Meski di Lereng Merapi, Internet Tak Pernah Mati

Kamis, 27 November 2014 - 12:35 WIB
Meski di Lereng Merapi, Internet Tak Pernah Mati
Meski di Lereng Merapi, Internet Tak Pernah Mati
A A A
SLEMAN - Gedung SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tidak begitu besar. Letaknya juga di Sukunan, Pakembinangun, Pakem, Sleman. Sementara siswanya yang berjumlah 120 orang sebagian besar berasal dari lereng Gunung Merapi.

Namun jangan ditanya soal modernisasi pendidikannya. Meski terletak di lereng Merapi, SMP ini telah menerapkan metode pembelajaran modern. Sebuah metode pembelajaran paradigma pedagogi reflektif (PPR). Bahkan sekolah ini dijadikan sekolah percontohan bagi Asosiasi Sekolah Jesuit Indonesia (ASJI), yakni sebagai lembaga pendidikan yang menerapkan metode tersebut.

Metode pembelajaran ini materi pembelajarannya disesuaikan dengan kemauan siswa. Siswa diberikan kebebasan mempelajari pelajaran yang disukai. Oleh karena itu, para guru yang jumlahnya 12 orang dituntut menguasai berbagai bidang ilmu yang diajarkan. "Anak-anak lebih banyak yang menyukai seni. Maka tak heran seni kami cukup maju dan sudah memperoleh berbagai penghargaan," ungkap Kepala SMP Kanisius Indra Prana, kemarin.

Meski pembelajaran diserahkan kepada karakteristik siswa, bukan berarti hasil ujian nasional (UN) siswa jeblok. Justru setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun ajaran ini, nilai rata-rata UN siswa 27,02. Rata-rata itu naik dua poin dari tahun ajaran sebelumnya. Di Kecamatan Pakem, sekolah ini mampu bersaing dengan sekolah lain.

Bahkan bisa bersaing di peringkat atas sebagai sekolah unggulan yang ada di wilayah Sleman. Indra menuturkan, penerapan pembelajaran dengan metode PPR sangat menekankan karakter masing-masing siswa. Walaupun pembelajaran di sesuaikan keinginan anak didik, tapi materi yang disampaikan tidak akan menyimpang dari kurikulum pemerintah.

Untuk pembelajaran yang sumbernya dari luar, pihak sekolah menyediakan internet. Melalui internet ini siswa bebas mencari informasi yang berkenaan dengan kegiatan belajar. Anak-anak diberikan kebebasan untuk mengambil berbagai ilmu melalui internet. Untuk memproteksi dari website yang menyediakan konten negatif seperti pornografi, pihak sekolah sudah mengantisipasinya.

Caranya dengan menyediakan perangkat software yang mampu menangkal kontenkonten pornografi. Proteksi terhadap kontenkonten pornografi cukup beralasan. Setelah diintegrasikannya TIK ke semua mata pelajaran, hampir setiap murid menghabiskan waktu belajar dengan menggunakan perangkat komputer. Melalui perpustakaan digital, siswa tidak perlu repot lagi mencari referensi dari buku.

Sebab dengan fasilitas perpustakaan digital yang terkoneksi dengan internet, siswa cukup memasukan kata kunci, secara otomatis bahan bacaan yang dicari akan tersedia. Rina, salah satu siswi SMP Kanisius mengaku banyak manfaat menggunakan teknologi perpustakaan digital yang belum lama ini mendapat bantuan dukungan internet dari Smartfren. Kegiatan mencari referensi buku dan ensiklopedia melalui teknologi informasi menjadi lebih cepat.

“Saya merasa sangat terbantu dengan adanya perpustakaan digital. Kita tidak lagi perlu bergelut dengan setumpuk buku yang kadang dipenuhi debu karena sudah terlalu usang. Kami bisa mencari referensi dan katalog buku langsung di komputer dengan jaringan internet,” tandasnya.

Windy Anggraina
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9372 seconds (0.1#10.140)
pixels