mencapai setengah persen.
“Pertumbuhan ekonominya hanya nol koma sekian persen,” papar analis di Unit Statistik, Survei dan Liaison BI Tegal Arief Noor Rachman. Menurut Arief, penyebab lambatnya pertumbuhan tersebut salah satunya musim dan wilayah melaut yang menjadi lebih jauh. “Karena di wilayah terdekat sudah minim ikan akibat kerusakan ekosistem sehingga harus mencari ikan ke tempat yang lebih jauh,” ungkapnya.
Farid firdaus
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tegal Bandoe Widiarto mengungkapkan, penyaluran kredit perbankan ke sektor kelautan dan perikanan di kabupaten dan kota di wilayah eks Karsidenan Pekalongan hanya 0,73%. “Penyaluran kredit perbankan di sektor ini sejauh ini memang masih sangat minim,” ujarnya kemarin.
Peta penyaluran kredit perbankan di sektor pertanian, yang di dalamnya termasuk kelautan, kehutanan, pertambangan, dan perikanan ini total hanya sebesar 2,35%. Hal ini berbeda dengan peta penyaluran kredit di sektor lain seperti di industri pengolahan yang mencapai 8,37%. Kemudian, sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 37,45%, dan penerima bukan lapangan usaha yang mencapai 41,46%.
“Harus diakui kalau perbankan Indonesia lebih memilih pembiayaan yang risikonya rendah,” katanya. Minimnya penyaluran kredit ini cukup disayangkan jika melihat besarnya potensi yang dimiliki sektor kelautan dan perikanan. Potensi di sektor ini seharusnya bisa dimanfaatkan oleh perbankan untuk turut serta mendorong pembangunan industri kelautan dan perikanan. “Selama ini hilirisasi hasil laut pun masih terganjal ekonomi biaya tinggi meski sektor ini memiliki potensi mendorong pertumbuhan ekonomi yang cukup besar,” papar Bandoe.
Pertumbuhan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan, serta berbasis pertanian dan perkebunan saat ini bisa menjadi harapan di tengah-tengah melambatnya kondisi perekonomian dunia. Terlebih, Indonesia memiliki wilayah perairan dan kelautan yang luas, salah satunya di wilayah eks Karesidenan Pekalongan. “Tapi saat ini kredit produktif di sektor kelautan dan perikanan, hampir di seluruh Indonesia masih minim, kebanyakan masih (kredit) konsumsi,” paparnya.
Dengan kondisi tersebut, Bandoe menegaskan Bank Indonesia akan terus mendorong perbankan di eks Karesidenan Pekalongan agar memberikan akses kredit di sektor kelautan dan perikanan. Dengan demikian, penyaluran kredit di sektor ini terus tumbuh.
“Diharapkan nanti potensi lainnya seperti industri pariwisata bahari, perkapalan, jasa transportasi laut nasional, dan industri kecil di daerah pesisir sebagai pemasok industri kelautanperikanan juga akan terdorong,” ucapnya. Tak hanya penyaluran kredit yang masih minim, pertumbuhan ekonomi di sektor kelautan dan perikanan juga masih lambat. Pertumbuhannya tidak mencapai setengah persen.
“Pertumbuhan ekonominya hanya nol koma sekian persen,” papar analis di Unit Statistik, Survei dan Liaison BI Tegal Arief Noor Rachman. Menurut Arief, penyebab lambatnya pertumbuhan tersebut salah satunya musim dan wilayah melaut yang menjadi lebih jauh. “Karena di wilayah terdekat sudah minim ikan akibat kerusakan ekosistem sehingga harus mencari ikan ke tempat yang lebih jauh,” ungkapnya.
Farid firdaus
(ars)