Harga BBM di Indonesia Menyamai Amerika
A
A
A
MANADO - Pengamat Ekonomi Universitas Manado Robert Winerungan mengklaim, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dibanderol Rp8.500/liter saat ini, bukan lagi jenis BBM bersubsidi. Melainkan masuk kategori harga minyak dunia.
"Kenaikan BBM saat ini bukan lagi harga subsidi, melainkan harga level internasional. Di Amerika saja, harga BBM non subsidi saat ini jika dirupiahkan sama dengan harga premium yang berlaku 18 November hari ini Rp8.500/liter," jelasnya, Selasa (18/11/2014).
Menurut Robert, saat harga BBM Rp6.500/liter, harga minyak dunia jika dirata-rakan masih di atas USD100/barel, namun kondisi terkini, harga minyak dunia turun dari USD80/barel, menjadi USD77/barel.
Artinya, harga acuan minyak mentah dunia tidak bisa diambil dalam sekali waktu seperti sekarang. Akibatnya, harga BBM saat ini tidak jauh berbeda dengan di negara-negara maju.
"Karena itu, harga BBM yang berlaku saat ini bukan lagi kelas subsidi. Tapi jika hanya mengalami kenaikan Rp1.000, mungkin itu masih bisa ada toleransi subsidi, tapi yang terjadi BBM naik 30%," terangnya.
Kenaikan ini harus diwaspadai pemrintah, sebab diketahui dalam APBNP 2014, asumsi harga minyak mentah Indonesia masih dipatok USD105/barel. Sementara, Mean of Platts Singapore (MoPS) yang menjadi patokan harga jual rata-rata produk bahan bakar minyak di Asia masih pada level USD90/barel.
"Jika harga minyak dunia tetap turun di bawah USD100/barel, maka pemerintah harus bekerja ekstra keras mencari jalan keluar agar masyarakat tetap menerima subsidi BBM," tukasnya.
"Kenaikan BBM saat ini bukan lagi harga subsidi, melainkan harga level internasional. Di Amerika saja, harga BBM non subsidi saat ini jika dirupiahkan sama dengan harga premium yang berlaku 18 November hari ini Rp8.500/liter," jelasnya, Selasa (18/11/2014).
Menurut Robert, saat harga BBM Rp6.500/liter, harga minyak dunia jika dirata-rakan masih di atas USD100/barel, namun kondisi terkini, harga minyak dunia turun dari USD80/barel, menjadi USD77/barel.
Artinya, harga acuan minyak mentah dunia tidak bisa diambil dalam sekali waktu seperti sekarang. Akibatnya, harga BBM saat ini tidak jauh berbeda dengan di negara-negara maju.
"Karena itu, harga BBM yang berlaku saat ini bukan lagi kelas subsidi. Tapi jika hanya mengalami kenaikan Rp1.000, mungkin itu masih bisa ada toleransi subsidi, tapi yang terjadi BBM naik 30%," terangnya.
Kenaikan ini harus diwaspadai pemrintah, sebab diketahui dalam APBNP 2014, asumsi harga minyak mentah Indonesia masih dipatok USD105/barel. Sementara, Mean of Platts Singapore (MoPS) yang menjadi patokan harga jual rata-rata produk bahan bakar minyak di Asia masih pada level USD90/barel.
"Jika harga minyak dunia tetap turun di bawah USD100/barel, maka pemerintah harus bekerja ekstra keras mencari jalan keluar agar masyarakat tetap menerima subsidi BBM," tukasnya.
(san)