Lagi-lagi Bentrok di Simpang Tiga UIN Kalijaga
A
A
A
SLEMAN - Aksi unjuk rasa penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang dilakukan mahasiswa di Simpang Tiga Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga di Jalan Laksda Adisucipto, Yogyakarta, kemarin sore ricuh lagi.
Untuk memukul mundur massa, selain melepaskan tembakan gas air mata, polisi sampai mengeluarkan mobil berperanti mengeluarkan gelombang suara. Kericuhan bermula saat warga yang merasa terganggu dengan aksi tutup jalan oleh mahasiswa nekat menerobos untuk melintas. Sementara sejumlah mahasiswa melakukan salat jenazah di depan keranda bertulis “Mayat Jokowi-JK”.
Melihat pengendara menerobos, mahasiswa yang lain mencoba menghadang. Polisi tetap meminta supaya pengendara bisa melintas hingga terjadi ketegangan. Kapolres Sleman AKBP Ihsan Amin mengungkapkan, bagaimanapun aksi penghadangan yang dilakukan merupakan pelanggaran, terlebih aksi itu tak ada izinnya. Sebab akses jalan yang digunakan untuk aksi demonstrasi merupakan jalan umum.
Dengan begitu, upaya memukul mundur massa harus dilakukan karena mengganggu masyarakat. “Mereka berunjuk rasa tanpa izin juga menghadang warga yang ingin lewat itu melanggar aturan,” tukas kapolres. Mahasiswa dipukul mundur ke arah Jalan Timoho (arah selatan) yang berada di antara kompleks UIN Sunan Kalijaga dengan menembakkan gas air mata.
Massa yang lari bertahan beberapa lama untuk mencoba maju lagi hingga saling berhadapan dengan petugas dalam jarak sekitar seratusan meter. Dalam situasi itu, polisi mengeluarkan mobil Dalmas dengan mengeluarkan suara bising. “Itu mobil untuk mengeluarkan gelombangfrekuensisuara,” kata Ihsan.
Dengan suara yang dikeluarkan, massa akan terganggu dan diharapkan membubarkan diri tanpa menggunakan pelepasan tembakan. Suara yang dikeluarkan memunculkan tekanan dan mengganggu gendang telinga hingga bisa memengaruhi keseimbangan tubuh.
Rusuh di Makassar, 1 Tewas
Aksi demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Makassar kembali berakhir rusuh. Ratusan mahasiswa Universitas Muslim Indonesia terlibat bentrok dengan aparat keamanan. Satu orang tewas. Muhammad Arief alias Arief Pepe, warga Kelurahan Pampang I, KecamatanPanakukkang, menjadi korban bentrokan antara mahasiswa UMI dan aparat keamanan.
Dia sempat dilarikan ke Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar akibat luka parah di kepala, namun nyawanya tak tertolong. Santer tersiar kabar kematian korban karena ditabrak kendaraan water cannon. Namun, informasi tersebut ditepis keras polisi. ”Kalau terinjak kendaraan taktis pasti kepalanya hancur,” kata Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan Kombes Pol Endi Sutendi di Makassar kemarin.
Dia mengklaim, korban yang sehari-hari menjadi pengatur lalu lintas yang biasa disebut ”pak ogah” itu terjebak dalam kerumunan massa ketika aparat kepolisian membubarkan paksa demonstran. Dalam situasi massa kocar-kacir itu Arief terjatuh. ”Kepalanya terbentur aspal. Dia kemudian terinjak-injak pengunjuk rasa,” katanya.
Endi menjelaskan, aparat kepolisian langsung membawa korban ke rumah sakit. Namun, pada sekitar pukul 18.45 Wita, korban meninggal dunia karena mengalami pendarahan. ”Kami akan selidiki kasus ini,” lanjut mantan Kapolres Enrekang ini. Aksi demonstrasi menentang kenaikan harga BBM bersubsidi dimulai pada pukul 15.45 Wita.
Ratusan mahasiswa UMI mendatangi Kantor Gubernur Sulawesi Selatan dan mencoba menerobos ke dalam. Upaya itu dihalangi petugas yang telah lebih dulu membentuk barikade. Situasi terus memanas hingga pengunjuk rasa melempari petugas dengan batu.
Muji Barnugroho/ Rahmi Djafar/ant
Untuk memukul mundur massa, selain melepaskan tembakan gas air mata, polisi sampai mengeluarkan mobil berperanti mengeluarkan gelombang suara. Kericuhan bermula saat warga yang merasa terganggu dengan aksi tutup jalan oleh mahasiswa nekat menerobos untuk melintas. Sementara sejumlah mahasiswa melakukan salat jenazah di depan keranda bertulis “Mayat Jokowi-JK”.
Melihat pengendara menerobos, mahasiswa yang lain mencoba menghadang. Polisi tetap meminta supaya pengendara bisa melintas hingga terjadi ketegangan. Kapolres Sleman AKBP Ihsan Amin mengungkapkan, bagaimanapun aksi penghadangan yang dilakukan merupakan pelanggaran, terlebih aksi itu tak ada izinnya. Sebab akses jalan yang digunakan untuk aksi demonstrasi merupakan jalan umum.
Dengan begitu, upaya memukul mundur massa harus dilakukan karena mengganggu masyarakat. “Mereka berunjuk rasa tanpa izin juga menghadang warga yang ingin lewat itu melanggar aturan,” tukas kapolres. Mahasiswa dipukul mundur ke arah Jalan Timoho (arah selatan) yang berada di antara kompleks UIN Sunan Kalijaga dengan menembakkan gas air mata.
Massa yang lari bertahan beberapa lama untuk mencoba maju lagi hingga saling berhadapan dengan petugas dalam jarak sekitar seratusan meter. Dalam situasi itu, polisi mengeluarkan mobil Dalmas dengan mengeluarkan suara bising. “Itu mobil untuk mengeluarkan gelombangfrekuensisuara,” kata Ihsan.
Dengan suara yang dikeluarkan, massa akan terganggu dan diharapkan membubarkan diri tanpa menggunakan pelepasan tembakan. Suara yang dikeluarkan memunculkan tekanan dan mengganggu gendang telinga hingga bisa memengaruhi keseimbangan tubuh.
Rusuh di Makassar, 1 Tewas
Aksi demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Makassar kembali berakhir rusuh. Ratusan mahasiswa Universitas Muslim Indonesia terlibat bentrok dengan aparat keamanan. Satu orang tewas. Muhammad Arief alias Arief Pepe, warga Kelurahan Pampang I, KecamatanPanakukkang, menjadi korban bentrokan antara mahasiswa UMI dan aparat keamanan.
Dia sempat dilarikan ke Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar akibat luka parah di kepala, namun nyawanya tak tertolong. Santer tersiar kabar kematian korban karena ditabrak kendaraan water cannon. Namun, informasi tersebut ditepis keras polisi. ”Kalau terinjak kendaraan taktis pasti kepalanya hancur,” kata Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan Kombes Pol Endi Sutendi di Makassar kemarin.
Dia mengklaim, korban yang sehari-hari menjadi pengatur lalu lintas yang biasa disebut ”pak ogah” itu terjebak dalam kerumunan massa ketika aparat kepolisian membubarkan paksa demonstran. Dalam situasi massa kocar-kacir itu Arief terjatuh. ”Kepalanya terbentur aspal. Dia kemudian terinjak-injak pengunjuk rasa,” katanya.
Endi menjelaskan, aparat kepolisian langsung membawa korban ke rumah sakit. Namun, pada sekitar pukul 18.45 Wita, korban meninggal dunia karena mengalami pendarahan. ”Kami akan selidiki kasus ini,” lanjut mantan Kapolres Enrekang ini. Aksi demonstrasi menentang kenaikan harga BBM bersubsidi dimulai pada pukul 15.45 Wita.
Ratusan mahasiswa UMI mendatangi Kantor Gubernur Sulawesi Selatan dan mencoba menerobos ke dalam. Upaya itu dihalangi petugas yang telah lebih dulu membentuk barikade. Situasi terus memanas hingga pengunjuk rasa melempari petugas dengan batu.
Muji Barnugroho/ Rahmi Djafar/ant
(ftr)