Sungai Rupit Meluap, 8 Desa Terendam
A
A
A
RUPIT - Hujan deras dalam sepekan yang melanda Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) menyebabkan sejumlah wilayah dilanda banjir tahunan.
Delapan desa yang terendam banjir, yaitu Desa Embacang Baru dan Embacang Lama di Kecamatan Karang Jaya, sedangkan di Kecamatan Rupit yakni Desa Noman, Noman Baru, Batu Gajah lama, Batu Gajah Baru, Maur Baru dan Maur Lama di Kecamatan Muara Rupit.
Informasi dihimpun KORAN SINDO PALEMBANG, curah hujan yang tinggi di ulu Sungai Musi, yakni di Kecamatan Ulu Rawas menyebabkan terjadi peningkatan debit air di sejumlah sungai, salah satunya Sungai Rupit. Tidak ada korban jiwa dalam banjir tersebut.Namun, akibat banjir, perekonomian warga lumpuh dan masyarakat tidak bisa melakukan aktivitas pemotongan karet. Meskipun harga karet saat ini anjlok.
Asisten I Tata Pemerintahan Setda Muratara Riswan Effendi mengatakan, banjir merata terjadi di Kabupaten Muratara dan banjir merupakan banjir tahunan. Adapun banjir yang menyerang pemukiman warga yakni di Kelurahan Bingin Rupit, Batu Gajah, Maur Lama, Maur Baru, Noman Baru dan Noman Lama. Intensitas air terus mengalami peningkatan secara signifikan.
“Pemkab Muratara melalui Dinas Sosial (Dinsos) telah terjun kelapangan melakukan pengecekan di lokasi banjir bersama instansi terkait lainnya, pihak kecamatan dan pihak desa,” ungkap Riswan, kemarin. Menurutnya, untuk ke tinggian air yang melanda bervariasi. Ada yang merendam pemukiman warga dan ada juga yang membanjiri infrastruktur jalan. “Tanggap darurat cepat di lakukan meskipun banjir tahunan yang sering melanda masyarakat di sejumlah desa di Muratara,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Aulani Matcik mengatakan, diperkirakan ratusan rumah warga yang terendam banjir dan kerugian material belum diketahui. Hingga saat ini air belum menunjukkan tanda-tanda akan surut, bahkan air semakin naik. Di tempat terpisah, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Mura dapil Kabupaten Muratara, Devi Arianto mengatakan, kejadian banjir merupakan siklus tahunan yang sering melanda masyarakat Muratara.
Namun, tanggap darurat dan bantuan ke masyarakat cepat dilakukan di masyarakat, khususnya pemberian sembako dan obat-obatan. Sebab, jika terjadi banjir akses ekonomi barang tentunya mengalami gangguan. Selain itu banjir tentunya mengakibatkan sejumlah penyakit sehingga bantuan obat-obatan sangat dibutuhkan masyarakat. “Dewan harap, instansi terkait Dinsos cepat memberikan tanggap darurat dan mendata pemukiman warga yang terkena banjir,” tegasnya.
Sementara itu, Kasi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang Agus Santosa memprediksi, puncak curah hujan di wilayah Sumsel terjadi awal November hingga Desember. Maka, BMKG mengingatkan masyarakat untuk waspada bencana banjir terutama wilayah Sumsel sebelah Barat meliputi Kota Lubuklinggau, Kabupaten Mura, Muratara dan Kabupaten Empatlawang.
Sebab, curah hujan di wilayah sebelah Barat Sumsel itu cukup tinggi dengan intensitas 300 milimeter per bulan. “Curah hujan tinggi sering diiringi dengan petir dan suara guntur. Diprediksi pula, curah hujan cukup tinggi bakal berkurang antara bulan Januari dan Februari. Antara bulan Januari-Februari juga biasanya diiringi angin kencang,” pungkasnya.
Hengky Chandra Agoes
Delapan desa yang terendam banjir, yaitu Desa Embacang Baru dan Embacang Lama di Kecamatan Karang Jaya, sedangkan di Kecamatan Rupit yakni Desa Noman, Noman Baru, Batu Gajah lama, Batu Gajah Baru, Maur Baru dan Maur Lama di Kecamatan Muara Rupit.
Informasi dihimpun KORAN SINDO PALEMBANG, curah hujan yang tinggi di ulu Sungai Musi, yakni di Kecamatan Ulu Rawas menyebabkan terjadi peningkatan debit air di sejumlah sungai, salah satunya Sungai Rupit. Tidak ada korban jiwa dalam banjir tersebut.Namun, akibat banjir, perekonomian warga lumpuh dan masyarakat tidak bisa melakukan aktivitas pemotongan karet. Meskipun harga karet saat ini anjlok.
Asisten I Tata Pemerintahan Setda Muratara Riswan Effendi mengatakan, banjir merata terjadi di Kabupaten Muratara dan banjir merupakan banjir tahunan. Adapun banjir yang menyerang pemukiman warga yakni di Kelurahan Bingin Rupit, Batu Gajah, Maur Lama, Maur Baru, Noman Baru dan Noman Lama. Intensitas air terus mengalami peningkatan secara signifikan.
“Pemkab Muratara melalui Dinas Sosial (Dinsos) telah terjun kelapangan melakukan pengecekan di lokasi banjir bersama instansi terkait lainnya, pihak kecamatan dan pihak desa,” ungkap Riswan, kemarin. Menurutnya, untuk ke tinggian air yang melanda bervariasi. Ada yang merendam pemukiman warga dan ada juga yang membanjiri infrastruktur jalan. “Tanggap darurat cepat di lakukan meskipun banjir tahunan yang sering melanda masyarakat di sejumlah desa di Muratara,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Aulani Matcik mengatakan, diperkirakan ratusan rumah warga yang terendam banjir dan kerugian material belum diketahui. Hingga saat ini air belum menunjukkan tanda-tanda akan surut, bahkan air semakin naik. Di tempat terpisah, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Mura dapil Kabupaten Muratara, Devi Arianto mengatakan, kejadian banjir merupakan siklus tahunan yang sering melanda masyarakat Muratara.
Namun, tanggap darurat dan bantuan ke masyarakat cepat dilakukan di masyarakat, khususnya pemberian sembako dan obat-obatan. Sebab, jika terjadi banjir akses ekonomi barang tentunya mengalami gangguan. Selain itu banjir tentunya mengakibatkan sejumlah penyakit sehingga bantuan obat-obatan sangat dibutuhkan masyarakat. “Dewan harap, instansi terkait Dinsos cepat memberikan tanggap darurat dan mendata pemukiman warga yang terkena banjir,” tegasnya.
Sementara itu, Kasi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang Agus Santosa memprediksi, puncak curah hujan di wilayah Sumsel terjadi awal November hingga Desember. Maka, BMKG mengingatkan masyarakat untuk waspada bencana banjir terutama wilayah Sumsel sebelah Barat meliputi Kota Lubuklinggau, Kabupaten Mura, Muratara dan Kabupaten Empatlawang.
Sebab, curah hujan di wilayah sebelah Barat Sumsel itu cukup tinggi dengan intensitas 300 milimeter per bulan. “Curah hujan tinggi sering diiringi dengan petir dan suara guntur. Diprediksi pula, curah hujan cukup tinggi bakal berkurang antara bulan Januari dan Februari. Antara bulan Januari-Februari juga biasanya diiringi angin kencang,” pungkasnya.
Hengky Chandra Agoes
(ftr)