Kumpulkan Jelantah untuk Biodiesel

Jum'at, 14 November 2014 - 14:13 WIB
Kumpulkan Jelantah untuk Biodiesel
Kumpulkan Jelantah untuk Biodiesel
A A A
Mungkin apa yang dilakukan ibu-ibu dari Dusun Badegan, Desa Bantul, Kecamatan Bantul, ini patut dicontoh. Mereka mengumpulkan minyak jelantah (minyak sisa penggorengan) ke Bank Sampah Gemah Ripah yang ada di dusun tersebut.

Dari hasil mengumpulkan minyak jelantah itu bisa menambah pemasukan mereka, karena selama ini minyak sisa tersebut hanya mereka buang begitu saja. Dari minyak jelantah tersebut, aktivis perempuan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) langsung membelinya dan mendaur ulang menjadi biodiesel. Bio-diesel yang mereka hasilkan itu ternyata mampu menjadi bahan bakar alternatif pengganti solar, sehingga diharapkan melalui inovasi itu nanti mampu memproduksi bahan bakar minyak terbarukan.

Kepala Divisi Penelitian Dan Pendidikan LSM Paluma, Retno Kadarsih mengatakan, sejak Oktober lalu, LSM Paluma bekerja sama dengan Bank Sampah Gemah Ripah membuka divisi baru yang menampung minyak jelantah. Sejak bulan itu, Bank Gemah Ripah menerima tabungan minyak jelantah dari masyarakat. “Dari tabungan tersebut, mi nyak jelantahnya lantas kami beli dan kami daur ulang menjadi biodiesel,” ujarnya, kemarin.

Retno mengatakan, untuk mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel itu memerlukan beberapa tahap dan tidak langsung jadi. Tahap awal adalah mengendapkan minyak jelantah selama semalam agar zat padat sisa penggorengan mengendap di bagian bawah. Setelah itu disaring dan dicampur dengan beberapa jenis cairan kimia sampai 4 tahapan. Terakhir, tahapan pencucian dari hasil pencampuran tersebut.

Dalam setiap tahap, lanjut Retno, memerlukan waktu antara 1,5 hingga 2 jam lamanya. Sebenarnya untuk mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel tidak memerlukan waktu lama. Hanya membutuhkan cairan kimia spesifik yang bisa dibeli di toko kimia meskipun cairan itu adalah hasil impor dari negara lain.

“Sebenarnya kalau sudah dipisahkan dari endapan, prosesnya bisa cepat,” ujarnya. Retno mengaku telah menguji di beberapa kendaraan yang digunakan masyarakat. Setidaknya sudah ada 10 kendaraan umum bermesin diesel jurusan Yogya-Kaliurang berhasil diuji menggunakan biodiesel hasil pengolahan minyak jelantah tersebut. Bahkan, dari hasil uji tersebut mampu menghemat penggunaan BBM dibanding dengan menggunakan solar.

Namun, Retno mengaku tak mampu menekan harga jual per liter dari biodiesel yang dihasilkan tersebut, jika dibanding dengan solar bersubsidi sebesar Rp5.500. Dia hanya mampu menjual biodiesel tersebut di bawah harga solar nonsubsidi dan di atas solar bersubsidi karena biaya produksinya tidak bisa ditekan.

“Yang membuat mahal itu sebenarnya cairan kimianya. Kalau satu liter minyak jelantah itu bisa menghasilkan biodiesel 0,8 liter,” ujarnya. Sementara untuk bahan baku minyak jelantah itu, Retno mengaku, tidak mengalami kesulitan. Karena pihaknya telah bermitra dengan 9 bank sampah dan bahkan telah mendapatkan pasokan dari paguyuban pedagang kaki lima di Malioboro serta beberapa sentra kaki lima lainnya.

Retno mengaku, bukan persoalan mudah menyadarkan masyarakat untuk menyerahkan minyak jelantah mereka, apalagi pedagang kaki lima. Karena mereka masih terbiasa menggunakan kembali minyak jelantah tersebut. Padahal di satu sisi, minyak jelantah berbahaya bagi kesehatan manusia yang mengonsumsinya. “Kalau tertelan itu ada zat yang bisa membahayakan kesehatannya. Untuk pedagang kaki lima kami perlu mendekati cukup lama,” katanya.

Salah satu pengurus Bank Sampah Gemah Ripah, Zuanah mengungkapkan, pengumpulan minyak goreng bekas itu belum lama, karena baru dua orang yang sadar menabungkan minyak jelantah mereka ke Bank Sampah. Namun, Bank Sampah bertekat terus membuka layanan menabung minyak jelantah dari masyarakat.

“Melalui program Bank Tigor yang berarti Bank Minyak Tilas (bekas) Gorengan, kami melayani nasabah bank sampah yang ingin mengumpulkan minyak jelantah,” ujarnya. Untuk satu liter minyak jelantah, Bank Tigor akan membelinya seharga Rp900 dan akan dijual ke LSM Paluma sebesar Rp1.500 per liter.

Selain masyarakat mengurangi konsumsi minyak jelantah, juga bisa mendapatkan penghasilan dari menabung minyak itu ke Bank Tigor.

Erfanto Linangkung
Bantul
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0252 seconds (0.1#10.140)